Tag Archives: syaban

Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban: Amalan Persiapan Ramadan


Jakarta

Khutbah Jumat bertema Syaban bisa menjadi pilihan topik khatib sholat Jumat pekan ini. Ada banyak pembahasan terkait keutamaan Syaban, salah satunya tentang keutamaan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Bulan Syaban diapit dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadan. Pada bulan ini terdapat malam Nisfu Syaban yang menjadi malam istimewa.

Menurut Kalender Kementerian Agama, 1 Syaban 1445 Hijriah jatuh pada Minggu, 11 Februari 2024. Artinya pada Jumat, 16 Februari 2024 bertepatan dengan 6 Syaban 1445 H.


Khutbah Jumat Bertema Syaban

Merangkum buku Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun karya Muhammad Khatib, S.Pd.I dan juga mengutip laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), berikut teks khutbah Jumat bulan Syaban.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الَّذِيْ نَلْقَاه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أمّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsyafan. Karena hanya dengan takwalah, kita bisa mendekati Allah dan mencapai kebahagiaan, di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana firman-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 63)

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Alhamdulillah, hari ini kita semua masih bertemu bulan Syaban. Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Secara bahasa, kata “Syaban” mempunyai arti “berkelompok”. Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu.

Syaban termasuk bulan yang dimuliakan Rasulullah SAW. Terbukti beliau berpuasa pada bulan ini. Usamah berkata pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunah) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan Syaban.” Rasulullah SAW menjawab: “Bulan Syaban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.” (HR. An-Nasai dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Bulan itu (Syaban), yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah bulan yang dilupakan manusia, dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku diangkat ketika aku berpuasa. (HR An Nasa’i)

Seorang ulama yang bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Syaban juga mempunyai makna “jalan setapak menuju puncak.” Artinya, Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan Allah untuk menapaki dan menjelajahi keimanan, sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadan.

Meniti jalan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Sebagaimana mendaki gunung, butuh latihan dan persiapan yang matang. Begitu pula meniti puncak di bulan Syaban, tentunya butuh kesungguhan hati dan niat yang suci serta siap bersusah payah. Kepayahan itu akan lebih terasa ketika kita berpuasa di bulan Syaban. Namun, kepayahan itu akan dibalas dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah SAW bersabda: Bulan ini dinamakan Syaban karena berhamburan kebajikan di dalamnya. Barang siapa berpuasa tiga hari di awal bulan Syaban, tiga hari di pertengahannya dan tiga hari di akhirnya, maka Allah SWT menulis untuk orang itu pahala tujuh puluh orang nabi, dan seperti ibadah tujuh puluh tahun, dan jika orang itu meninggal pada tahun ini, maka akan diberikan predikat mati syahid.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Pendakian di bulan Syaban ini juga dapat dilakukan dengan cara membanyak beristighfar atau meminta ampun atas segala dosa, lebih-lebih dosa hati yang tak kasat mata, seperti, ujub, takabur, dan sum’ah. Biasanya, dosa hati itu lebih banyak daripada dosa tubuh.

Setiap orang beriman sepatutnya membersihkan dan mensucikan diri dari sifat-sifat tercela serta menyiapkan mental, agar dapat menghadapi dan memasuki bulan Ramadan dengan tenang dan khusyu.

Setiap orang beriman hendaknya mempersiapkan lahir dan batin dalam menghadapi bulan Ramadan, sebagaimana petani menyiapkan air dalam menghadapi musim kering.

Permohonan ampun tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, akan tetapi kita bisa melakukan di mana saja dan kapan saja. Namun demikian, ia sangat baik bila dilakukan sebelum datang bulan Ramadan. Hal ini kita lakukan sebagai rasa hormat dan Ta’dzim atas kedatangan bulan yang mulia.

Istighfar dan taubat di bulan Syaban akan menjaga dan memelihara ibadah di bulan Rajab, merawat dan menyuburkan iman di bulan Syaban serta memberi semangat ibadah di bulan Ramadan.

