Tag Archives: Siti Hawa

Kisah Nabi Adam Berpisah dengan Hawa Selama Ratusan Tahun



Jakarta

Nabi Adam AS berpisah dengan Siti Hawa saat diturunkan ke bumi. Menurut sejumlah pendapat, keduanya berpisah selama ratusan tahun.

Sebelum diturunkan ke bumi, Nabi Adam dan Siti Hawa tinggal di surga. Menurut Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa, jumhur ulama berpendapat bahwa surga yang ditinggali oleh Nabi Adam AS adalah surga yang ada di langit, yaitu Surga Ma’wa atau surga keabadian.

Hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman,


وَيٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ١٩

Artinya: “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Al Baqarah: 35)

Ibnu Katsir menjelaskan, Alif lam pada kata “al-jannah” (surga) tidak menunjukkan untuk makna umum dan tidak juga dikenali secara lafadz, namun dikenali secara akal yakni Surga Ma’wa yang sering digunakan dalam syariat.

Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Kitab Shahih-nya, dari Abu Malik Al-Asyja’i dari Abu Hazim Salamah bin Dinar, dan diriwayatkan pula dari Abu Hurairah dan Abu Malik, dari Rib’i, dari Hudzaifah, mereka berkata, Rasulullah bersabda,

“Hari itu Allah akan mengumpulkan seluruh manusia. Kemudian orang- orang yang beriman berdiri ketika surga sudah semakin menjauh dari mereka, lalu mereka datang kepada Nabi Adam dan berkata, “Wahai bapak kami, mintalah agar pintu surga dibukakan untuk kami” Lalu Nabi Adam berkata, “Apakah kalian dikeluarkan dari surga hanya karena kesalahan bapak kalian saja?” dan seterusnya hingga akhir hadits.

Namun, terdapat pula ulama lain yang mengatakan bahwa surga yang ditinggali oleh Nabi Adam AS ketika itu bukanlah surga keabadian.

Hal itu dikarenakan di sana Nabi Adam AS masih mendapat pelarangan, yaitu untuk tidak mendekati pohon terlarang. Nabi Adam AS juga tidur di sana dan dikeluarkan dari sana, bahkan iblis pun masuk ke dalamnya. Ini semua menunjukkan bahwa surga yang dimaksud bukanlah surga keabadian (Surga Ma’wa).

Penafsiran tersebut disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Abbas, Wahab bin Munabbih, Sufyan bin Uyainah, dan diunggulkan oleh Ibnu Qutaibah dalam kitabnya, Al-Ma’arif.

Lama Nabi Adam Berpisah dengan Hawa

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, dari Abu Zur’ah, dari Utsman bin Abi Syaibah, dari Jarir, dari Atha, dari Said, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Nabi Adam mendarat di suatu tempat yang disebut Dahna.” Tempat ini terletak di antara Kota Makkah dan Thaif.

Sedang riwayat dari Hasan menyebutkan, “Nabi Adam mendarat di wilayah India, lalu Hawa di Jeddah, dan iblis di Dastimaisan, beberapa mil dari Kota Basrah, sedangkan ular di Asfahan.” Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim.

Adapun As-Suddi mengatakan, “Nabi Adam mendarat di wilayah India, ia diturunkan bersama Hajar Aswad dan segenggam daun dari surga, lalu daun itu ditebarkan di India hingga tumbuh pepohonan yang tercium aroma harum di sana

Dan riwayat dari Ibnu Umar menyebutkan, bahwa Nabi Adam mendarat di Bukit Shafa, sedang Hawa mendarat di Bukit Marwah Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.

Nabi Adam AS dan Siti Hawa berpisah selama 200 tahun saat diturunkan ke bumi, sebagaimana dikatakan Abdul Mutaqin dalam buku Kain Ihram Anak Kampung. Akhirnya keduanya bertemu di Arafah, yang saat ini dijadikan tempat pertemuan umat Islam setiap tahun.

Pada saat wukuf, Arafah berarti pembebasan. Seperti dalam riwayat Imam Tirmidzi, “Tidak ada hari paling banyak Allah memerdekakan hamba-Nya dari neraka dari pada hari Arafah. Sesungguhnya Allah mendekati dan membanggakan mereka kepada para Malaikat seraya berkata, “Apa saja yang mereka inginkan akan Aku kabulkan.”

