Tag Archives: surga

Juhainah, Sosok yang Membuat Semua Penghuni Neraka Menangis



Jakarta

Ketika malaikat memanggil nama Juhainah, semua penghuni neraka menangis. Juhainah adalah orang terakhir yang keluar dari neraka dan paling akhir pula masuk ke surga.

Seluruh penduduk neraka akan menangis karena Juhainah telah dipanggil masuk ke surga terakhir kalinya sekaligus menjadi pertanda bahwa mereka yang tersisa akan kekal di dalam neraka.

Tidak ada harapan lagi bagi penduduk neraka setelah Juhainah dipanggil oleh malaikat. Kisah Juhainah ini telah diterangkan dalam hadits yang dinukil dari Kitab An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim oleh Ibnu Katsir.


Ad-Daruquthni meriwayatkan dalam kitabnya, “Para perawi dari Malik dan al-Khathib al-Baghdadi dari Abdul Malik bin Hakam, Malik menuturkan kepada kami dari Nafi’, dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:

‘Sesungguhnya, orang yang terakhir masuk surga adalah seorang lelaki dari suku Juhainah bernama Juhainah.’ Penghuni surga lalu berkata, ‘Juhainah memiliki kabar yang yakin. Tanyakanlah kepadanya, apakah masih ada yang tersisa dari para makhluk?'”

Namun, riwayat tersebut dikatakan tidak sah disandangkan kepada Imam Malik sebab tidak diketahui para perawinya. Demikian pula as-Suhaili menyebutkan hadits tersebut dalam kitabnya dan tidak menganggapnya lemah.

Justru pendapat lain yang disebutkan dari as-Suhaili, bahwa orang yang terakhir keluar dari neraka tersebut bernama Hanad.

Dikisahkan dalam riwayat, bahwa penduduk neraka akan menangis karena Juhainah telah dipanggil masuk ke surga. Hal itu menjadi pertanda bahwa penduduk neraka yang tersisa akan kekal di dalamnya dan tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk berpindah menuju surga.

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Kitab At-Tadzkirah Jilid 2 turut menerangkan orang orang yang terakhir keluar dari neraka sekaligus terkahir masuk surga.

Menurut hadits riwayat Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya aku benar-benar tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar darinya, dan penghuni neraka yang terakhir kali masuk surga, yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak. Maka Allah Ta’ala berkata, “Pergilah dan masuk ke surga.”

Orang itu pun datang ke surga, tetapi terbayang olehnya bahwa surga telah penuh. Maka ia berkata, “Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.” Allah SWT berkata lagi, “Pergilah dan masuk ke surga.”

Ia pun datang ke surga dan terbayang lagi bahwa surga telah penuh, maka ia balik serata berkata, “Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.”

Maka, (sekali lagi) Allah SWT berkata, “Pergilah dan masuk ke surga. Sesungguhnya kamu akan memperoleh sepuluh kali lipat dunia.”

Kemudian orang itu berkata, “Apakah Engkau mengejekku?” Atau, “Engkau menertawakan hamba, padahal Engkau Raja?”

Abdullah bin Mas’ud RA menambahkan dengan berkata, “Saya sungguh-sungguh melihat Rasulullah SAW tertawa sampai tampak gigi-gigi gerahamnya, beliau bersabda,

“Mengenai orang itu dikatakan, ‘Itulah ahli surga yang paling rendah derajatnya.'” (HR Muslim)

Itulah kisah Juhainah, seseorang yang membuat semua penghuni neraka menangis tatkala malaikat memanggil namanya. Sebab, ia menjadi sosok terakhir yang dikeluarkan dari neraka dan tak ada lagi penghuni lain yang keluar setelahnya.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Saat Surga dan Neraka Berdebat soal Siapa Penghuninya



Jakarta

Surga dan neraka diyakini sebagai tempat tinggal yang kekal setelah berakhirnya kehidupan dunia. Diceritakan dalam sebuah riwayat, dua tempat akhir tersebut saling berdebat tentang siapa penghuninya.

Riwayat tentang perdebatan antara surga dan neraka ini dikeluarkan Imam Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Zhilaalul Jannah. Dikatakan, neraka akan dimasuki oleh orang-orang yang perkasa, sedangkan surga akan dihuni oleh orang-orang yang lemah.

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,


“Surga dan neraka saling berbangga diri. Neraka berkata, ‘Aku diberi prioritas sebagai tempat orang-orang yang sombong dan orang-orang perkasa yang bengis.’ Surga berkata, ‘Aku hanya akan dimasuki orang-orang yang lemah, orang-orang yang tidak cinta dunia, dan orang-orang yang baik.’

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada surga, ‘Sesungguhnya kamu hai surga, adalah rahmat-Ku yang denganmu Aku memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki.’

Lalu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada neraka, ‘Sesungguhnya kamu hai neraka, adalah siksa-Ku yang denganmu Aku menyiksa hamba-hamba-Ku yang Aku kehendaki. Dan masing-masing di antaramu akan memiliki penghuni.’

Neraka tidak akan pernah penuh hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menginjakkan kaki-Nya. Setelah itu, neraka akan berkata, ‘Cukup! Cukup! Cukup!’ Itu berarti neraka menjadi penuh sesak dengan injakan tersebut, hingga para penghuninya saling berhimpitan. Allah tidak akan berbuat zalim kepada hamba-Nya. Selain itu, Allah juga akan menciptakan surga untuk para penghuninya.”

