Tag Archives: sunan gresik

Lirik Syair Walisongo, Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim


Jakarta

Walisongo adalah sebutan bagi sembilan tokoh ulama besar yang berperan penting dalam proses penyebaran Islam di Pulau Jawa pada abad ke-14 hingga abad ke-16 Masehi. Mereka bukan hanya penyebar agama, tetapi juga reformis sosial, pendidik, dan pembangun budaya Islam yang harmonis dengan nilai-nilai lokal.

Salah satu dari Walisongo adalah Sunan Gresik, atau Maulana Malik Ibrahim. Ia dikenal sebagai pelopor dakwah Islam di tanah Jawa dan merupakan salah satu tokoh utama dalam jajaran Walisongo. Dikutip dari buku Sejarah Wali Songo karya Zulham Farobi, kiprah beliau dalam menyebarkan ajaran Islam dengan penuh kelembutan dan kebijaksanaan telah menginspirasi banyak generasi.

Salah satu bentuk penghormatan masyarakat terhadap jasa beliau adalah melalui lantunan sholawat yang memuji keagungan akhlak dan perjuangannya.


Lirik Sholawat Walisongo Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim

Dilansir dari arsip detikHikmah, berikut lirik syair lengkap sholawat Walisongo Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim:

Ya rasulullah salamun alaik
Ya rafiassyani waddaroji
Atfatayyajii rotal alaamii
Ya uhailaljuudi walkaromii… walkaromii…

Sunan Gresik Maulana Malik Ibrahim
Sunan Ampel Raden Rahmat
Sunan Giri Muhammad Ainul Yaqin
Sunan Bonang Maulana Maqdum
Sunan Drajat Raden Qosim
Sunan Kalijogo Raden Syahid
Sunan Muria Raden Umar
Sunan Kudus Ja’far Shodiq
Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah

Ya rasulullah salamun alaik
Ya rafiassyani waddaroji
Atfatayyajii rotal alaamii
Ya uhailaljuudi walkaromii… walkaromii…

Sunan Gresik kondang ngelmu dagange
Sunan Ampel falsafah mah limone
Sunan Giri tembang dolalane
Sunan Bonang musisi gamelane
Sunan Drajat pepali pitune
Sunan Kalijogo wayangane
Sunan Muria ngemu tradisine
Sunan Kudus gede toleransine
Sunan Gunung Jati politike

Ayo podo… eling saklawase
Ya rasulullah salamun alaik
Ya rafiassyani waddaroji
Atfatayyajii rotal alaamii
Ya uhailaljuudi walkaromii… walkaromii…

Terjemahan Lirik Arab

يَارَسُوْلَ اللهِ سَلَامٌ عَلَيْكَ , يَارَفِيْعَ الشَّانِ وَالدَّرَجِ
Yaa rosuulallaah salaamun ‘alaik, yaa rofî’assyaani waddaroji.

Artinya: Wahai utusan Allah semoga keselamatan tetap padamu, wahai yang berbudi luhur dan bermartabat tinggi.

عَـطْفَةً يَّاجِـيْرَةَ الْعَلَمِ , يَااُهَيْلَ الْجُوْدِ وَالْكَـرَمِ
Athfatan yaa jiirotal alami, yaa uhailal juudi wal karomi.

Artinya: Rasa kasihmu wahai pemimpin tetangga, wahai ahli dermawan dan pemurah hati.

Asal-usul dan Makna Walisongo

Dikutip dari buku Wali Songo: 9 Sunan karya Sri Sumaryoto, secara bahasa, “Wali” berarti orang yang dekat dengan Allah atau kekasih Allah. Sedangkan “Songo” dalam bahasa Jawa berarti sembilan. Maka Wali Songo merujuk pada sembilan wali Allah yang menyebarkan Islam di Jawa.

Namun, Walisongo bukan berarti hanya ada sembilan ulama sepanjang waktu, melainkan jumlah itu merujuk pada sembilan orang ulama dalam satu periode tertentu.

Sebelum kedatangan Walisongo, masyarakat Jawa telah mengenal ajaran Hindu dan Buddha selama berabad-abad. Proses penyebaran Islam tidak terjadi dalam semalam, melainkan secara bertahap melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, dan dakwah.