Ada pendapat lain yang menyebut, Nabi Adam AS berpisah dengan Siti Hawa selama 500 tahun, 300 tahun, bahkan ada yang mengatakan 40 tahun. Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Nabi Syits AS, Sosok Penjaga Nur Nabi Muhammad SAW



Jakarta

Setelah Nabi Adam wafat, Allah mengangkat seorang nabi yang bernama Syits AS. Beliau merupakan anak dari Nabi Adam.

Menukil dari buku Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul karya M Arief Hakim, Nabi Syits berdakwah dan menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada umat manusia. Dakwah yang disampaikan juga lembut, komunikatif dan tidak dengan cara memaksa.

Meski tidak termasuk ke dalam 25 nabi yang wajib diketahui, Nabi Syits mengajak umat manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Tidak hanya sekadar melakukan ritual, melainkan juga ibadah sosial seperti hal-hal yang bermanfaat bagi sesama.


Menurut buku Qashash al-Anbiyaa terjemahan Saefullah MS, Ibnu Katsir menuturkan bahwa arti dari nama Syits ialah anugerah Allah. Nama tersebut diberikan oleh Adam dan Hawa setelah mendapat Syits usai terbunuhnya Habil di tangan saudaranya sendiri.

Nabi Syits AS mendapatkan 50 lembar suhuf dari Allah agar disampaikan kepada umat manusia. Suhuf merupakan lembaran-lembaran yang berisi firman Allah SWT.

Taaj Langroodi dalam Akhlak Para Nabi mengemukakan bahwa Nabi Syits dilahirkan 5 tahun setelah peristiwa dibunuhnya Habil oleh Qabil. Allah SWT menunjuk Syits sebagai nabi, dia menetap di Mekkah dan membacakan kandungan suhuf-suhuf yang dianugerahkan Allah kepada Bani Adam.

Nabi Syits Sebagai Sosok Penjaga Nur Rasulullah SAW

Dalam buku Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan yang disusun oleh Kyai Abdullah Alif, Nabi Syits merupakan orang pertama setelah Nabi Adam dan Hawa yang dipercaya untuk menjaga Nur Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Allah pertama kali menciptakan Nur Nabi Muhammad sebelum Dia menciptakan Adam, Hawa, alam semesta beserta isinya.

Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani melalui Kitab Hujatullah menyebutkan sebelumnya Nur Nabi Muhammad SAW senantiasa terlihat bersinar di wajah Nabi Adam. Cahayanya nampak seperti matahari yang bersinar terang benderang.

Maka, Allah pun mengambil sumpah perjanjian kepada Nabi Adam agar senantiasa menjaga Nur tersebut dengan berfirman:

“Hai Adam, berjanjilah (kepada-Ku) untuk senantiasa benar-benar menjaga Nur Nabi Muhammad SAW (yang telah Kuletakkan dalam dirimu). Janganlah sekali-kali kamu letakkan kecuali kepada orang-orang yang suci mulia,”

Nabi Adam menerimanya dengan senang hati. Kemudian, Nur ini bersemayam di dalam diri Siti Hawa. Tak lama setelahnya, lahirlah seorang anak laki-laki yang tak lain adalah Nabi Syits.

Nur yang semula terdapat di dalam tubuh Hawa dipindah ke dalam Nabi Syits. Nur tersebut terlihat pada wajah Syits, karenanya Nabi Adam selalu memperhatikan dan menjaga Syits.

Nabi Syits tumbuh sebagai pribadi dengan akhlak yang baik. Bahkan, Allah SWT mengirimkan sosok bidadari yang cantik dan rupawan untuk Nabi Syits.

Mengacu pada buku yang sama, yaitu Akhlak Para Nabi, wafatnya Nabi Syits terjadi ketika beliau jatuh sakit. Sebagai gantinya, ia menetapkan sang putra yang bernama Anush untuk melaksanakan wasiatnya.