Diharapkan dengan persiapan ini, kita akan meraih kemuliaan dan kemenangan dari Allah SWT di bulan yang agung tersebut.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di bulan Syaban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti, sebagai hamba yang siap menjalankan kewajibannya di depan Sang Khaliq.
Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban tentang Nisfu Syaban hingga Amalan Jelang Ramadan


Jakarta

Khutbah Jumat bertema bulan Syaban bisa menjadi topik yang diangkat khatib saat salat Jumat. Tahun ini, Jumat kedua Syaban jatuh pada 8 Syaban 1446 H yang bertepatan dengan 7 Februari 2025.

Syaban menjadi bulan yang diapit dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadan. Pada bulan Syaban, terdapat malam istimewa yakni Nisfu Syaban.

Berikut beberapa contoh teks khutbah Jumat yang mengusung tema bulan Syaban yang berisi amalan hingga keistimewaan bulan ini.


Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban

1. Khutbah Jumat Amalan Bulan Syaban

Contoh khutbah Jumat bulan Syaban ini membahas tentang amalan sunnah yang dianjurkan bagi umat Islam. Berikut isi materi khutbah Jumat bulan Syaban yang dikutip dari laman Muhammadiyah:

Judul: Mari Perbanyak Puasa Sunah di Bulan Sya’ban

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Segala puji hanya milik Allah, yang dengan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul di tempat ibadah ini pada hari yang penuh berkah, yakni Jumat yang mulia. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw keluarga, dan para sahabatnya yang setia meniti jejak kebenaran.

Marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Caranya cukup sederhana yaitu mengerjakan apa yang telah menjadi perintah, dan meninggalkan seluruh larangan-Nya. Bila konsisten seperti itu, insyaAllah kita dapat merasakan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Hadirin yang dirahmati Allah

Bulan Sya’ban telah tiba, dan dengan setiap matahari yang terbit, kita semakin mendekati bulan Ramadhan yang mulia. Bagi umat Islam, Sya’ban bukanlah sekadar bulan biasa; ia adalah waktu yang diberkahi dan dianggap sebagai masa persiapan diri untuk menyambut bulan penuh berkah tersebut.

Rasulullah SAW memberikan teladan yang sangat berarti mengenai pentingnya memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban.

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari jalur ‘Aisyah memberikan gambaran nyata tentang praktek Rasulullah dalam menyambut bulan penuh keberkahan, Ramadhan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كانَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَصُومُ حتَّى نَقُولَ: لا يُفْطِرُ، ويُفْطِرُ حتَّى نَقُولَ: لا يَصُومُ، فَما رَأَيْتُ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إلَّا رَمَضَانَ، وما رَأَيْتُهُ أكْثَرَ صِيَامًا منه في شَعْبَانَ

“Dari Siti ‘Aisyah ra berkata: “Rasulullah berpuasa hingga kami menyangka Ia berbuka, dan berbuka hingga kami menyangka Ia tidak berpuasa, dan aku tidak pernah melihat Rasul menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat Rasul memperbanyak puasanya daripada berpuasa di bulan Sya’ban”.

Dalam petuahnya, Rasulullah mengajak umatnya untuk merenungkan betapa berharganya waktu di bulan Sya’ban. Meskipun Rasulullah menjalani puasa sunah di bulan ini, bukan berarti puasa tersebut menjadi kewajiban. Puasa Sya’ban dapat dianggap sebagai persiapan batin dan fisik, sebagai sebuah detik-detik terakhir menjelang “bulan penuh rahmat”.

Jamaah Jumat yang berbahagia,

Marilah kita sambut bulan Sya’ban dengan hati yang bersih, semangat yang membara, dan niat yang tulus. Memperbanyak puasa sunah seperti puasa Senin-Kamis, Ayyamul Bidh, atau bahkan puasa Daud menjadi langkah awal menuju perubahan positif dalam diri kita. Sambutlah bulan ini sebagai ladang amal yang subur, tempat kita menanam benih kebaikan yang akan kita panen di akhirat kelak.

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menggambarkan keutamaan yang sungguh luar biasa dari melaksanakan puasa sunah. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بَعْدَ اللَّهُ تَعَالَى وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِيْنَ خَرِيفًا

“Barangsiapa berpuasa satu hari di jalan Allah, niscaya Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka sejauh jarak tujuh puluh tahun.”