Para pedagang muslim dari Gujarat, Arab, Persia, dan Tiongkok telah membuka jalan bagi penyebaran Islam, tetapi Walisongo-lah yang kemudian memantapkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat Jawa.

Daftar dan Profil Singkat Wali Songo

Dirangkum dari buku Walisongo: Sebuah Biografi karya Asti Musman, berikut daftar dan profil singkat Walisongo:

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Tempat berdakwah: Gresik, Jawa Timur
Wafat: 1419 M
Peran: Wali pertama yang menyebarkan Islam secara sistematis di Jawa. Mendekati masyarakat lewat pertanian, pengobatan, dan perdagangan.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Tempat berdakwah: Ampel Denta, Surabaya
Wafat: 1481 M
Peran: Mendirikan pesantren pertama di Jawa. Ayah dari Sunan Bonang dan mertua dari Raden Patah. Pemikir utama dalam menyusun strategi dakwah Walisongo.

3. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Tempat berdakwah: Tuban
Wafat: 1525 M
Peran: Putra Sunan Ampel. Menggunakan pendekatan seni budaya (gamelan, tembang) untuk menyebarkan Islam.

4. Sunan Drajat (Raden Qosim)

Tempat berdakwah: Lamongan
Wafat: Sekitar 1522 M
Peran: Mengajarkan pentingnya sosial kemasyarakatan dan menolong sesama. Dakwahnya sangat menekankan akhlak dan kesejahteraan.

5. Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)

Tempat berdakwah: Kudus
Wafat: 1550 M
Peran: Pendiri Masjid Menara Kudus. Dakwah dengan pendekatan toleransi, bahkan bangunan masjid mengadopsi arsitektur Hindu-Buddha.

6. Sunan Kalijaga (Raden Said)

Tempat berdakwah: Demak, Kadilangu
Wafat: Sekitar 1570 M
Peran: Wali yang paling populer karena dakwahnya sangat akulturatif. Menggunakan wayang, tembang Jawa, dan seni rakyat.

7. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Tempat berdakwah: Gunung Muria, Jawa Tengah
Wafat: Sekitar abad ke-16
Peran: Putra Sunan Kalijaga. Mendekati masyarakat pedesaan. Mengajarkan Islam lewat budaya tani, kesenian, dan pendidikan akhlak.

8. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Tempat berdakwah: Cirebon, Banten
Wafat: 1570 M
Peran: Tokoh penting dalam pendirian Kesultanan Cirebon dan Banten. Dakwahnya meluas hingga pesisir utara Jawa Barat.

9. Sunan Giri (Raden Paku)

Tempat berdakwah: Gresik
Wafat: 1506 M
Peran: Ulama dan pendidik ulung. Mendirikan pesantren Giri Kedaton. Fatwa dan pendapatnya menjadi rujukan ulama di seluruh Nusantara.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Nama Lain Sunan Maulana Malik Ibrahim, Tokoh Pelopor Dakwah Walisongo



Jakarta

Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa yang dikenal dengan walisongo. Ia memiliki sejumlah nama lain atau panggilan.

Disebutkan dalam buku Sejarah Wali Songo karya Zulham Farobi, nama lain Maulana Malik Ibrahim adalah Sunan Gresik. Nama ini diperoleh karena ia melakukan dakwah untuk pertama kalinya di Gresik, Jawa Timur. Tepatnya di Desa Sembalo, yang pada saat itu desa tersebut masih berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Saat ini, Desa Sembalo termasuk ke dalam daerah Leran Kecamatan Manyar letaknya tepat 9 kilometer arah utara Kota Gresik.


Selain Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim juga memiliki delapan nama lain. Mengutip buku Wali Sanga karya Masykur Arif, berikut nama lain Sunan Maulana Malik Ibrahim,

  • Sunan Tandhes
  • Sunan Gribig
  • Sunan Raja Wali
  • Wali Quthub
  • Mursyidul Auliya’ Wali Sanga
  • Sayyidul Auliya’ Wali Sanga
  • Maulana Maghribi
  • Syekh Maghribi

Menurut buku The History of Java karya Raffles, Maulana Malik Ibrahim dipanggil Syekh Maghribi karena ia lahir dari Maghrib nama lain dari Maroko, Afrika Utara. Mengenai asal kelahiran dari Sunan Maulana Malik Ibrahim, hingga kini masih belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Maroko, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia keturunan dari Campa atau bahkan Iran.

