Tag Archives: sumur zamzam

Sejarah Munculnya Air Zamzam yang Keluar dari Tanah Gersang



Jakarta

Air zamzam yang hingga kini masih berlimpah ruah dulunya keluar dari tanah yang gersang. Sejarah munculnya air zamzam tidak lepas dari kisah Nabi Ismail AS.

Nabi Ismail AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar. Ia memiliki sejumlah mukjizat sejak bayi.

Sejarah Munculnya Air Zamzam

Dikutip dari buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid, dikisahkan bahwa awal mula sejarah munculnya air zamzam adalah ketika Siti Hajar dan Ismail AS kecil masih tinggal di Makkah yang masih begitu gersang seperti gurun. Saat itu, Siti Hajar memiliki keinginan kuat untuk tetap hidup bersama dengan putra yang disayanginya yaitu Ismail AS.


Akan tetapi, dengan keadaan hidup yang sangat sulit, di situlah dimulai beban hidup yang ditanggung oleh Siti Hajar semenjak karena Nabi Ibrahim AS kembali Palestina. Meskipun sudah terdapat bekal dan makanan, namun tidak cukup lantaran kondisi Hajar yang masih harus menyusui Ismail AS.

Nabi Ibrahim AS diketahui meninggalkan istri dan anaknya lantaran perintah dari Allah SWT. Kurang lebih kejadian saat Nabi Ibrahim AS meninggalkan keluarga mereka adalah seperti ini,

Siti Hajar bertanya, “Wahai suamiku, apakah engkau bersungguh-sungguh hendak meninggalkan kami di tempat ini?”

“Maaf istriku, aku hanya menjalankan perintah Allah. Bertakwalah kepada Allah. Insya Allah Dia akan selalu melindungi kalian,” jawab Nabi Ibrahim AS.

Melanjutkan di saat kondisi Siti Hajar dan Ismail AS serba kekurangan, kemudian Ismail AS menangis karena air susu dari Siti Hajar mengering lantaran kekurangan makanan. Tangisan Ismail AS yang tidak kunjung berhenti ini membuat Siti Hajar cemas, bingung sekaligus panik.

Siti Hajar menoleh dan mencari ke kanan dan kiri, ke sana kemari, demi mencari sesuap makanan atau seteguk air yang dapat meringankan rasa lapar dan haus, sekaligus meredakan tangisan anaknya. Akan tetapi, usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.

Menurut keterangan Ibnu Hisyam, saat Siti Hajar putus asa lantaran tidak mendapatkan air, ia pun berlari-lari kecil dari Bukit Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali (yang kini diabadikan menjadi salah satu rukun ibadah haji, yang disebut sa’i) sembari memohon kepada Allah SWT agar menolongnya dan putranya yang sedang mengalami krisis persediaan makanan dan air.

Allah SWT pun mengutus Malaikat Jibril untuk melakukan misi penyelamatan bagi keduanya, sehingga kaki Ismail terlihat menginjak-injak tanah dan kemudian muncullah air.

Sedangkan, Siti Hajar saat itu mendengarkan suara air seperti binatang buas, yang membuatnya ketakutan. Air tersebut mengalir dengan sangat deras, hingga tangannya menggapai air yang mengalir dari tempat Ismail AS. Kemudian air inilah yang akhirnya diketahui dengan nama air zamzam.

Dijelaskan lebih lanjut dalam buku ini bahwa para ulama sepakat bahwa zamzam adalah air untuk minum Ismail AS dan ibunya, Hajar. Tetapi terdapat beberapa perbedaan mengenai sebab alasan munculnya air tersebut.

Secara singkat, dalam pendapat ulama yang lain, penyebab munculnya air zamzam adalah berdasarkan dari hentakan kaki Malaikat Jibril. Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mimpi Kakek Nabi untuk Gali Zamzam yang Tertimbun Patung Quraisy



Jakarta

Sumur zamzam di Makkah dulunya pernah ditimbun oleh kabilah Jurhum sebelum mereka meninggalkan tempat itu. Peristiwa ini terjadi sebelum datangnya Islam.