Nabi Syits meninggal di usia 912 tahun dan dikuburkan tepat di samping makam kedua orang tuanya, yakni di Gua Gunung Abu Qubais.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Tentang Buah Khuldi dan Kisah Manusia Pertama di Surga



Jakarta

Nabi Adam Alaihis Salam (AS) adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan tinggal di surga sejak saat itu. Bapak umat manusia ini lalu diturunkan ke bumi usai terkena tipu daya iblis agar mau makan buah khuldi.

Mahmud asy-Syafrowi menjelaskan dalam buku Bumi sebelum Manusia Tercipta, dalam Al-Qur’an maupun hadits tidak disebutkan nama eksplisit ‘buah khuldi’, tapi adanya ‘syajaratul khuldi’ yakni pohon khuldi. Hanya saja, kata Mahmud asy-Syafrowi, dalam adat kebiasaan manusia yang dimakan adalah buah, maka kemudian dipersepsikan sebagai buah khuldi.

Ada yang menafsirkan bahwa buah khuldi adalah buah dari pohon terlarang di surga dan setan menyebutnya sebagai pohon keabadian. Nama khuldi ini merupakan penafsiran para mufassir dari firman Allah SWT dalam surah Thaha ayat 120. Allah SWT berfirman,


فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى

Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya. Ia berkata, “Wahai Adam, maukah aku tunjukkan kepadamu pohon khuldi (keabadian) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

Menurut sebuah riwayat, pohon buah khuldi ini adalah sejenis pohon yang besar. Abdurrahman bin Mahdi menceritakan dari Syu’bah, dari Abu adh-Dhahhak, dari Abu Hurairah RA yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya, di dalam surga terdapat sebatang pohon yang jika seorang pengendara melewati naungan pohon itu selama seratus tahun, niscaya ia tidak akan dapat melewatinya, (yaitu) pohon khuldi.” (HR Ahmad)

Hadits tersebut turut diriwayatkan ad-Darimi dalam Musnad-nya pada pembahasan tentang Pelembut Hati bab Pohon-pohon Surga.

Pohon khuldi tersebut menjadi petaka bagi Nabi Adam AS. Imam Ibnu Katsir menceritakan dalam Qashash al-Anbiyaa, Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, dikeluarkan dari surga yang penuh kenikmatan, kemewahan, dan kebahagiaan menuju ke bumi yang penuh kejenuhan, keletihan, dan kesengsaraan karena godaan iblis yang telah menjerumuskan mereka berdua.

Hal ini dikisahkan dalam firman Allah SWT,

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ ٢٠

Artinya: “Maka, setan membisikkan (pikiran jahat) kepada keduanya yang berakibat tampak pada keduanya sesuatu yang tertutup dari aurat keduanya. Ia (setan) berkata, “Tuhanmu tidak melarang kamu berdua untuk mendekati pohon ini, kecuali (karena Dia tidak senang) kamu berdua menjadi malaikat atau kamu berdua termasuk orang-orang yang kekal (dalam surga).” (QS Al A’raf: 20)

وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ ٢١

Artinya: “Ia (setan) bersumpah kepada keduanya, “Sesungguhnya aku ini bagi kamu berdua benar-benar termasuk para pemberi nasihat.” (QS Al A’raf: 21)

فَدَلّٰىهُمَا بِغُرُوْرٍۚ فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۗ وَنَادٰىهُمَا رَبُّهُمَآ اَلَمْ اَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَاَقُلْ لَّكُمَآ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ٢٢

Artinya: “Ia (setan) menjerumuskan keduanya dengan tipu daya. Maka, ketika keduanya telah mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah pada keduanya auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (di) surga. Tuhan mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

Menurut tafsir Ibnu Katsir, maksud perkataan iblis dalam ayat tersebut adalah seandainya Nabi Adam AS dan Hawa memakan buah dari pohon yang ada di dalam surga tersebut, mereka akan menjadi malaikat atau akan hidup kekal di surga. Setan pun bersumpah tentang hal itu, meskipun kata-kata ini hanya tipu daya dan bertolak belakang dengan kenyataan sebenarnya.