Imam an-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menyebut riwayat tentang perdebatan antara surga dan neraka tersebut dari Abu Sa’id al-Khudri RA, dari Nabi SAW, dengan redaksi berikut,

اخْتَحتَ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَقَالَتِ النَّارُ : فِي الجارُونَ وَالْمُنكَرُونَ، وَقَالَتِ الْحَةٌ فِي ضُعَفَاءُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُم فَقَضَى اللَّهُ بَيْنَهُمَا: إِنَّكِ الْجَنَّةُ رحْمَنِي أَرْحَمُ بِكَ مَنْ أَشَاءُ وَإِنَّكَ النَّارُ عَذَابِي أُعَذِّبُ بك مَنْ أَشَاءُ وَلَكِلَيْكُمَا عَلَيَّ مِلْوهَا

Artinya: “Surga dan neraka itu berbantah-bantahan. Neraka berkata, ‘Di dalamku ada orang-orang yang sewenang-wenang dan orang-orang yang congkak.’ Surga berkata, ‘Di dalamku ada manusia yang lemah dan kaum fakir miskin.’ Lalu Allah memutuskan perdebatan mereka itu dan berfirman, ‘Engkau, surga, adalah rahmat-Ku. Denganmu Aku merahmati siapa saja yang Kukehendaki. Kau, neraka, adalah azab-Ku. Denganmu Aku menyiksa siapa saja yang Aku hendaki. Aku-lah yang menentukan isi bagi kalian berdua.” (HR Muslim. Imam At-Tirmidzi turut mengeluarkan hadits ini dalam Sunan-nya dan ia menyebutnya hasan shahih)

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Riyadhus Shalihin, yang dimaksud dengan orang-orang lemah dan miskin dalam hadits tersebut adalah orang-orang yang fitrah mereka selamat dari makar atau intrik, tidak bertindak kejahatan, dan tidak berpura-pura lemah dan miskin untuk menarik simpati manusia terhadap mereka.

Dijelaskan pula bahwasanya Allah SWT membiarkan manusia bebas memilih amal apa yang disukainya. Dia telah mengetahui bahwa ada kelompok yang akan memilih jalan kejahatan dan nasib akhirnya menjadi penghuni neraka, serta ada kelompok yang memilih jalan kebaikan sehingga kelak berakhir di surga.

Wallahu a’lam.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Idris AS Meninggalkan Sandalnya di Surga


Jakarta

Salah seorang nabi dikisahkan pernah merasakan kenikmatan surga hingga tanpa sengaja meninggalkan sandalnya. Nabi tersebut adalah Nabi Idris AS. Bagaimana kisah Nabi Idris AS meninggalkan sandalnya di surga?

Nabi Idris AS adalah salah satu nabi dan rasul yang memiliki mukjizat atau kejadian luar biasa. Salah satunya, Nabi Idris AS menjadi satu-satunya nabi yang diangkat ke langit keempat untuk melihat indahnya surga.

Allah SWT berfirman dalam surah Maryam ayat 57,


وَّرَفَعْنٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Arab Latin: Wa rafa’nāhu makānan ‘aliyyā

Artinya: “Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.”

Ibnu Katsir menjelaskan, ayat tersebut menjelaskan tentang ketinggian martabat Nabi Idris AS. Hal ini turut disebutkan dalam Ash-Shahihain tentang hadits Isra Miraj, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bertemu dengan Nabi Idris AS di langit keempat.

Kisah Nabi Idris AS Meninggalkan Sandal di Surga

Kisah Nabi Idris AS ini diceritakan dalam buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi yang ditulis oleh Rizem Aizid.

Pada suatu ketika, malaikat Izrail sangat mengagumi Nabi Idris AS karena ketaatannya kepada Allah SWT dan kepandaiannya. Malaikat Izrail berkeinginan untuk menemui Nabi Idris AS agar lebih mengenal dirinya.

Malaikat Izrail lantas meminta izin kepada Allah SWT untuk turun ke bumi. Secara diam-diam Malaikat Izrail menyamar menjadi laki-laki yang tampan dan bertamu ke rumah Nabi Idris AS.

Nabi Idris AS pun mempersilahkan tamunya yang mengetuk pintu rumahnya untuk masuk ke dalam rumah. Sesampainya di dalam rumah, Malaikat Izrail mengungkapkan kepada Nabi Idris bahwa dirinya ingin mengenal lebih dekat.

Nabi Idris AS lantas mengajak Malaikat Izrail untuk menginap dirumahnya. Kegiatan di dalam rumah tidak banyak dihabiskan untuk berbincang, melainkan dihabiskan untuk terus beribadah kepada Allah SWT.

Malaikat Izrail pun diajak untuk makan oleh Nabi Idris AS yang kemudian dia tolak dengan alasan dirinya ingin melanjutkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Hal yang sama terjadi ketika Nabi Idris AS mengajaknya untuk tidur karena sudah malam, namun tamunya tersebut tetap menolak dan ingin melanjutkan ibadahnya.

Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang yang membuat Nabi Idris AS terheran-heran. Lantas Nabi Idris AS pun bertanya-tanya tentang siapa sebenarnya tamunya itu. Dengan hati-hati, beliau pun menanyakan hal itu.

“Saya adalah malaikat maut,” kata sang tamu.

Nabi Idris AS pun sangat kaget mendengar pernyataan Malaikat Izrail. Ia mengira malaikat itu datang untuk mencabut nyawanya namun dibantah oleh Malaikat Izrail karena tujuannya datang adalah untuk mengenal Nabi Idris AS lebih jauh.