Zamzam adalah sumur Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar. Sumber air ini berasal dari hentakan kaki malaikat ketika Siti Hajar kebingungan mencari air agar bisa menyusui putranya, saat itu posisi Siti Hajar berada di atas bukit Marwah untuk ketujuh kalinya, sebagaimana diceritakan dalam Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir.

Siti Hajar kemudian turun menuju sumber air itu dan mengambilnya. Air itu pun memancar setelah diciduk oleh Siti Hajar. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda,


“Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada ibunda Ismail, apabila air zamzam itu ditinggalkan begitu saja (atau tidak diciduk airnya) maka niscaya zamzam ini tidak akan menjadi mata air yang mengalir (ke seluruh dunia).”

Siti Hajar bergegas meminum air tersebut dan memberikan susu pada putranya. Malaikat yang menghentakkan sumber air tersebut berkata kepadanya, “Janganlah kamu khawatir ini akan habis, karena di sini akan dibangun rumah Allah oleh anak ini dan ayahnya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keturunannya.”

Setelah mendapatkan perintah dari Allah SWT, Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS membangun Baitullah (Ka’bah). Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya menceritakan, setelah Nabi Ismail AS wafat, Baitullah diperintah oleh putranya, Nabit bin Ismail sampai ia wafat.

Setelah itu, kekuasaan Baitullah beralih ke tangan Mudhadh bin Amru al-Jurhumi. Bani Ismail dan bani Nabit tinggal bersama kakek mereka, Mudhadh bin Amru, dan paman-paman mereka dari Jurhum. Saat itu, Jurhum menjadi penduduk Makkah bersama Qathura.

Hingga pada suatu ketika kedua pihak itu saling serang dan berkompetisi untuk merebutkan kekuasaan. Selang beberapa waktu, Jurhum bertindak zalim dan menodai tempat suci itu. Mereka sewenang-wenang terhadap warga luar Makkah yang masuk ke sana dan memakan harta Ka’bah dari para peziarah.

Pada zaman jahiliah, Makkah tidak menoleransi tindak kezaliman. Siapa pun yang berbuat zalim akan diusir dari sana. Kabilah Jurhum pun akhirnya terusir. Sebelum mereka meninggalkan Makkah, pemimpin mereka membawa dua patung kijang emas dan Hajar Aswad lalu menimbunnya pada zamzam.

Mimpi Abdul Muththalib Diperintahkan Gali Zamzam

Dalam Sirah Nabawiyah itu, Ibnu Hisyam menceritakan kisah dari Muhammad bin Ishaq al-Muththalibi tentang mimpi Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad SAW. Kala itu Abdul Muththalib bin Hasyim tidur di atas Hijr Ismail, ia bermimpi diperintahkan untuk menggali zamzam.

“Galilah Thaibah!” kata seseorang yang mendatangi Abdul Muththalib dalam mimpinya.

Ketika Abdul Muththalib bertanya, “Apa itu Thaibah?” orang itu lantas menghilang.

Pada malam berikutnya, Abdul Muththalib kembali tidur di Hijr Ismail. Orang yang kemarin mendatanginya dalam mimpi itu datang lagi dan mengatakan, “Galilah Barrah!” Saat Abdul Muthalib menanyakan apa itu Barrah, orang tersebut menghilang.

Kejadian itu kembali terulang. Pada malam berikutnya saat Abdul Muththalib tidur di Hijr Ismail, orang yang sama datang lagi dan berkata, “Galilah Madhuunah!” Sama seperti malam-malam berikutnya, saat Abdul Muththalib menanyakan apa itu Madhuunah, orang itu menghilang.

Pada malam berikutnya Abdul Muththalib kembali didatangi orang yang sama dalam mimpinya. Orang itu berkata, “Galilah zamzam!”

Abdul Muththalib bertanya, “Apa itu zamzam?”

Orang itu menjawab, “Sumur yang takkan pernah habis atau mengering, memuaskan dahaga jemaah haji yang datang berduyun-duyun. Sumur itu ada di antara kotoran dan darah, di sisi lubang gagak berkaki putih, di dekat sarang semut.”

Setelah mendapat penjelasan tersebut, Abdul Muththalib yakin bahwa orang itu bisa dipercaya. Ia pun bergegas mengambil cangkul bersama anaknya, Harits bin Abdul Muththalib. Setelah berhasil menemukan air, ia pun bertakbir.