Dakwah Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa terkhusus Gresik, Maulana Malik Ibrahim melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui pergaulan sehari-hari.

Ia tidak secara langsung menghakimi dan membujuk masyarakat untuk berpindah kepercayaan. Secara tidak langsung Sunan Gresik menunjukkan budi pekerti melalui perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan ajaran Islam.

Melansir tulisan Asep Saeful Mimbar yang terbit dalam Jurnal Wawasan dengan judul Memahami Islam: Perspektif Otentisitas dan Budaya Politik Lokal, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik pada waktu itu adalah berdagang dengan cara membuka warung.

Hal ini dilakukan Sunan Gresik bukanlah tanpa sebab. Pasalnya, Sunan Gresik pintar untuk membaca situasi masyarakat pada saat itu.

Sunan Gresik pada akhirnya berdagang di Pelabuhan yang mana sebagai pusat aktivitas perekonomian bagi masyarakat pada saat itu. Dengan bertemu banyak masyarakat, inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh Sunan Gresik untuk menyebarkan agama Islam.

Mengingat pada saat itu, situasi dan kondisi di desa tersebut sedang dilanda perang saudara hingga menyebabkan krisis ekonomi. Inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh Sunan Gresik untuk pelan-pelan mengambil simpati masyarakat.

Sunan Gresik menyediakan bahan pokok dengan harga yang murah bahkan bukan hanya sampai di situ saja ia juga bersedia untuk mengobati masyarakat secara gratis. Dari sinilah, Sunan Gresik berupaya untuk pelan-pelan masuk dan mengambil simpati dari masyarakat.

Metode dakwah Sunan Maulana Malik Ibrahim

Masih dalam sumber yang sama, metode dakwah Maulana Malik Ibrahim mengadopsi bentuk dakwah yang telah dicontohkan pada masa Rasulullah SAW. Di mana, ciri dari dakwah tersebut ialah sarat akan kebijaksanaan, membangun tali persaudaraan, membantu rakyat yang miskin, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Berdakwah dengan cara yang bijaksana tersebut termuat dalam firman Allah SWT dalam surah An Nahl ayat 125,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”

Dari cara Sunan Gresik dengan segala kelembutan serta keramahtamahannya inilah, lambat laun banyak dari mereka yang memeluk agama Islam. Sehingga, pada akhirnya ketika Sunan Gresik sudah berhasil untuk mendapatkan simpati yang cukup banyak dari masyarakat ia memutuskan untuk berkunjung ke Kerajaan Majapahit yang saat itu berada di Trowulan.

Diketahui, pada saat itu Raja Majapahit Prabu Brawijaya V tidak memutuskan untuk memeluk agama Islam namun tetap menyambut dengan baik kehadiran Sunan Gresik bahkan memberinya sebidang tanah di daerah Leran, Gresik. Pada akhirnya, Sunan Gresik memanfaatkan tanah tersebut untuk mendirikan pesantren sebagai sarana yang menunjang dalam menyiarkan agama Islam.

Itulah perjalanan dakwah Sunan Gresik yang merupakan nama lain dari Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sejumlah sumber menyebut, Sunan Gresik adalah tokoh walisongo pertama yang berdakwah di wilayah Jawa.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa



Jakarta

Proses masuknya Islam ke Indonesia tak lepas dari peran wali songo. Wali songo yang paling tua dan termasuk orang Islam pertama yang masuk tanah Jawa bernama Maulana Malik Ibrahim atau biasa dikenal dengan Sunan Gresik.

Hal tersebut dikatakan dalam buku Sejarah Kelam Majapahit: Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahit karya Peri Mardiyono.