Dalam Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI diceritakan, setan pun tak henti-hentinya membujuk Nabi Adam AS dan Hawa dengan berbagai tipu daya agar mau memakan buah pohon (khuldi) itu. Ketika mereka mencicipi dan tersingkaplah aurat keduanya.

“Ketika mereka mencicipi dan belum memakan buah pohon itu secara sempurna, tampaklah oleh mereka auratnya masing-masing dan tampak pula bagi masing-masing aurat pasangannya. Hal ini membuat keduanya merasa malu, aurat yang senantiasa tertutup kini tersingkap. Maka mulailah mereka menutupinya, yakni menutupi auratnya, dengan daun-daun surga,” terang tafsir tersebut.

Ada juga yang menafsirkan bahwa buah khuldi ini bukan buah dalam makna yang sebenarnya, melainkan sebuah kiasan.

Akibat mendekati perkara yang dilarang Allah SWT itu, Nabi Adam AS dan Hawa diturunkan dari surga ke bumi. Namun, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa pada dasarnya Nabi Adam AS diturunkan dari surga bukan karena melakukan sebuah kesalahan, melainkan karena sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Hal ini bersandar pada sebuah hadits tentang percakapan antara Nabi Adam AS dan Nabi Musa AS.

Dari Abu Hurairah RA ia menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Musa AS pernah mendebat Adam AS. Musa berkata kepada Adam, ‘Engkau telah mengeluarkan manusia dari surga hingga membuat mereka sengsara karena kesalahanmu.’ Adam menjawab, ‘Wahai Musa, engkau telah dipilih Allah dengan risalah dan kalam-Nya. Apakah engkau mencela diriku atas suatu hal yang telah ditulis Allah sebelum Dia menciptakan aku atau yang telah ditakdirkan Allah terhadap diriku sebelum Dia menciptakan aku?'” Rasulullah SAW bersabda, “Maka Adam dapat membantah argumentasi Musa.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Tempat Diturunkannya Nabi Adam dan Hawa ke Bumi


Jakarta

Nabi Adam AS adalah nabi pertama sekaligus manusia pertama yang Allah SWT ciptakan di alam semesta ini, hingga akhirnya melalui tulang rusuk Adam, Allah SWT hadirkan Siti Hawa seorang wanita sebagai pasangannya.

Kisah mengenai nabi Adam AS diceritakan dalam Al-Qur’an yakni surah Al-Baqarah. Berikut penjelasan surah Al-Baqarah ayat 30:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠


Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dan surah Al-Baqarah ayat 31:

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ٣١

Artinya: “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa Memakan Buah Khuldi

Dari buku Kisah dan Mukjizat 25 Nabi dan Rasul karya Aifa Syah dikisahkan mengenai iblis yang dibantu oleh ular untuk masuk ke Surga, kemudian bertemu dengan nabi Adam AS dan Siti Hawa.

Iblis pun merayu mereka, “Mengapa kalian tidak memakan buah khuldi ini? Tahukah kalian buah ini bisa membuat kalian tetap tinggal di Surga.”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa pada awalnya mampu menahan godaan tersebut, namun iblis terus saja merayu mereka, hingga keduanya tergoda untuk memakan buah tersebut. Padahal Allah SWT melarang keduanya untuk memakan buah khuldi.

Ketika nabi Adam AS dan Siti Hawa makan buah tersebut maka tampaklah aurat keduanya yang selama ini tidak terlihat, “Ya Allah kami telah melakukan dosa besar, ampuni kami ya Allah.” Ujar nabi Adam AS dan Siti Hawa.

Mereka berdua menyesal, namun Allah SWT tetap menurunkan nabi Adam AS dan Siti Hawa ke Bumi, keduanya tidak dapat lagi menikmati apapun yang ada di Surga, dan mereka mesti berusaha mencari makanan di Bumi.

Tempat Diturunkannya Adam dan Hawa

Dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, S.Pd. disebutkan tempat turunnya nabi Adam AS dan Siti Hawa ke Bumi.