Setelah itu Malaikat Izrail dibuat kaget dengan permintaan Nabi Idris AS yang menyatakan bahwa dirinya ingin merasakan dicabut nyawanya. Lalu atas izin Allah SWT, nyawa Nabi Idris AS pun dicabut oleh Malaikat Izrail dengan selembut- lembutnya.

Nabi Idris AS juga meminta untuk ditunjukkan surga dan neraka dan diizinkan oleh Allah SWT. Beliau sangat terkejut ketika melihat neraka yang sangat menyeramkan itu.

Sebaliknya, ketika di surga ia menunjukkan rasa kekaguman yang sangat besar. Sebab, ia bisa melihat sungai-sungai yang mengalirkan air jernih, pohon-pohon rindang, buah-buah yang lezat, serta pemandangan indah lainnya.

Berkali-kali dirinya mengucapkan, “Subhanallah, subhanallah, subhanallah,” dan juga menunjukkan rasa syukurnya terhadap apa yang dirasakannya dan dilihatnya sambil terus berucap, “Alhamdulillah, alhamdulillah,”

Saat sudah waktunya keluar surga, beliau teringat bahwa sandalnya masih tertinggal di dalam surga. Beberapa sumber menyebutkan sandal Nabi Idris AS berada di bawah pohon yang rindang. Lalu dirinya masuk lagi untuk mengambilnya.

Selang beberapa saat, Malaikat Izrail kebingungan karena Nabi Idris AS tidak segera keluar dari sana. Ternyata, Nabi Idris AS tidak ingin meninggalkan surga Allah SWT tersebut dan ingin tetap berada di sana.

Atas izin Allah SWT, akhirnya Nabi Idris AS diperbolehkan oleh Allah SWT untuk tetap tinggal di surga keempat tanpa menunggu datangnya hari kiamat. Sejumlah riwayat menyebutkan bahwa Nabi Idris AS dicabut nyawanya oleh Malaikat Izrail di langit keempat. Wallahua’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Aba Dahdah dan 600 Pohon Kurma



Jakarta

Seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Aba Dahdah rela menukar kebun berisi 600 pohon kurma dengan sebatang pohon kurma. Namun kelak di surga, ia akan mendapatkan balasan berupa kebun kurma yang sangat luas.

Dalam sebuah riwayat oleh Ahmad, dikisahkan bahwa Aba Dahdah bersedia menukar kebun kurma miliknya agar bisa membantu seorang pemuda yatim. Kisah ini kemudian diceritakan kembali dalam buku Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi yang ditulis oleh Muhammad Nasrulloh.

Suatu ketika datang pemuda yatim ke majelis di mana Rasulullah SAW berada. la mengadukan perkaranya kepada Rasulullah SAW.


Anak yatim tersebut berkata, “Aku hendak mengadukan tetanggaku pada engkau, Rasulullah SAW.”

Rasulullah SAW bertanya lagi, “Apa yang hendak engkau adukan?”

“Aku hendak membuat pagar di sekeliling kebunku. Namun ada satu pohon kurma milik tetanggaku yang menghalangi. Sudah aku tawar untuk membelinya namun ia enggan menjualnya,” jawab anak yatim itu.

Pemuda yatim itu memohon kepada Rasulullah SAW agar beliau bersedia mendatangi tetangganya dan membujuknya untuk menjual pohon kurmanya.

Rasulullah SAW pun menghampiri tetangga tersebut dan memberitahukan duduk perkaranya. Rasulullah SAW meminta agar ia berkenan memberikan pohon kurma tersebut atau rela menjualnya. Namun sang tetangga bersikukuh menolak.

Rasulullah SAW lalu mengatakan, “Juallah pohon kurma itu demi pemuda yatim ini. Niscaya, engkau di akhirat akan mendapatkan pohon kurma yang luasnya andaikata orang berjalan akan menempuh waktu yang panjang.”

Tawaran Rasulullah SAW sangat menggiurkan karena tidak ada yang sebanding antara sebuah pohon kurma di dunia dengan pohon kurma di akhirat. Namun sang tetangga tidak bergeming dengan janji Rasulullah SAW. la tetap enggan menjual pohon kurmanya.

Para sahabat pun terheran-heran dengan hal tersebut. Salah seorang sahabat bernama Aba Dahdah kemudian bertanya pada Rasulullah, “Wahai Rasulullah SAW, apabila aku dapat membeli pohon kurma orang itu lalu aku berikan pada pemuda yatim, apakah surga yang engkau janjikan akan menjadi milikku?”

Rasulullah menjawab “lya.” Tanda bahwa beliau menyepakati apa yang ditanyakan Aba Dahdah.

Mendengar hal tersebut, Aba Dahdah mendatangi tetangga anak yatim itu dan ia berkata, “Apakah engkau tahu bahwa kebun kurmaku memiliki 600 pohon kurma?”

Tetangga itu berkata, “Siapa yang tidak tahu dengan kebunmu wahai Aba Dahdah. Semua pedagang pun tahu.”

Dijawab lagi oleh Aba Dahdah, “Kalau begitu. Kebun kurma ku termasuk pagar, sumur dan tempat singgahnya aku tukar dengan pohon kurmamu. Apakah engkau mau?”

Tetangga itu pun menjawab, “Tentu aku mau.”

Setelah transaksi terjadi Aba Dahdah memberikan pohon kurma itu kepada pemuda yatim agar ia dapat menyempurnakan membuat pagar kebunnya.

Lalu ia menagih janji kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah apakah kini aku telah mendapatkan pohon kurma di surga?”

Rasulullah SAW menjawab, “Tidak.”