Ibnu Hisyam juga mengatakan, posisi zamzam saat itu tertimbun di antara dua patung Quraisy yang bernama Isaf dan Nailah. Lokasinya ada di tempat penyembelihan hewan kurban Quraisy.

Dari situlah sebutan Harifatu Abdil Muththalib untuk zamzam muncul. Dinamakan demikian karena orang yang menggali dan berhasil menemukan keberadaan zamzam yang sempat hilang adalah Abdul Muththalib, sebagaimana diterangkan dalam buku Mukjizat Penyembuhan Air Zamzam karya Badiatul Muchlisin Asti.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sumur Zamzam Digali Kembali oleh Abdul Muthalib, Kakek Rasulullah SAW


Jakarta

Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, memiliki jasa yang besar dalam penggalian kembali sumur zamzam. Ia berhasil menemukan kembali sumur yang sebelumnya sempat tertimbun.

Sumur zamzam menjadi sumur yang tidak pernah kering. Air dari sumur ini bahkan memiliki banyak keutamaan sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa hadits.

Dalam sejarahnya, kemunculan air zamzam bermula dari kegelisahan Siti Hajar bersama putranya, Ismail, yang ditinggal Nabi Ibrahim AS di sebuah padang tandus. Cerita Siti Hajar yang ditinggal Nabi Ibrahim ini diabadikan Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 37.


رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Siti Hajar dan bayi Ismail kehabisan bekal, ia kemudian berusaha mencari makanan atau orang-orang yang kemungkinan berada di sekitarnya. Siti Hajar berlari ke Bukit Marwah, kemudian ke Bukit Shafa, dan kembali lagi ke Bukit Marwah. Tercatat, tujuh kali dirinya bolak-balik bukit Shafa-Marwah.

Apa yang dilakukan Siti Hajar itu kini menjadi salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan umat Islam yang melaksanakan haji, yaitu sai.

Setelah lelah bolak-balik dari bukit Shafa ke Marwah, Siti Hajar mendengar perintah untuk melihat putranya yang sedang menangis dan mengentak-entakkan kakinya ke tanah. Ternyata, entakan kaki Ismail AS berhasil mengeluarkan air yang berlimpah. Siti Hajar pun kemudian berkata, “Zamzam
(berkumpullah),” hingga akhirnya air berkumpul dan dinamakan Zamzam.

Munculnya air dari bekas entakan Nabi Ismail ini kemudian memicu hadirnya serombongan burung-burung di sekitarnya. Melihat adanya burung ini, para kafilah yang juga sedang mencari air segera menuju tempat burung-burung beterbangan itu. Inilah kisah singkat awal mula munculnya sumur Zamzam.

Nazar Abdul Muthalib

Merangkum buku Situs-Situs Dalam Al-Qur’an: Dari Banjir Nabi Nuh hingga Bukit Thursina oleh Syahruddin El-Fikri dijelaskan bahwa sumur zamzam digali kembali setelah sekian ribu tahun tertimbun.

Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib, bernazar untuk menggalinya kembali apabila dirinya dikaruniai banyak anak dan akan mengurbankan salah satunya.

Doanya dikabulkan Allah SWT dan ia mempunyai 10 orang anak. Kemudian, Abdul Muthalib melaksanakan nazarnya. Namun, ia ragu siapa yang akan dijadikan kurban.

Lalu, diundilah hingga kemudian muncul nama Abdullah, ayah Nabi Muhammad SAW. Keraguan makin memuncak karena ia sangat menyayangi putra bungsunya ini.

Setelah berkali-kali mencoba melakukan undian, nama Abdullah terus muncul. Kemudian ada yang mengusulkan agar nama Abdullah diundi dengan onta. Dan, setelah berkali-kali diundi, selalu muncul nama Abdullah, jumlah onta yang akan dijadikan kurban ditambah hingga 100 ekor onta. Dan, pada undian berikutnya, akhirnya muncullah nama onta yang akan dikurbankan.

Karena doanya dikabulkan dan Abdul Muthalib melaksanakan nazarnya, dia pun menggali sumur Zamzam tersebut. Karena itu, sumur Zamzam disebut pula dengan sumur gali.