Surah Al-Arah ayat 24:

قَالَ اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚوَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٢٤

Artinya: “Dia (Allah) berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”

Nabi Adam AS dan Siti Hawa tidak diturunkan dalam satu tempat yang sama di Bumi. Nabi Adam diturunkan di Sri Lanka tepatnya di puncak bukit Sri Pada, sementara Siti Hawa diturunkan di daerah Arab.

Keduanya terpisah, hingga akhirnya dipertemukan kembali oleh Allah SWT di Jabal Rahmah. Mereka pun memulai kehidupan barunya di Bumi, banyak hal baru yang dipelajari oleh Nabi Adam AS.

Hikmah kisah Adam dan Hawa

· Manusia sebagai khalifah di Bumi harus senantiasa menjaga kelestarian alam, menghindari permusuhan

· Iblis akan selalu menentang perintah Allah SWT dan menyesatkan manusia

· Hindari sikap sombong, sebab Allah SWT telah mengutuk iblis karena kesombongannya

· Segera bertobat ketika melakukan kesalahan, seperti nabi Adam AS dan Siti Hawa yang memohon ampunan kepada Allah SWT saat memakan buah Khuldi.

Demikian penjelasan tempat diturunkannya Adam dan Hawa, mulai dari kisah keduanya memakan buah Khuldi, hingga hikmah yang bisa diambil. Semoga detikers bisa mengambil pelajaran dari cerita di atas.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Lahirnya Nabi Muhammad SAW bersama 4 Wanita Mulia



Jakarta

Nabi Muhammad SAW lahir sebagai manusia paling mulia. Momen kelahirannya pun diliputi hal menakjubkan. Aminah, sang ibunda, ditemani oleh empat wanita mulia saat proses persalinan.

Nabi Muhammad SAW lahir hari Senin, 12 Rabiul Awal pada tahun gajah.

Dalam Kitab Maulid ad-Diba’i, Syekh Abdurrahman ad Diba’i mengatakan saat malam kelahiran Nabi Muhammad SAW, langit seketika bergetar yang diliputi kebahagiaan. Disebutkan, lapisan langit dipenuhi cahaya terang dan para malaikat bergemuruh mengucapkan pujian kepada Allah SWT.


Merangkum buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim dikisahkan bahwa Aminah tidak pernah merasa kelelahan dan letih selama mengandung Nabi Muhammad SAW. Di malam jelang persalinan, Allah SWT mengutus empat wanita agung yang membantu Aminah.

Keempat wanita ini adalah Siti Hawa, Siti Sarah istri Nabi Ibrahim RA, Asiyah binti Muzahim dan Siti Maryam, ibunda Nabi Isa AS.

Siti Hawa berkata kepada Aminah, “Sungguh beruntung engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi engkau akan melahirkan nabi agung junjungan alam semesta, Al Musthafa SAW. Kenalilah olehmu, sesungguhnya aku ini Hawa, ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemanimu.”

Tak lama kemudian, hadirlah Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim AS. Ia berkata, “Sungguh, berbahagialah engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan Nabi agung, seorang Nabi yang dianugerahi kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya.

Nabi agung yang ilmunya sebagai sumber ilmunya para nabi dan para kekasih-Nya. Nabi agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan, ketahuilah olehmu, wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Sarah, istri Nabiyullah Ibrahim AS. Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemanimu.”

Selanjutnya hadir diiringi aroma harum semerbak, seraya berkata, “Sungguh, berbahagialah engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan Nabi agung, kekasih Allah SWT yang paling agung dan insan sempurna yang paling utama mendapatkan pujian dari Allah SWT dan seluruh makhluk-Nya. Aku adalah Asiyah binti Muzahim, yang diperintahkan oleh Allah SWT menemanimu.”

Wanita keempat yang hadir dengan kecantikannya adalah Siti Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Ia berkata, “Sungguh, berbahagialah engkau wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau.

Sebentar lagi, engkau akan melahirkan Nabi agung yang dianugerahi Allah SWT mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa. Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk sholawat Allah SWT dan salam sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam, ibunda Nabi Isa AS.”

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Jumlah Anak Nabi Adam AS beserta Namanya dalam Sejarah Islam


Jakarta

Sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, Nabi Adam AS menjadi awal keberadaan umat manusia di muka bumi. Dari rahim Siti Hawa, istri Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang rusuknya, lahirlah beberapa keturunan pertama dari umat manusia yang berkembang hingga saat ini.