Asal Muasal Sunan Gresik

Masykur Arif dalam buku Wali Sanga: Menguak Tabir Kisah Hingga Fakta Sejarah menjelaskan bahwa Sunan Gresik memiliki sejumlah gelar atau nama lain. Misalnya, Maulana atau Syekh Maghribi karena ia dianggap berasal dari daerah Maroko, Afrika.


Selain itu, dalam pengucapan orang Jawa, Maulana Maghribi disebut Maulana Gribig atau Sunan Gribig.

Masyarakat setempat juga menjulukinya sebagai kakek bantal. Hal itu disebabkan ia menjadi tempat berkeluh kesah masyarakat, tempat istirahat di kala pikiran sedang kacau, tempat menyandarkan diri saat sedang tidak ada pegangan hidup.

Selain itu, ada yang mengatakan bahwa nama Malik Ibrahim ialah Makdum Ibrahim Asmara. Kata “Asmara” merupakan pengucapan orang Jawa yang berasal dari kata Samarkand atau Asmarakandi.

Hingga saat ini belum dapat dipastikan dari mana Maulana Malik Ibrahim berasal. Namun, para sejarawan sepakat bahwa ia bukanlah asli orang Jawa melainkan merupakan pendatang di tanah Jawa.

Maulana Malik Ibrahim diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Menurut catatan Stamford Raffles dalam The History of Java, Maulana Malik Ibrahim adalah seorang ahli agama yang berasal dari Arab. Sementara J.P. Moquette memberikan keterangan bahwa Sunan Gresik berasal dari daerah Iran.

Dakwah Sunan Gresik di Tanah Jawa

Zulham Farobi dalam buku Sejarah Wali Songo menceritakan mengenai kisah Maulana Malik Ibrahim yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Pada saat itu, Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim datang untuk memberikan pandangan baru mengenai kasta masyarakat.

Sesuai ajaran Islam, bahwa kedudukan tiap manusia itu sama. Allah SWT tidak pernah membeda-bedakan manusia, sebab bagi-Nya derajat manusia di mata-Nya itu sama.

Maka ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim memberikan pandangan tersebut, masyarakat dari kasta sudra dan waisya banyak yang tertarik. Mereka mulai saling bergaul satu sama lain dan tidak membeda-bedakan.

Beberapa tahun Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, ia tidak hanya membimbing umat Islam untuk mengenal dan mendalami agama Islam, melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik menjadi lebih baik.

Ia bahkan memiliki gagasan untuk mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik ini, lahan pertanian menjadi subur dan hasil panen pun berlimpah.

Hampir sepanjang kisah hidup Sunan Gresik dihabiskan untuk menyebarkan dan mengenalkan agama Islam. Ia akhirnya wafat pada tahun 1419 M. Belum ada informasi yang jelas mengenai di mana ia wafat. Satu-satunya informasi yang didapatkan hanya tahunnya saja, yaitu 1419 M.

Di samping itu, ada sumber lain yang menyebut Sunan Gresik adalah wali songo yang paling tua tetapi bukan orang Islam pertama yang masuk tanah Jawa. Ketika itu, sudah ada beberapa kelompok kecil umat Islam di pesisir utara Pulau Jawa.

Rata-rata dari mereka adalah kaum saudagar yang mengadakan perjalanan dagang diiringi maksud menyebarkan agama Islam. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya makam seorang wanita yang bernama Fatimah binti Maimun, yang meninggal pada tahun 475 H atau 1082 M di Leran, Gresik.

Selain itu, ditemukan beberapa batu nisan di Jawa Timur, yaitu di daerah Trowulan dan Troloyo, dekat situs Istana Majapahit, yang menunjukkan bahwa sebelum Maulana Malik Ibrahim menginjakkan kaki di Pulau Jawa, sudah ada umat Islam.

Batu-batu nisan tersebut menunjukkan bahwa itu adalah kuburan umat Islam karena terdapat kutipan-kutipan dari Al-Qur’an dan rumus-rumus yang saleh.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Nama Ayah Sunan Ampel, Wali yang Dakwah di Tanah Jawa



Jakarta

Sunan Ampel adalah salah satu tokoh wali songo yang berdakwah di Pulau Jawa. Nama ayah Sunan Ampel adalah Sunan Maulana Malik Ibrahim atau biasa dikenal dengan Sunan Gresik.