Abdul Muthalib Menggali Kembali Sumur Zamzam

Makkah ditinggali oleh suku Jurhum dan Qathura’. Suatu hari, dua suku berkonflik dan berperang berebut posisi penguasa Makkah.

Imam Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyyah menceritakan bahwa kemudian ‘Amr bin al-Harits bin Mudladl al-Jurhumu keluar Makkah dengan (membawa) dua (patung) kijang Kakbah dan batu tiang, lalu menimbunnya dalam (sumur) Zamzam. Dia pun pergi bersama orang-orang Jurhum yang bersamanya menuju Yaman. Sumur zamzam pun tertimbun.

Setelah beratus-ratus tahun lamanya tertimbun, sumur Zamzam ditemukan kembali keberadaannya oleh Abdul Muttalib melalui isyarat mimpi. Dia pun menggali sumur tersebut sesuai dengan yang dilihatnya dalam mimpi.

Mengutip buku Sejarah Arab Sebelum Islam oleh Dr. Jawwad Ali, sumur zamzam berhasil ditemukan dan digali kembali oleh Abdul Muthalib. Ini menjadi jasa yang abadi hingga sekarang.

Ketika Abdul Muthalib menemukan dan menggalinya, semua jamaah haji memanfaatkan airnya dan tidak lagi memakai sumur-sumur yang ada sebelumnya.

Ketika menggali sumur zamzam, Abdul Muthalib menemukan harta karun yang terpendam di dalamnya, berupa dua patung unta dari emas. Harta itu dipendam oleh suku Jurhum.

Selain itu, juga terdapat pedang-pedang tanpa sarung dan baju perang lengkap. Pedang-pedang itu lalu dilebur menjadi bahan pintu Kakbah, kemudian salah satu patung unta tadi disepuhkan pada pintu Kakbah.

Selanjutnya, pintu Kakbah dibuat khusus dari emas. Ini merupakan emas pertama yang menjadi perhiasan Kakbah.

Sebelumnya bangsa Quraisy melarang Abdul Muthalib menggali sumur zamzam. Namun, ia bersikukuh melakukannya.

Ada pula riwayat lain yang menyebutkan bahwa Abdul Muthalib menggali sumur Zamzam itu karena adanya perintah yang didapatkan ketika beliau tertidur di Hijir Ismail. Maka, perintah itu beliau laksanakan.

Setelah sumur zamzam kembali ditemukan, masyarakat Makkah memanfaatkan airnya untuk berbagai keperluan sehari-hari. Hingga saat ini air zamzam masih terus mengalir deras, bahkan menjadi salah satu oleh-oleh yang dibawa oleh jemaah umroh dan haji.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Air Zamzam yang Tak Pernah Kering Sejak Zaman Nabi Ibrahim AS



Jakarta

Salah satu keistimewaan air zamzam adalah adanya kenyataan bahwa air zamzam tidak pernah kering dan terus ada airnya tanpa pernah henti, meski ia telah berusia ribuan tahun, serta telah diambil dan dikonsumsi oleh jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia.

Mengutip buku berjudul Mukjizat Penyembuhan Air Zamzam yang ditulis Badiatul Muchlisin Asti menuliskan kisah ketika Hajar melihat malaikat berdiri di sebuah tempat (di dekat sumur zamzam sekarang), terlihat malaikat itu tengah menggali tanah dengan sayapnya, hingga air pun menyembur deras dari tempat itu.

Hajar kemudian membuat lubang seperti baskom dengan tangannya dan mengisi kantong kulitnya dengan air yang menyembur deras dari tempat itu. Air itu terus menyembur deras meskipun telah ia bendung sebagian darinya. Sehingga bila bukan karena kasih sayang Allah, maka air itu akan menjadi arus deras yang meliputi permukaan bumi.


Nabi Muhammad SAW ketika menceritakan kisah Hajar dan Nabi Ismail, beliau bersabda,

يَرْحَمُ اللَّهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ ، لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ — أَوْ قَالَ: لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ الْمَاءِ – لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِيْنًا

Artinya: “Semoga Allah melimpahkan Kasih-Nya kepada Ibu Ismail. Jika saja ia membiarkan zamzam (terus menyemburkan air tanpa mengendali- kannya atau kalau ia tidak mengambil air darinya), zamzam akan menjadi arus deras yang meliputi permukaan bumi”. (HR. Bukhari)

Kisah di atas menunjukkan tidak akan pernah keringnya mata air zamzam sepanjang masa. Air zamzam tidak akan pernah kering dan airnya tak akan pernah habis. Ibnu Abbas berkata, “Seandainya ia (Hajar) tetap meninggalkannya, maka pasti air itu tetap akan ada.”