Menurut riwayat yang dikutip dari buku Kisah Para Nabi Ibnu Katsir Terjemahan Umar Mujtahid, di awal penciptaannya, Nabi Adam AS dan Siti Hawa dikaruniai lima orang anak, yaitu tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Berikut nama anak-anak pertama Nabi Adam AS.

Nama Anak-anak Nabi Adam AS


1. Habil dan Qabil, Iqlima dan Labuda

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan kisah 25 Nabi Rasul karya Winkanda Satria Putra, setelah Nabi Adam AS dan Hawa turun ke bumi, Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Sepasang anak kembar pertama bernama Qabil dan Iqlima, sepasang anak kembar berikutnya bernama Habil dan Labuda.

Nabi Adam AS dan Hawa membesarkan kedua anak kembarnya ini dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Kedua anak perempuan mereka diajarkan pekerjaan dan kewajiban mengurus rumah. Sementara itu, kedua anak lelaki mereka diajarkan cara mencari nafkah sesuai minat dan kemampuan mereka.

Dikisahkan pada sumber sebelumnya, atas bisikan iblis, Qabil membunuh saudaranya sendiri, Habil. Habil dibunuh Qabil dengan sebuah batu yang ia lemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga kepala Habil pecah.

Sementara itu, dalam pendapat yang berbeda disebutkan, Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti bintang buas, hingga Habil tewas. Wallahu a’lam.

Pembunuhan Qabil terhadap Habil ini merupakan peristiwa pembunuhan pertama di dunia dalam sejarah Islam.

2. Syaits bin Adam

Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Syaits. Hawa mengatakan, “Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.”

Abu Dzar menuturkan dalam hadits yang ia dengar dari Rasulullah SAW,

“Sungguh, Allah menurunkan 104 lembaran, 50 di antaranya Allah turunkan kepada Syaits.”

Muhammad bin Ishaq juga menyatakan, “Saat sekarang, Adam berwasiat kepada anaknya, Syaits, mengajarkan saat-saat pada malam dan siang hari, mengajarkan ibadah apa saja pada saat-saat itu, dan memberitahukan padanya setelah itu akan terjadi banjir besar.”

Disebutkan pula bahwa nasab seluruh keturunan Adam saat ini bermuara pada Syaits. Anak-anak Adam selain Syaits telah punah dan lenyap.

Jumlah Anak Nabi Adam AS Seluruhnya

Merujuk kembali pada buku Kisah Para Nabi, Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, bahwa Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan.

Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, di mana setiap kelahiran menghasilkan dua sepasang anak, lelaki dan perempuan. Qabil dan saudarinya, Qalima adalah anak yang paling tua, sedangkan anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits.

Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang dengan baik hingga saat ini. Allah SWT pun menurunkan firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 1,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama- Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Para ahli sejarah juga menyebutkan, Nabi Adam AS sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya, yang termasuk anak-anak dan cucu-cucunya. Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketika Nabi Adam dan Hawa Menutupi Auratnya dengan Daun Tin


Jakarta

Ada hal yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga. Hal ini terjadi setelah keduanya memakan buah dari pohon terlarang.

Kisah turunnya Nabi Adam AS dan Hawa ke bumi setelah sebelumnya tinggal di surga diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 35-36. Allah SWT berfirman,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦


Artinya: “Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Para mufassir termasuk Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Nabi Adam dan Hawa memakan buah dari pohon khuldi, pohon yang dilarang Allah SWT. Ketika keduanya memakan buah dari pohon khuldi, Allah SWT mengeluarkannya dari surga.

Pakaian Nabi Adam AS dan Hawa di Bumi

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Nabi Adam dan Hawa sebelumnya telah berpakaian. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al-A’rad ayat 27,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ali bin Husein bin Isykab, dari Ali bin Ashir, dari Said bin Arubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan postur yang sangat tinggi dan berambut lebat, layaknya seperti pohon kurma yang tinggi. Ketika ia mencicipi buah terlarang, seluruh pakaiannya tertanggalkan. Yang pertama terlihat darinya adalah auratnya, dan ketika ia melihat auratnya itu maka ia cepat-cepat bersembunyi, lalu rambutnya tersangkut pada sebuah pohon hingga tercabut.