Hal tersebut dijelaskan dalam buku Wali Sanga karya Masykur Arif. Sunan Gresik sendiri adalah tokoh wali songo pertama yang menyebarkan agama Islam di Jawa.

Pendapat mengenai nama ayah Sunan Ampel tersebut bersandar pada beberapa teks sejarah, seperti Babad Tanah Jawi, Sejarah Dalem, dan Silsilah Sunan Kudus.


Dikatakan, Sunan Ampel atau Raden Rahmat merupakan keturunan Ibrahim Asmarakandi, nama lain Sunan Gresik. Beberapa kitab turut menyebut bahwa jika dilihat dari silsilah ayahnya, Sunan Ampel bernasab dengan Nabi Muhammad SAW.

Dalam buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Sunan Ampel karya Rizem Aizid diceritakan, pada masa kecilnya, Sunan Ampel dikenal dengan nama Raden Rahmat yang lahir di Campa pada tahun 1401 M.

Nama “Ampel” diidentikkan dengan nama tempatnya bermukim dalam waktu yang lama yaitu di Ampel atau Ampeldenta yang kini menjadi salah satu bagian wilayah di Surabaya.

Beberapa versi menyebutkan bahwa Sunan Ampel masuk ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama dengan Sayyid Ali Mutadha yang merupakan adiknya. Sebelum ke Jawa mereka singgah terlebih dahulu di Palembang dan menetap selama tiga tahun.

Kedatangan Sunan Ampel menurut Babad Gresik yaitu ketika Kerajaan Majapahit sedang dilanda perang saudara dan kekacauan terjadi di mana-mana membuat Prabu Sri Kertawijaya penguasa Majapahit saat itu mengundang Raden Rahmat atau Sunan Ampel untuk mengajarkan agama kepada penduduk Jawa.

Di Kerajaan Majapahit, Sunan Ampel diberi kebebasan untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk Majapahit dengan syarat tanpa paksaan dan kekerasan. Selanjutnya, ia dinikahkan dengan Nyai Ageng Manila atau putri Tumenggung Arya Teja, Bupati Tuban. Sejak saat itulah, ia terkenal dengan sebutan Raden Rahmat.

Dalam versi yang lain ada pula yang mengatakan bahwa Sunan Ampel menikahi putri dari Adipati Tuban, Nyai Gede Nila.

Dakwah Sunan Ampel

Perjalanan Raden Rahmat atau Sunan Ampel menuju Ampeldenta yang saat ini masuk dalam wilayah Surabaya, mengandung banyak cerita sejarah dan dakwah.

Masih dalam sumber yang sama, rute perjalanan rombongan Sunan Ampel itu melalui Desa Krian Wonokromo, terus memasuki Kembangkuning. Selama dalam perjalanan, Raden Rahmat menyempatkan diri berdakwah kepada penduduk setempat yang dilaluinya.

Dakwah yang pertama kali dilakukannya cukup unik, yaitu membuat kerajinan berbentuk kipas yang terbuat dari akar tumbuh-tumbuhan tertentu yang dianyam bersama rotan.

Kipas-kipas itu diberikan dengan cuma-cuma kepada penduduk alias tidak perlu membelinya. Namun, para penduduk yang diberi kipas cukup menukarnya dengan kalimat syahadat.

Para warga yang menerima kipas itu merasa sangat senang. Lantaran kipas tersebut bukanlah sembarang kipas karena akar yang dianyam bersama rotan itu ternyata merupakan obat bagi mereka yang terkena penyakit batuk dan demam.

Dari situ lah, pengikut Sunan Ampel mulai banyak jumlahnya. Sunan Ampel juga terkenal sebagai orang yang ramah dan berbudi pekerti yang baik kepada orang lain. Selain itu, ia juga mudah beradaptasi dengan masyarakat setempat.

Ketika Sunan Ampel membangun tempat ibadah, ia menyesuaikan nama tempat tersebut dengan budaya dan kebiasaan orang Jawa. Ia tidak memberikan nama Arab pada tempat ibadah tersebut ia memberikan nama tempat ibadah tersebut dengan sebutan langgar.

