Tag Archives: surah at taubah

Perintah Bertaubat, Bersedekah dan Beramal Saleh


Jakarta

Surah At-Taubah merupakan surah Madaniyah (diturunkan di Madinah). Terdapat 129 ayat dalam surah ini dan merupakan surah ke-9 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini termasuk surah-surah akhir yang diturunkan.

Mengutip Tafsir Fii Zilalil Qur’an yang disusun oleh Sayyid Quthb, surah At-Taubah banyak membahas mengenai hukum-hukum syariat yang ditetapkan di antara kaum muslimin dan umat lain di dunia.

Pada artikel ini kita akan membahas secara khusus mengenai Surah At-Taubah ayat ke 105. Ayat ini membahas tentang perintah beramal saleh bagi umat manusia, serta menekankan bahwa amal perbuatan yang dikerjakan manusia selama di dunia disaksikan oleh Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan selengkapnya berikut ini.

Bacaan Surah At-Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Arab-Latin: Wa quli’malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu’minūn(a), wa saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi’ukum bimā kuntum ta’malūn(a).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Kandungan Surah At-Taubah Ayat 105

Menurut Tafsir Tahlili Kemenag RI, pada surah At-Taubah ayat 105, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin agar bertaubat, membersihkan diri dari dosa dengan bersedekah, menunaikan zakat, dan memperbanyak amal saleh.

Setelah melakukan semua itu, amal mereka akan dilihat dan dinilai oleh Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang beriman. Pada akhirnya, mereka akan kembali kepada Allah di akhirat untuk menerima balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia.

Mengutip sumber sebelumnya, umat Islam tidak cukup hanya berhenti pada taubat, zakat, sedekah, dan salat, melainkan harus melaksanakan seluruh perintah Allah. Allah akan melihat amal mereka, membuat mereka semakin dekat kepada-Nya. Rasulullah dan kaum Muslimin pun akan menyaksikan kebaikan tersebut, sehingga terdorong untuk mencontohnya. Orang yang menjadi teladan akan mendapat pahala berlipat tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti jejaknya.

Kaum Muslimin kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah pada Hari Kiamat terkait iman dan amal saudara seimannya. Persaksian berdasarkan penglihatan langsung akan menjadi bukti yang kuat dan dapat dipercaya. Karena itu, melihat amal kebaikan orang yang tulus bertaubat akan menjadi saksi yang menguatkan kebenaran iman dan amal mereka di akhirat.

Ayat ini juga menjadi peringatan keras bagi mereka yang melanggar perintah agama. Amal mereka akan diperlihatkan kepada Rasul dan kaum Muslimin di Hari Kiamat, sehingga aib mereka terbongkar-menampakkan sedikitnya amal baik dan banyaknya dosa. Bahkan di dunia, kurangnya amal saleh dan banyaknya keburukan pun akan terlihat. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa amal orang hidup dapat diperlihatkan kepada kerabat yang telah meninggal di alam barzakh.

Saat seseorang wafat, ia kembali ke alam akhirat. Di sanalah Allah akan memberitahukan hasil dari semua perbuatannya di dunia dengan memberi balasan yang setimpal-kebaikan dibalas dengan pahala, dan keburukan dibalas dengan siksa.

Kaitan Surah At-Taubah Ayat 105 dengan Ayat 104

Menurut Tafsir Al-Azhar yang disusun oleh Buya Hamka, surah At-Taubah ayat 105 merupakan kelanjutan dari apa yang dibahas pada ayat sebelumnya, yaitu 104.

Pada ayat 104, Allah SWT berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Arab-Latin: Alam ya’lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya’khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm(u).

Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(-nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?

Buya Hamka menjelaskan dalam kitab tafsirnya, ayat 104 bermakna Allah SWT meminta hamba-Nya untuk terus bertaubat, mengeluarkan zakat, dan tidak menunggu lama sebab pintu ampunan-Nya selalu terbuka.

Setelah bertaubat dengan sungguh-sungguh menyesali perbuatan, maka perlu diiringi dengan amal ibadah lainnya seperti sedekah dan zakat. Dengan begitu, cinta kasih Allah SWT akan semakin berlimpah dan jiwa akan menjadi semakin bersih.

Kemudian pada ayat ke 105, dijelaskan lanjutan tuntunan Allah SWT kepada orang yang telah bertaubat itu. Yaitu setelah bertaubat dilanjutkan dengan bersedekah. Lalu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan melanjutkannya dengan terus berbuat amal kebaikan.

Amal tersebut dapat diartikan pekerjaan, usaha, produktif, dan segala bentuk aktivitas yang positif.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Makna Surah At Taubah Ayat 128-129, Lengkap Arab Latin dan Terjemahan


Jakarta

Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi umat Islam, berisi petunjuk dan nasihat yang relevan sepanjang zaman. Setiap ayat memiliki makna dan keutamaan tersendiri, termasuk dua ayat terakhir surah At-Taubah, yaitu ayat 128 dan 129.