Mendengar jawaban Rasulullah SAW, Aba Dahdah merasa galau. la tidak percaya setelah pengorbanannya untuk mendapatkan pohon surga tidak membuahkan hasil. Jawaban Rasulullah SAW membuatnya sangat terpukul.

Kemudian Rasulullah melanjutkan ucapanny, “Wahai Aba Dahdah sesungguhnya Allah SWT menawar satu pohon kurma di dunia dengan pohon kurma miliknya di surga. Namun engkau justru menambahnya dengan kebunmu dan seisinya. Kini bukan pohon kurma yang akan engkau dapatkan. Namun kebun surga yang tidak akan mampu dijangkau luasnya. Alangkah luas kebun kurma milik Aba Dahdah di surga.”

Aba Dahdah sangat gembira. Ia begitu senang dengan kebun surga miliknya. la pulang dan menceritakan semua kejadian tersebut kepada istrinya. la katakan bahwa kebunnya telah dijual. Dibeli dengan kebun surga yang sangat luas hingga tidak akan mampu untuk diukur luasnya.

Mendengar cerita Aba Dahdah. Istrinya turut bahagia. Mereka amat begitu senang. Sang istri mengatakan, “Sungguh jual beli yang sangat menguntungkan.”

Aba Dahdah rela melepaskan kebun dengan 600 pohon kurma semata-mata agar mendapatkan ridho dari Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hadid Ayat 11,

مَّن ذَا ٱلَّذِى يُقْرِضُ ٱللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥ وَلَهُۥٓ أَجْرٌ كَرِيمٌ

Artinya: Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.

(dvs/rah)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Muhammad Bertemu Nabi Adam di Surga


Jakarta

Nabi Muhammad SAW pernah bertemu Nabi Adam AS di surga. Peristiwa ini terjadi saat Rasulullah SAW melakukan Mikraj, perjalanan dari Masjid Al Aqsa ke Sidratul Muntaha.

Kisah pertemuan Nabi Muhammad SAW dan Nabi Adam AS diceritakan Ibnu Katsir dalam Qashash al-Anbiyaa dan diterjemahkan oleh Umar Mujtahid. Ibnu Katsir menyandarkan kisah ini dengan hadits Isra’ dalam kitab Shahihain.

Diceritakan, dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril melewati setiap lapisan langit. Beliau bertemu Nabi Adam AS di langit paling bawah.


Saat melihat kedatangan Nabi Muhammad SAW, Nabi Adam AS berkata, “Selamat datang anak saleh dan nabi saleh.”

Nabi Muhammad SAW melihat di samping kanan dan kiri Nabi Adam AS ada kumpulan banyak manusia. Saat melihat ke kanan, Nabi Adam AS tertawa dan saat melihat ke kiri, Nabi Adam AS menangis.

Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, siapa dia?” Jibril menjawab, “Dia Adam, dan mereka itu anak keturunannya. Saat melihat ke sebelah kanan–mereka adalah para penghuni surga, Adam tertawa, dan saat melihat ke sebelah kiri, mereka adalah para penghuni neraka, Adam menangis.”

Terkait Nabi Adam AS, Abu Bakar Al-Bazzar menyebut riwayat dari Muhammad bin Mutsanna, dari Yazid bin Harun, dari Hisyam bin Hassan yang mengatakan, “Akal Adam sama seperti akal seluruh anak keturunannya.”

Dalam riwayat lain dikatakan, Nabi Muhammad SAW melintas di hadapan Nabi Yusuf AS, beliau bersabda, “Aku melintas di hadapan Yusuf, ternyata ia diberi separuh ketampanan.”

Sebagian ulama menafsirkan makna hadits tersebut adalah Nabi Yusuf AS diberi separuh ketampanan Nabi Adam AS. Ibnu Katsir berpendapat makna ini sesuai karena Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan membentuknya dengan tangan-Nya, meniupkan roh padanya dan makhluk yang Allah SWT ciptakan pasti memiliki keindahan yang paling baik.

Dalam Shahihain juga terdapat riwayat lain dari sejumlah jalur yang menyebut Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh, Allah menciptakan Adam sesuai wujud-Nya (sifat-sifat-Nya).” (HR Bukhari)

Nabi Muhammad Bertemu Nabi-nabi Lain

Nabi Muhammad SAW juga bertemu nabi-nabi lain saat melakukan perjalanan menuju Sidratul Muntaha. Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Jalaluddin As-Suyuthi dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj yang diterjemahkan oleh Arya Noor Amarsyah menceritakan, Nabi Muhammad SAW bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS di langit kedua.

Selanjutnya, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Yusuf AS di langit ketiga dan berjumpa Nabi Idris AS di langit keempat.

Beliau kemudian melanjutkan perjalanan. Saat tiba di langit kelima, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Harun AS dan bertemu dengan Nabi Musa AS di langit keenam.

Terakhir, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh. Menurut riwayat Nabi Ibrahim AS saat itu sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Ma’mur–Ka’bah-nya para malaikat penduduk langit.

Para nabi terdahulu itu memberikan sapaan hangat kepada Nabi Muhammad SAW dan mendoakan kebaikan untuk beliau.

Kisah bertemunya Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu di setiap lapisan langit itu mengacu pada hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Syaiban ibn Farukh, dari Hamad ibn Salamah, dari Tsabit al-Banani, dari Anas ibn Malik RA yang menceritakan dari Rasulullah SAW. Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan ini adalah hadits yang paling kuat dan tidak diperselisihkan.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Seorang Ahli Ibadah yang Terhalang Masuk Surga karena Perkara Kecil



Jakarta

Seorang ahli ibadah dikisahkan terhalang masuk surga karena perkara kecil di mata manusia. Perkara ini bahkan mengalahkan ibadah yang telah dikerjakan selama 70 tahun.