Ketika menyebut menyembah Allah SWT, ia juga tidak menggunakan bahasa Arab seperti salat melainkan ia menyebutnya dengan sembahyang yang berasal dari kata sembah dan hyang (Tuhan).

Dengan demikian, di tangan Sunan Ampel Islam beradaptasi sesuai dengan kondisi masyarakat lingkungan setempat. Karena itulah, Islam mudah dimengerti dan gampang diterima oleh masyarakat.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Metode Dakwah Sunan Gresik dalam Menyebarkan Islam di Tanah Jawa


Jakarta

Pada masa penyebaran Islam di tanah Jawa, para Wali Songo memiliki metode tersendiri dalam memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat. Mereka menggunakan berbagai cara yang bijaksana dan menyesuaikan budaya setempat untuk menarik perhatian orang-orang agar menerima Islam. Salah satu tokoh yang juga berperan penting dalam hal ini adalah Sunan Gresik.

Simak metode dakwah yang digunakan Sunan Gresik dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa berikut ini.

Profil Singkat Sunan Gresik

Dalam buku Sejarah Islam Nusantara yang disusun oleh Rizem Aizid dijelaskan bahwa Sunan Gresik diyakini sebagai Wali Songo pertama yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, yang juga dikenal dengan julukan Syekh Maghribi atau Maulana Maghribi.


Selain itu, Sunan Gresik memiliki gelar lain, seperti Sunan Tandhes, Sunan Raja Wali, Wali Quthub, Mursyidul Auliya’ Wali Sanga, Sayyidul Auliya Wali Sanga, Ki Ageng Bantal, dan Maulana Makdum Ibrahim I. Karena dianggap sebagai Wali Songo pertama yang datang ke Jawa, Sunan Gresik dipandang sebagai wali yang paling senior di antara anggota Wali Songo.

Dalam berdakwah, Sunan Gresik menggunakan pendekatan yang bijaksana dan strategi yang tepat. Ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan ramah tamah kepada semua orang, baik yang seagama maupun yang berbeda keyakinan.

Sifat-sifat ini membuatnya dihormati dan disegani sebagai tokoh masyarakat. Kepribadiannya yang baik menarik perhatian penduduk setempat, yang kemudian berbondong-bondong memeluk Islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, serta menjadi pengikut setia dakwahnya. Dalam hal akidah, Sunan Gresik menganut Islam Ahlusunnah wal Jamaah dan mengikuti mazhab Syafi’i dalam masalah fiqh.

Selama menyebarkan agama Islam, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) merupakan pembimbing dari sembilan tarekat mu’tabarah yang diikuti oleh Wali Songo, yaitu Tarekat ‘Alawiyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Sanusiyah, Tarekat Maulawiyah, Tarekat Nur Muhammadiyah, Tarekat Khidiriyah, dan Tarekat Al-Ahadiyah.

Di tengah kuatnya pengaruh agama Hindu dan Buddha, Sunan Gresik berhasil membawa dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada masa itu, Jawa masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, kerajaan Buddha terbesar di Nusantara.

Dengan pendekatan dakwah yang bijaksana, Sunan Gresik mampu meruntuhkan dominasi Hindu-Buddha di Jawa dan berhasil mengislamkan masyarakat Jawa, khususnya di daerah-daerah yang menjadi pusat dakwahnya.

Metode Dakwah Sunan Gresik

Berikut adalah metode dakwah yang digunakan Sunan Gresik, sehingga Islam berhasil menyebar luas di tanah Jawa. Metode-metode ini dirangkum dari buku Sunan Gresik susunan Masykur Aarif dan sumber sebelumnya.

1. Pendekatan Pribadi Melalui Adat Istiadat

Metode dakwah Sunan Gresik yang digunakan pertama adalah pendekatan secara pribadi, melalui pergaulan dengan masyarakat. Dalam metode ini, Sunan Gresik senantiasa menunjukkan sifat-sifat mulia, seperti ramah-tamah, kasih sayang, dan suka menolong.