Kemudian Allah menegurnya, “Wahai Adam, apakah kamu bersembunyi dari-Ku?” Setelah ia mendengar pertanyaan itu ia berkata: “Ya Tuhanku, tidak demikian, aku hanya merasa malu.”

Ats-Tsauri meriwayatkan, dari Ibnu Abi Laila, dari Minhal bin Amru, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga,” ia berkata, maksudnya adalah daun tin.

Dikutip dalam Ibnu Katsir saat menceritakan kisah para nabi dalam Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan Saefulloh MS menjelaskan bahwa pakaian yang pertama kali dikenakan oleh Nabi Adam AS dan Hawa di bumi terbuat dari bulu biri-biri.

Nabi Adam AS memotong biri-biri, lalu beliau mengambil bulu-bulunya, memintalnya, dan menenunnya. Ia membuat pakaian untuk dirinya dalam bentuk jubah sementara untuk Hawa dalam bentuk baju kurung dan kerudung.

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Wanita yang Dijamin Masuk Surga oleh Allah SWT



Jakarta

Surga digambarkan sebagai tempat yang begitu indah dengan berbagai kenikmatannya. Menurut sebuah riwayat, ada empat wanita yang dijamin masuk surga.

Umi Salamah dalam buku Wanita Pilihan yang Dirindukan Surga menceritakan, sejak Nabi Adam AS sebagai manusia pertama diciptakan, Allah SWT lalu menciptakan Siti Hawa yang terbuat dari tulang rusuk Nabi Adam AS sebagai pendamping hidup di surga.

Siti Hawa menjadi wanita pertama yang telah menjadi penghuni surga. Hingga lambat laun hadirlah wanita-wanita tangguh yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT karena membuka hati serta menerima hidayah dan keimanan yang sangat sulit. Hal itu dikarenakan adanya tantangan yang begitu besar dan harus mereka hadapi.


Rasulullah SAW pernah mengabarkan mengenai wanita yang dijamin masuk surga. Beliau bersabda, “Sebaik-baik wanita surga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran, dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR Ibnu Hibban, Ahmad, Abu Ya’la, Ath-Thabrani, Abu Daud, dan Al-Hakim)

Wanita yang Dijamin Masuk Surga

1. Khadijah binti Khuwailid

Lestari Ummu Al-Fatih dalam buku 99 Pesan Rasulullah untuk Perempuan: Terapi Hati untuk Wanita yang Mendambakan Surga menceritakan kisah dari Khadijah binti Khuwailid.

Khadijah binti Khuwailid merupakan istri dari Nabi Muhammad SAW yang namanya disebut dalam percakapan antara Rasulullah SAW dengan Malaikat Jibril. Seperti yang diceritakan oleh Abu Hurairah RA,

“Khadijah adalah wanita yang akan menghidangkan sebuah tempayan berisi makanan dan minuman kepadamu di surga. Sampaikanlah salamku kepadanya, bahwa dia kelak akan masuk surga yang penuh dengan kenikmatan dan tiada terdengar suara jerit penderitaan di sana.” (HR Bukhari dan Muslim)

Khadijah binti Khuwailid merupakan sosok wanita pertama yang beriman kepada Allah SWT, ia adalah wanita suci dan mulia. Tingkah lakunya terjaga dari kebiasaan buruk masyarakat jahiliah. Ia memiliki sifat pemurah dan peduli pada kaum dhuafa.

Khadijah binti Khuwailid adalah sosok wanita yang rela mengorbankan harta, jiwa, dan raganya demi tegaknya agama Allah SWT.

2. Fatimah binti Muhammad

Merangkum buku Ternyata Wanita Lebih Mudah Masuk Surga karya Iis Nuraeni Afgandi dan buku Kamulah Wanita Karier yang Hebat karya Arum Faiza dkk, Fatimah Az-Zahra merupakan putri kesayangan Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai anak yang taat kepada orang tuanya.