Kisah ini diceritakan seorang tabi’in yang bernama Wahab bin Munabbih seperti dinukil Ahmad Izzan dalam bukunya, Laa Taghtarr (Jangan Terbuai).

Diceritakan, ada seorang pemuda bertobat dari semua maksiat. Setelah itu, ia menjadi ahli ibadah dan menyembah Allah SWT selama 70 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, ia tidak pernah meninggalkan puasa, tidak tidur, tidak berteduh, dan tidak makan lemak.


Tatkala lelaki itu meninggal dunia, beberapa saudaranya bermimpi tentangnya. Saudaranya lantas bertanya tentang apa yang telah dilakukan Tuhan terhadapnya.

Laki-laki ahli ibadah itu meminta untuk dilakukan hisab. Kemudian, Allah SWT mengampuni semua dosanya kecuali satu dosa.

Ahli ibadah itu melanjutkan ceritanya, satu dosa itu membuatnya tertahan masuk surga. Dosa yang ia maksud adalah mengambil lidi untuk sebagai tusuk gigi tanpa seizin pemiliknya.

“Allah mengampuni semua dosaku, kecuali satu dosa, yaitu aku telah mengambil lidi yang kugunakan untuk menusuk gigiku tanpa seizin pemiliknya. Karena itu, di sini aku tertahan dari surga karenanya, hingga sekarang ini,” kata lelaki itu kepada saudaranya yang memimpikannya.

Kisah tentang orang yang bertobat lalu menjadi ahli ibadah namun amal ibadahnya sia-sia juga dialami oleh seorang juru timbang. Al-Harits al-Muhasibi menceritakan, ketika ahli ibadah itu meninggal dunia, beberapa sahabatnya bertemu dengannya lewat mimpi. Mereka menanyakan tentang apa yang telah Tuhan perbuat kepadanya.

Si Fulan itu menjawab, “Aku menghitung 15 qafis (jenis takaran) dari bermacam-macam biji-bijian.”

Lalu ditanya, “Mengapa demikian?”

Ia menjawab, “Aku tidak mempedulikan takaran yang kurang, karena bercampur debu. Tanah yang menggumpal di dasar takaran itu mengurangi setiap takaran sebanyak tanah yang menempel itu. Itu membuatku disiksa di kubur hingga suaraku terdengar oleh yang lain. Lalu aku ditolong oleh sebagian yang saleh.”

Bawa Amal Ibadah tapi Justru Jadi Orang Bangkrut di Hari Kiamat

Rasulullah SAW dalam salah satu hadits pernah menceritakan tentang umatnya yang bangkrut pada hari kiamat. Orang yang bangkrut ini bukanlah mereka yang tidak memiliki harta melainkan orang yang membawa amalan ibadahnya tapi mencela makanan, mendustakan orang lain, dan membunuh orang lain.

Hal tersebut dijelaskan Abdul Wahab Abdussalam Thawilah dalam Al-Masih Al-Muntazhar wa Nihayah Al-Alam dan diterjemahkan oleh Subhanur. Ia menukil sebuah riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA yang mengatakannya dari Nabi SAW.

Rasulullah SAW bersabda,

“Tahukah siapa orang yang bangkrut?” Mereka menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya dirham dan barang dagangan.” Beliau bersabda, “Orang yang bangkrut adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala salat, puasa, zakat, sedangkan ia telah mencaci Fulan, mendustakan Fulan, memakan harta Fulan, membunuh Fulan, dan memukul Fulan sehingga (kesalahannya) ini diambil dari kebaikannya, doa ini diambil dari kebaikannya sehingga setelah kebaikannya habis sebelum diputuskan kepadanya, lalu keburukan mereka diambil dan ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim dan At-Tirmidzi)

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abdurrahman bin Auf Merangkak Masuk Surga karena Kekayaannya


Jakarta

Abdurrahman bin Auf RA merupakan seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat kaya. Ia juga gemar mengeluarkan hartanya untuk Allah SWT, agama, dan muslimin.

Disebutkan dalam buku Akidah Akhlak karya Aminudin dan Harjan Syuhada, Abdurrahman bin Auf RA lahir di Makkah 10 tahun setelah tahun Gajah. Ayahnya merupakan seorang petinggi tokoh bani Zuhrah yang bernama Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al-Harits Az-Zuhri.

Ia termasuk dalam salah satu sahabat Rasulullah SAW yang pertama kali masuk Islam. Sebelum menjadi seorang muslim, ia bernama Abdu Amru. Barulah kemudian ia mengganti namanya menjadi Aburrahman bin Auf.


Di kalangan masyarakat, terutama kaum muslimin, ia terkenal sebagai sosok yang kaya raya dengan usahanya yang sukses. Namun demikian, ia tidak pernah berlaku sombong dan bahkan selalu menggelontorkan hartanya untuk di jalan Allah SWT.

Berkat kekayaannya, Rasulullah SAW bahkan pernah berkata kepada Abdurrahman bin Auf RA bahwa ia akan memasuki surga dengan merangkak. Lantas, bagaimanakah kisah sahabat nabi tersebut?

Kisah Abdurrahman bin Auf Masuk Surga

Sebagaimana dikisahkan dalam buku Biografi 60 Sahabat Nabi SAW yang ditulis oleh Khalid Muhammad Khalid, Ummul Mukminin, Aisyah RA pernah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Aku melihat Abdurrahman bin Auf RA masuk surga dengan merangkak.”