Dengan sifat-sifat baik tersebut, ia berhasil menarik perhatian masyarakat, yang kemudian menjadi dekat dengannya dan menghormatinya. Bahkan, banyak dari mereka yang akhirnya memeluk Islam dengan sukarela, karena melihat budi pekerti luhur yang ditunjukkan oleh Sunan Gresik.

Meskipun pada waktu itu mayoritas masyarakat beragama Hindu, Sunan Gresik tidak secara langsung menentang agama atau kepercayaan yang mereka anut, melainkan lebih kepada menunjukkan keindahan dan kebaikan ajaran Islam.

Melalui metode ini, Sunan Gresik juga mempelajari bahasa Jawa, mengenal adat istiadat setempat, dan belajar memahami kehidupan masyarakat, termasuk mata pencaharian dan pandangan hidup mereka. Ini menunjukkan bahwa Sunan Gresik sangat berhati-hati dalam menjalankan dakwah, dan berusaha untuk tidak membuat kesalahan yang bisa menyebabkan penolakan dari masyarakat.

2. Perdagangan

Metode dakwah Sunan Gresik kedua yang dilakukan dalam rangka menyiarkan Islam adalah melalui jalan perdagangan. Dalam metode ini, Sunan Gresik berprofesi sebagai pedagang di pelabuhan terbuka, yang sekarang dikenal dengan nama desa Romo, Manyar.

Melalui perdagangan, Sunan Gresik dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, kegiatan perdagangan juga melibatkan raja dan para bangsawan yang turut serta sebagai pelaku jual beli, pemilik kapal, atau pemodal.

Setelah cukup dikenal dan dihormati oleh masyarakat, Sunan Gresik melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Meskipun kunjungannya untuk menyebarkan agama Islam tidak berhasil karena raja Majapahit tidak memeluk Islam, Sunan Gresik berhasil menarik perhatian raja Majapahit.

Sebagai hasilnya, sang raja memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik, yang kini dikenal dengan nama desa Gapura.

3. Pertanian dan Pengobatan

Cara lain yang digunakan Sunan Gresik dalam menyiarkan agama Islam adalah melalui jalur pertanian dan pengobatan. Berdasarkan literatur sejarah, Sunan Gresik dikenal sebagai seorang ahli di bidang pertanian dan pengobatan.

Sejak ia berada di Gresik, hasil pertanian masyarakat meningkat pesat. Sunan Gresik mampu memanfaatkan kesuburan tanah Jawa untuk menanam berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti padi, umbi-umbian, dan tanaman lainnya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang pertama yang mengusulkan untuk mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian masyarakat.

Selain itu, Sunan Gresik juga dikenal mampu menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan ramuan dari daun-daunan tertentu. Dalam praktik pengobatannya, ia tidak memungut biaya sepeser pun. Ia dengan ikhlas membantu masyarakat yang sakit dan membutuhkan kesembuhan.

Melalui cara ini, Sunan Gresik berhasil mendapatkan simpati dari masyarakat, yang akhirnya mempermudah penyebaran agama Islam di kalangan mereka.

4. Mendirikan Masjid dan Pesantren

Setelah para pengikut Islam semakin banyak, metode dakwah Sunan Gresik yang ia lakukan selanjutnya adalah dengan mendirikan masjid sebagai tempat ibadah, sarana dakwah, serta untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. Pada masa itu, masyarakat Jawa sudah terbiasa tinggal di sekitar tempat guru mereka yang mengajarkan ilmu.

Ada tempat-tempat khusus yang disediakan oleh para guru untuk menampung murid yang ingin belajar.

Sunan Gresik yang memahami kebiasaan ini, kemudian mendirikan pesantren sebagai tempat untuk menampung santri yang ingin belajar ilmu agama darinya. Pesantren yang didirikannya tercatat sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di Tanah Jawa.

Itulah empat metode dakwah Sunan Gresik dalam upaya menyebarkan Islam di Jawa, khususnya di wilayah Gresik. Setelah Islam diterima oleh masyarakat setempat dan pesantren selesai dibangun, Sunan Gresik pun menghadap Allah SWT (wafat). Kini, makam beliau menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam di Indonesia, yang terletak di Desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com