Bukan hanya itu, ia juga seorang wanita muslim yang sangat sabar, cerdas, kuat imannya, serta taat kepada suaminya.

Kisah keteladanan Fatimah binti Muhammad ini dapat dijadikan panutan. Ia benar-benar memahami kondisi suaminya Ali bin Abi Thalib.

Dituturkan pada suatu ketika Fatimah binti Muhammad bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib sedang mengalami kesulitan ekonomi yang mengakibatkan Fatimah lapar selama tiga hari. Ketika, Ali bertanya, “Apa yang menimpa dirimu, wahai Fatimah?” Fatimah menjawab, “Sejak tiga hari yang lalu kami tidak menemukan sesuatu di rumah.” Lalu Ali bertanya lagi, “Mengapa engkau tidak memberitahuku?” Ia menjawab, “Pada malam pertama kita, dahulu, ayahku, Rasulullah SAW pernah berkata, “Wahai Fatimah, jika Ali datang kepadamu dengan membawa sesuatu, makanlah, dan jika tidak, janganlah engkau memintanya.”

Begitulah kisah Fatimah binti Muhammad yang tidak pernah menyusahkan suaminya dan pantas saja jika Rasulullah SAW mengatakan bahwa Fatimah binti Muhammad adalah salah satu wanita yang dijamin masuk surga.

3. Maryam binti Imran

Melansir dari Kisah-Kisah Teladan dalam Al-Quran karya Munnal Hani’ah, Maryam binti Imran merupakan ibu dari Nabi Isa AS, ia dikenal dengan seorang perempuan salihah dan rajin beribadah. Dia selalu beribadah sepanjang hari kepada Allah SWT. Allah SWT memuliakan Maryam dengan cara yang unik.

Allah SWT meniupkan satu ruh di rahimnya, akhirnya Maryam pun hamil tanpa proses kehamilan seperti perempuan pada umumnya. Kabar kehamilan Maryam ini disampaikan langsung oleh Malaikat Jibril.

Maryam pun meyakini kebenaran akan kabar yang diberikan oleh Malaikat Jibril, dia benar-benar perempuan yang salihah. Maryam menerima apapun keputusan Allah SWT untuk mencegah fitnah.

Hingga akhirnya, Maryam pun pergi mengasingkan diri dan tidak ingin ada yang tahu tentang kehamilannya. Maryam selalu yakin bahwa apa yang terjadi pada dirinya merupakan bentuk kekuasaan Allah SWT.

4. Siti Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun

Merujuk pada Arum Faiza dalam buku 11 Kisah Wanita Superhebat di Masa Lalu: Menjadi Wanita Kuat, Cerdas, dan Taat, mengisahkan mengenai Asiyah istri Fir’aun.

Meskipun Asiyah merupakan istri dari Fir’aun, namun ia dijamin masuk surga oleh Allah SWT, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah SAW. Pada awalnya, Asiyah menolak untuk dijadikan istri oleh Fir’aun namun penolakan itu berakhir dengan penyeretan kedua orang tuanya dan penyiksaan yang bertubi-tubi.

Hingga akhirnya, Asiyah mengiyakan lamaran Fir’aun. Parasnya yang menawan membuat Fir’aun begitu mencintai Asiyah. Namun, Asiyah berdoa kepada Allah SWT supaya ia dapat dijauhkan dari Fir’aun dan kaumnya yang zalim.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah At-Tahrim ayat 11,

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا امْرَاَتَ فِرْعَوْنَۘ اِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِيْ عِنْدَكَ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَنَجِّنِيْ مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهٖ وَنَجِّنِيْ مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَۙ

Artinya: “Allah juga membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, yaitu istri Fir’aun, ketika dia berkata, “Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku di sisi-Mu sebuah rumah dalam surga, selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, serta selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.”

Doa Asiyah pun didengar oleh Allah SWT, dan Dia mengutus malaikat untuk memperlihatkan tempatnya di surga. Hingga pada akhirnya, Asiyah gugur sebagai seorang syuhada yang mempertahankan iman dan ia termasuk wanita yang dijamin masuk surga.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com