Pada masa awal Islam, Al-Qur’an belum tersusun seperti sekarang. Mengutip buku Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam karya Dr. Muhammad Husain Mahasnah, dua ayat terakhir surah At-Taubah ditemukan oleh Zaid bin Tsabit. Kaum muslimin menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an pada pelepah kurma, kulit, tulang, batu, dan kayu. Ayat-ayat ini masih tersebar dan dijaga oleh para sahabat, sebelum akhirnya dihimpun menjadi mushaf utuh.

Berikut akan dibahas bacaan surah At-Taubah ayat 128-129 beserta makna dan keistimewaannya.


Bacaan Surah At Taubah Ayat 128-129

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Arab latin: laqad jā`akum rasụlum min anfusikum ‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum ḥarīṣun ‘alaikum bil-mu`minīna ra`ụfur raḥīm

Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin,” (QS At Taubah: 128)

فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

Arab latin: fa in tawallau fa qul ḥasbiyallāhu lā ilāha illā huw, ‘alaihi tawakkaltu wa huwa rabbul-‘arsyil-‘aẓīm

Artinya: “Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung,” (QS At Taubah: 129)

Makna Surah At Taubah Ayat 128-129

Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan dua ayat terakhir surah At-Taubah (ayat 128-129) merupakan penutup yang sangat penting. Menurut riwayat dari Ubay bin Ka’ab, ayat ini adalah bagian terakhir yang turun kepada Rasulullah SAW, kemudian dicatat oleh para sahabat dan ditempatkan sebagai penutup surah ketika mushaf dikumpulkan pada masa Abu Bakar.

Ayat 128 menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus dari kalangan manusia sendiri. Sebagian mufassir berpendapat kata “kamu” ditujukan khusus kepada bangsa Arab, sebab Nabi lahir dari Quraisy. Namun ada pula yang menafsirkan bahwa panggilan itu berlaku bagi seluruh manusia, sebab risalah Islam bersifat menyeluruh.

Kedua pandangan ini saling melengkapi, karena memang Nabi Muhammad SAW diutus pertama kali kepada bangsanya, lalu membawa rahmat untuk seluruh alam. Hal ini terlihat dari para sahabat yang berasal dari berbagai bangsa pada masa itu, seperti Bilal al-Habsyi yang berkulit hitam, Shuhaib ar-Rumi yang berkulit putih dan Salman al-Farisi yang berkulit kuning. Dengan itu, jelaslah bahwa Islam adalah agama universal.

Dalam ayat ini tergambar sifat utama Rasulullah SAW. Beliau merasa berat jika umatnya tertimpa kesusahan, selalu menginginkan kebaikan bagi mereka, serta penuh kasih sayang dan belas kasih.

Kisah nyata yang menggambarkan hal ini adalah perhatian beliau terhadap keluarga sahabat Ja’far bin Abi Thalib setelah gugur di medan Mu’tah. Nabi tidak hanya berduka atas syahidnya Ja’far, tetapi juga memastikan keluarganya tetap terjaga dan diberi penghiburan. Kasih sayang seperti ini menunjukkan betapa dalamnya kepedulian beliau terhadap umat.

Sementara itu, ayat 129 menegaskan sikap yang harus diambil ketika ada yang menolak ajaran. Rasulullah SAW tidak diperintahkan untuk memaksa, melainkan tetap bertawakal sepenuhnya kepada Allah. Pesan ini menunjukkan bahwa keberhasilan dakwah tidak bergantung pada penerimaan manusia, tetapi pada pertolongan Allah, Tuhan Pemilik ‘Arsy yang agung. Sikap ini sekaligus menyeimbangkan kasih sayang Nabi yang begitu besar kepada umat dengan keyakinan penuh bahwa segala urusan pada akhirnya berada di tangan Allah.

Kedua ayat ini menutup surah At-Taubah dengan sangat indah. Di satu sisi tergambar kasih sayang Rasulullah SAW yang begitu luas kepada manusia, dan di sisi lain terdapat pengingat bahwa kekuatan sejati ada pada tawakal kepada Allah.

Keistimewaan Membaca Surah At-Taubah Ayat 128-129

Masih dari sumber sebelumnya, keistimewaan membaca kedua ayat ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnus Sunni dari Abu Darda’. Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa yang membaca pada waktu pagi dan petang: Hasbiyallahu La Ilaha Illa Huwa ‘Alaihi Tawakkaltu Wa Huwa Rabbul ‘Arsyil ‘Azhim, sebanyak tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan baginya segala urusan yang menyusahkan, baik dalam perkara dunia maupun akhirat.”

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa membaca ayat penutup surah At-Taubah dengan penuh keyakinan akan menghadirkan ketenangan, menumbuhkan sikap tawakal, serta mendatangkan kecukupan dari Allah SWT dalam berbagai urusan hidup.

Wallahu a’lam.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com