Mengapa Rasulullah SAW berkata demikian? Sebab Abdurrahman bin Auf RA memiliki harta kekayaan yang amat banyak dan melimpah. Bahkan, ia sendiri merasa heran dengan dirinya sendiri. Sehingga ia berkata, “Sungguh, aku melihat diriku ini seandainya mengangkat batu niscaya kutemukan emas dan perak di bawahnya.”

Kekayaan yang dimiliki Abdurrahman bin Auf RA diambil dari hal-hal yang baik saja dan tidak berasal dari perdagangan yang tercela. Ia bahkan tidak memiliki ambisi untuk menjadi kaya. Melainkan, ini takdir dari Allah SWT yang membuatnya demikian.

Salah satu faktor suksesnya perdagangan yang Abdurrahman bin Auf RA lakukan adalah cara dirinya dalam mengelola usahanya dan tujuan dia menghabiskan harta tersebut.

Ia hanya melakukan perdagangan dengan cara yang halal dan benar-benar menjauhkan diri dari segala bentuk jual beli yang haram, dan bahkan yang syubhat. Sedangkan hartanya ia habiskan hanya untuk berniaga dengan Allah SWT, atau digunakan untuk berjihad.

Sebagai seorang saudagar sukses, Abdurrahman bin Auf RA selalu rajin mengeluarkan hartanya di jalan Allah SWT tanpa tanggung-tanggung. Ia benar-benar mengamalkan nasihat Rasulullah SAW kepadanya,

“Wahai Ibnu Auf, engkau termasuk golongan orang kaya dan engkau akan masuk surga dengan merangkak. Karena itu, pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, agar Dia mempermudah langkahmu.”

Dengan adanya nasihat dari Rasulullah SAW ini, Abdurrahman bin Auf RA yang semula sudah gemar bersedekah, menjadi lebih giat dalam menggelontorkan hartanya untuk agama.

Ia pernah menjual tanah seharga 40.000 dinar, kemudian semua uang itu ia bagi-bagikan kepada keluarganya bani Zuhrah istri-istri nabi dan untuk muslimin yang miskin.

Abdurrahman bin Auf RA juga pernah menyerahkan 500 ekor kuda untuk perlengkapan tentara Islam, sedangkan di hari yang lain ia menyerahkan 1.500 unta untuk mujahidin.

Menjelang wafat, Abdurrahman bin Auf RA mewasiatkan 50.000 dinar untuk diinfakkan di jalan Allah SWT dan uang sebanyak 400 dinar bagi setiap orang yang ikut Perang Badar yang masih hidup. Bahkan, Utsman bin Affan RA yang saat itu juga merupakan orang kaya, mendapat jatah darinya ini.

Utsman RA berkata, “Harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan.”

Ada pula yang mengatakan, “Seluruh penduduk Madinah berserikat dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya. Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka, sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka, dan sepertiga sisanya dibagi-bagikannya kepada mereka.”

Inilah hal yang akan terjadi jika harta berada di tangan yang tepat, yakni kesejahteraan dan kemakmuran akan selalu terjaga di sekeliling orang itu. Inilah bukti bahwa Abdurrahman bin Auf RA merupakan orang yang bisa mengendalikan hartanya, bukan dikendalikan oleh hartanya.

Ia tidak ingin mengumpulkannya dan tidak pula menyimpannya. Bahkan jika ia mengumpulkannya, ia akan melakukan hal ini dengan tetap merendahkan hati dan dari jalan yang halal.

Abdurrahman bin Auf RA tidak pernah menikmati hartanya sendirian, namun ia gunakan kekayaan itu untuk keluarga, kerabat, teman, rasulnya, agama, dan Allah SWT.

Kisah tentang Abdurrahman bin Auf RA yang masuk surga dengan merangkak karena banyaknya harta yang ia miliki ini bersumber dari hadits yang lemah.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tukang Daging Masuk Surga dan Jadi Sahabat Nabi Musa AS



Jakarta

Atas izin Allah SWT, seorang tukang daging berkesempatan menjadi sahabat Nabi Musa AS di surga. Kisah ini dapat menjadi pelajaran berharga bahwa Allah SWT menghendaki siapapun yang beriman untuk masuk ke surga-Nya kelak.

Suatu hari, Nabi Musa AS berdoa kepada Allah SWT seraya bertanya tentang siapa orang yang kelak menjadi sahabatnya di surga. Tak disangka, ternyata sahabat Nabi Musa AS kelak adalah seorang tukang daging.

Merangkum buku Lembaran Kisah Mutiara Hikmah oleh Dian Erwanto, Nabi Musa AS berdoa, “Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku sahabat karibku kelak di surga nanti.” Kemudian Allah SWT berfirman, “Pergilah ke suatu negeri, ke pasar ini, di sana ada seorang laki-laki tukang potong daging, temuilah ia dan itulah orang yang akan menjadi sahabat karibmu kelak di surga.”


Atas petunjuk ini, Nabi Musa AS lantas pergi ke pasar tersebut dan melihat seorang tukang potong daging. ia mengambil sepotong daging dan meletakannya di sebuah keranjang lantas berlalu untuk pulang.

Sebelum kehilangan sosok yang kelak menjadi sahabatnya di surga, Nabi Musa AS menghampiri ia dan menyampaikan maksudnya untuk ikut menginap di rumahnya.

Nabi Musa AS bertanya, “Apakah engkau bersedia menerima tamu?”

Laki-laki tukang daging tersebut menjawab, “Ya, silahkan.”