Ibnu Al-Jauzi berkata, “Keberadaan air zamzam adalah nikmat Allah tanpa usaha manusia. Maka tatkala dibendung oleh Hajar, masuklah usaha manusia, lalu nikmat itu dikurangkan”.

Kisah lainnya yang menunjukkan tidak akan pernah keringnya air zamzam adalah kisah Abdul Muthalib ketika bermimpi mendapatkan perintah menggali mata air zamzam. Ketika itu, untuk ketiga kalinya, Abdul Muthalib bermimpi, dalam mimpinya ada seseorang yang menghampirinya dan berkata, “Galilah olehmu Zam- zam!”, maka Abdul Muthalib bertanya, “Apa itu Zamzam?”.

Orang itu berkata, “la (Zamzam) adalah mata air yang tidak akan kering selamanya. Ia akan melayani minum para haji yang berjubel. la berada di antara kotoran dan darah. la terletak di tempat berkumpulnya burung-burung elang dan berada di dekat lubang semut.”

Ad-Dahhak bin Muzahim berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat air tawar sebelum hari kiamat, dan semua air akan meresap selain air zamzam. Bumi akan terurai isinya, termasuk emas dan perak, kemudian seseorang akan datang membawa karung penuh emas dan perak seraya berkata, ‘Siapakah yang mau menerima barang ini dariku?’. Kemudian seseorang berkata, ‘Seandainya engkau bawakan kemarin, tentu aku akan menerimanya’.”

Lebih dari itu, fakta nyata yang tak bisa dibantah oleh siapa pun adalah sejak zaman Nabi Ismail hingga sekarang, air zamzam tidak pernah habis sekalipun jutaan orang telah mengambilnya, terutama pada bulan Ramadhan dan bulan Haji. Orang yang melihat sumur zamzam akan mendapatkan kenyataan bahwa permukaan airnya tidak pernah berubah, tidak berkurang, sekalipun telah di- ambil. la juga tidak memancar banyak sehingga mengalir di muka bumi, juga tidak berkurang, dalam arti tidak tersisa sama sekali.

Abdul Basit bin Abdul Rahman dalam buku Makkah al-Mu- karramah Fadhaa’iluha wa Tarikhuha (Makkah al-Mukarramah, Kelebih- an dan Sejarahnya) menyebutkan, bahwa sumur zamzam sudah berumur hampir 5000 tahun, persisnya 4946 tahun, sejak Nabi Ibrahim hingga sekarang.

Syahruddin El-Fikri mengutip artikel anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari menyebutkan bahwa dalam sebuah uji pemompaan sumur zamzam mampu mengalirkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik atau mencapai 660 liter per menit. Uji pemompaan ini dilakukan sebelum 1950-an.

Berikutnya, dibangunlah pompa air pada 1953 yang menyalurkan air dari sumur zamzam ke bak penampungan dan keran-keran. Ketika dilakukan pengujian, pada pemompaan 8.000 liter per detik selama 24 jam, air dalam sumur zamzam mengalami penyusutan sedalam 3,23 meter. Ketika pemompaan dihentikan, permukaan sumur kembali ke asalnya hanya dalam waktu 11 menit. Hal ini menimbulkan pertanyaan. Dari mana sumber air sumur zamzam yang begitu cepat berkumpul kembali tersebut?

Rovicky menjelaskan bahwa terdapat banyak celah atau rekahan bebatuan di sekitar sumur zamzam. Salah satu rekahan memanjang ke arah Hajar Aswad dengan panjang 75 sentimeter dan ketinggian 30 sentimeter.

Adapun beberapa celah kecil memanjang ke arah Safa dan Marwa. Keterangan geometris lain menyebutkan keberadaan celah sumur di bawah tempat tawaf. Celah-celah inilah yang kemudian memasok air ke sumur zamzam.

Wallahu’alam

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com