Nabi Musa AS kemudian berjalan bersamanya menuju sebuah rumah sederhana. Setibanya di rumah, laki-laki tukang daging itu langsung mengolah daging yang ia bawa. Hidangan sup hangat dengan kuah sedap tersaji sebagai menu makan malam.

Tidak langsung menyantap sup hangat tersebut, laki-laki tukang daging itu justru membawa semangkuk sup ke dalam kamar. Dengan perlahan dan penuh kasih sayang, laki-laki tukang daging ini menyuapi seorang perempuan tua yang terbaring di kasur. Ia adalah ibundanya.

Mendapat perlakuan baik dari anak laki-lakinya, perempuan tua itu mengucapkan kalimat yang tak terdengar suaranya. Namun Nabi Musa AS bisa mendengar dan mengerti maksud dari ucapan ibunda tukang daging.

“Ya Allah, tempatkan anakku bersama Nabi Musa di surga,” ucap perempuan tua tersebut.

Doa inilah yang menembus langit dan kemudian dikabulkan Allah SWT.

Nabi Musa berkata, “Terimalah kabar gembira untukmu, dan kenalkan aku adalah Nabi Musa, engkaulah sahabatku kelak di surga. Mudah-mudahan perjumpaan kita nanti di surga dimudahkan oleh Allah SWT.”

Dari kisah ini dapat dipetik pelajaran bahwa berbakti kepada orang tua merupakan perintah dalam ajaran Islam. Allah SWT juga memerintahkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14,

(14) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Idris AS Menyaksikan Surga dan Neraka Tanpa Mengalami Kematian


Jakarta

Nabi Idris AS adalah nabi kedua sekaligus keturunan keenam dari Adam AS. Ia merupakan anak laki-laki dari Qabil dan Iqlima.

Idris AS dikenal dengan pribadinya yang cerdas. Mengutip Buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria P & Arif Hidayah, Nabi Idris AS memiliki kekuatan fisik hebat dan ilmu pengetahuan yang luas.

Selain itu, ia juga dianugerahi mukjizat untuk mengunjungi surga dan neraka. Kala itu, Idris AS didatangi oleh Malaikat Izrail yang menyamar sebagai laki-laki tampan atas izin Allah SWT.


Didatangi Malaikat Izrail yang Menyamar

Dikisahkan dalam buku Kisah Luar Biasa 25 Nabi & Rasul oleh Henni Nur’aeni, kedatangan malaikat maut itu bukan untuk mencabut nyawa Nabi Idris AS. Ia hadir untuk bertamu karena kagum akan sosok Idris AS yang ahli ibadah dan selalu berzikir kepada Allah SWT.

Singkat cerita, Nabi Idris AS menanyakan siapa sebenarnya lelaki tampan yang mengunjunginya. Kemudian, Izrail pun mengakui siapa dirinya dan memberitahu maksud kedatangan beliau.

Lalu, Idris AS mengajukan sebuah permintaan, yaitu ingin mengetahui bagaimana surga dan neraka. Ini dilakukan agar dirinya mengingat azab Allah SWT.

Malaikat Izrail lalu meminta izin kepada Allah SWT untuk membawa Idris AS ke neraka. Permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

Nabi Idris AS Pingsan Menyaksikan Malaikat Penjaga Neraka

Sebelum sampai di neraka Nabi Idris AS tiba-tiba pingsan menyaksikan malaikat penjaga neraka yang sangat menakutkan. Di sana para malaikat menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang tidak menaati perintah Allah SWT semasa hidupnya.

Tak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan, Nabi Idris AS sampai mengatakan tidak ada pemandangan yang lebih mengerikan dibanding dengan dahsyatnya api neraka. Api tersebut berkobar-kobar dengan bunyi gemuruh yang mengerikan.

Ia tidak bisa membayangkan apabila hal itu menimpa umatnya kelak. Oleh karenanya Nabi Idris AS semakin giat berdakwah agar tidak ada umatnya yang tersesat dari jalan Allah dan tergulung oleh api neraka.

Nabi Idris AS kemudian meninggalkan neraka dengan tubuh lemas dan penuh rasa takut. Bayangan api neraka dan segala siksaan di dalamnya masih menghantui dirinya. Namun, dengan hal itu Nabi Idris AS semakin menguatkan tekad dan imannya untuk selalu patuh pada perintah Allah SWT.

Nabi Idris AS Takjub akan Keindahan Surga

Setelah berkunjung ke neraka, Idris AS diantar ke surga. Jika di neraka ia pingsan, di surga pun Nabi Idris AS hampir pingsan pula. Ini disebabkan dirinya terpesona akan keindahan yang ada di depan matanya.

Menukil buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul oleh Ahmad Fatih, di sana Nabi Idris AS melihat berbagai sungai yang sangat bening airnya. Di pinggir-pinggirnya, ada sejumlah pohon yang bagian batangnya terbuat dari emas dan perak.

Selain itu, Nabi Idris AS juga menyaksikan istana-istana yang disediakan bagi penghuni surga. Sepanjang mata memandang, sang nabi menemui begitu banyak pohon yang menghasilkan buah-buahan segar, ranum dan harum.

Puas berkeliling, Malaikat Izrail mengajak Idris AS pulang ke bumi. Namun, beliau enggan pulang. Sang malaikat lalu memberi peringatan,

“Kamu boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti. Setelah semua amal ibadah dihisab oleh Allah SWT, barulah kamu bisa menghuni surga bersama para nabi dan orang beriman lainnya,” ujarnya.

Mulanya, Nabi Idris AS tidak ingin meninggalkan surga. Namun, pada akhirnya ia mengangguk dan bertekad akan selalu beribadah kepada Allah sampai pada hari kiamat tiba.

Ahmad Sobiriyanto dalam bukunya yang berjudul Dipuji dan Dihina Allah menuliskan, Nabi Idris AS menjadi satu-satunya nabi yang menghuni surga (tepatnya di langit keempat) tanpa mengalami kematian. Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Idris AS berusia 82 tahun.

Kelak, ketika Rasulullah SAW melakukan mi’raj ke langit menghadap Allah bersama malaikat Jibril bertemu dengan Nabi Idris AS. Rasulullah menghampiri Nabi Idris AS dan singgah sejenak sebelum akhirnya naik ke langit paling atas.

Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Gerbang telah terbuka, dan ketika aku pergi ke surga keempat, di sana aku melihat Idris. Jibril berkata (kepadaku), ‘Ini adalah Idris; berilah ia salammu.’ Maka, aku mengucapkan salam kepadanya, dan ia mengucapkan, ‘Selamat datang, wahai saudaraku yang alim dan nabi yang shalih’, sebagai balasan salamnya kepadaku.” (HR Bukhari)

Wallahu’alam bishawab.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Orang Terakhir yang Masuk Surga, Kisahnya Bikin Rasulullah Tertawa



Jakarta

Penghuni surga dan neraka merupakan rahasia Allah SWT. Namun, ada hadits yang menyebut orang terakhir yang masuk surga dikatakan adalah orang terakhir keluar dari neraka.

Kisah tentang orang yang terakhir keluar neraka dan terakhir masuk surga diceritakan dalam hadits Abdullah bin Mas’ud RA yang meriwayatkan dari Rasulullah SAW. Saat menceritakan kisah ini, Rasulullah SAW tertawa hingga tampak gigi gerahamnya.

Hadits ini diceritakan dalam kitab At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi yang diterjemahkan oleh Anshori Umar Sitanggal. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,


“Sesungguhnya aku benar-benar tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar darinya, dan penghuni neraka yang terakhir kali masuk surga. Yaitu seorang lelaki yang keluar dari neraka dengan merangkak, maka Allah Ta’ala berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga.’

Maka, orang itu pun datang ke surga, tetapi terbayang olehnya bahwa surga telah penuh, maka dia berkata, ‘Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.’

Maka Allah berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga.’

Maka, dia pun datang ke surga, tetapi terbayang lagi olehnya bahwa surga telah penuh, maka dia kembali lagi seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, hamba dapati surga telah penuh.’

Maka (sekali lagi) Allah berkata, ‘Pergilah dan masuk ke surga. Sesungguhnya kamu akan memperoleh seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya.’ Atau, ‘Sesungguhnya kamu akan memperoleh sepuluh kali lipat dunia.’

Maka, orang itu berkata, ‘Apakah Engkau mengejekku?’ Atau, ‘Engkau menertawakan hamba, padahal Engkau Raja’?”

Abdullah bin Mas’ud mengatakan melihat Rasulullah SAW tertawa sampai tampak gigi gerahamnya, seraya bersabda, “Mengenai orang itu dikatakan, ‘Itulah ahli surga yang paling rendah derajatnya’.”

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Mas’ud mengatakan mengapa Rasulullah SAW tertawa. Kemudian beliau menjawab, “Karena Tuhan semesta alam pun tertawa, lalu berkata, ‘Aku tidak mengolok-olok kamu, tetapi Aku Maha Kuasa atas apapun yang Aku kehendaki’.”

Masih dari At-Tadzkirah, mengenai sabda Rasulullah SAW, “Apakah Engkau mengejekku?”, adalah terjemahan dari “Atastahzi u bi?” atau dalam riwayat lain, “Ataskharu bi?” Artinya sama, yaitu mengejek.

Mengenai maksud dari kata-kata ini ada dua takwil.

Pertama, kata Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, perkataan ini keluar dari orang tersebut, saking gembiranya, sehingga meremehkan Allah SWT. Jadi, seperti halnya orang yang keliru mengatakan, “Ya Allah, Engkau hambaku dan aku Tuhanmu.” (HR Muslim)

Kedua, maksudnya, “Apakah Engkau hendak membalas kepadaku atas kelakuanku di dunia, di mana aku tidak banyak memperhatikan perbuatan-perbuatanku, bahkan tidak peduli denganya?” Jadi, orang tersebut menyangka Allah SWT akan membalas ejekan yang telah dia lakukan terhadap-Nya dulu, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala ketika menceritakan perkataan orang-orang munafik pada Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 14-15.

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّا ۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْ ۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْ ۙاِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ ١٤ اَللّٰهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ١٥

Artinya: “Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.” Allah akan memperolok-olokkan dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan.”

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan, hadits tentang orang terakhir yang keluar dari neraka dan terakhir masuk surga riwayat dari Abdullah bin Mas’ud ini adalah hadits shahih. Hadits ini menerangkan betapa hinanya derajat dunia dan betapa luasnya rahmat Allah SWT.

Adapun dalam riwayat lain Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma berkata, Rasulullah SAW bersabda,

“Orang yang terakhir kali masuk surga adalah seorang lelaki dari Juhainah, namanya Juhainah. Para penghuni surga berkata, ‘Pada Juhainah ada berita meyakinkan’.” (HR Al-Mayanisyi Abu Hafsh Umar bin Abdul Majid Al-Qurasyi dalam kitab Al-Ikhtiyar Lahu Fi Al-Milah Min Al- Akhbar wa Al-Atsar)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com