Keutamaan ini bukan hanya terbatas pada keberuntungan terhindar dari siksaan neraka, namun juga menunjukkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadah-Nya. Puasa sunah bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang membawa hamba kepada kedekatan dengan Sang Pencipta.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Bulan Sya’ban bukan hanya sebagai awal pembukaan tirai Ramadan, tetapi juga sebagai kesempatan bagi umat Islam untuk membersihkan hati, memperbanyak amal ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban, kita dapat mempersiapkan jiwa dan raga agar siap menyongsong bulan penuh berkah, Ramadan, dengan penuh kekhusyukan.

Oleh karena itu, mari manfaatkan bulan Sya’ban dengan sebaik-baiknya. Perbanyaklah puasa sunah, perdalam ibadah, dan perkokoh niat untuk menyambut Ramadan dengan hati yang bersih dan jiwa yang penuh keimanan. Sebab, di setiap detiknya, bulan Sya’ban menawarkan peluang keemasan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Dengan itu, kita siapkan diri, sembari menantikan datangnya bulan Ramadhan sebagai tamu agung yang membawa berkah dan keampunan. Semoga setiap amalan yang kita lakukan di bulan ini menjadi catatan indah di hadapan Allah SWT. Aamiiin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ

. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

2. Khutbah Jumat Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Contoh khutbah Jumat ini membahas tentang malam istimewa di bulan Syaban yakni malam Nisfu Syaban. Berikut materi khutbah Jumat yang bersumber dari Ustadz Amien Nurhakim yang dikutip dari Laman NU Online:

Judul: Mari Hidupkan Malam Nisfu Sya’ban
Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهْ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ، وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Pada kesempatan mulia ini, Khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sebenar-benarnya takwa; dengan menjauhi larangan Allah sejauh-jauhnya dan menjalankan perintah-Nya semampunya. Dengan demikian kita dapat berproses menjadi sebaik-baiknya hamba Allah sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ

Artinya, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Bulan Sya’ban merupakan bulan mulia dan bulan penyambut Ramadhan yang kehadirannya sangat ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Sya’ban juga memiliki banyak kemuliaan, sehingga Nabi saw memperbanyak ibadah puasa sunnah pada bulan ini. Hal ini sebagaimana dituturkan dalam hadits:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ رضي الله عنها، عَنْ صِيَامِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فِي شَعْبَانَ، فَقَالَتْ: كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ، مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Artinya, “Dari Abu Salamah bin Abdurrahman, ia berkata: “Aku bertanya kepada Aisyah (istri Rasulullah) tentang puasa Rasulullah saw di bulan Sya’ban. Aisyah menjawab: ‘Beliau berpuasa hingga kami mengira beliau tidak akan berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengira beliau tidak akan berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan aku tidak melihat beliau berpuasa lebih banyak di bulan lain selain di bulan Sya’ban’.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu, jamaah sekalian, pada bulan ini juga terdapat malam di mana amal perbuatan kaum muslimin dihadapkan pada Allah subhanahu wa ta’ala. Malam tersebut kaum muslimin biasa berdoa kepada Allah meminta ampunan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkumpul di masjid.

Di Indonesia sendiri, umat Islam memperingati malam Nisfu Sya’ban secara bersama-sama dengan membaca Surat Yasin tiga kali. Yasin pertama diniatkan agar diberikan umur panjang dalam taat kepada Allah, kemudian mengucapkan doa khusus Nisfu Sya’ban.

Selanjutnya, membaca kembali Surat Yasin kedua dengan niat memohon rezeki yang halal, dilanjutkan dengan doa Nisfu Sya’ban. Setelah itu, membaca Surat Yasin ketiga dengan niat mempertahankan iman dan berharap diwafatkan dalam keadaan beriman pada Allah, lalu diakhiri dengan doa Nisfu Sya’ban

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Apabila berdoa sebagaimana khatib jelaskan tadi tidak dapat dilakukan secara bersama-sama di masjid, maka tidak apa jika melakukannya sendiri. Khatib menghimbau jama’ah sekalian tidak menyia-nyiakan malam yang penuh berkah ini. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda mengenai malam yang mulia ini:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللَّهَ يَطَّلِعُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْلِمِينَ أَجْمَعِينَ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ. (رواه ابن ماجه)

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya Allah menengadahkan pandangan-Nya pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni semua orang Muslim kecuali orang yang menyekutukan-Nya atau orang yang bermusuhan’.” (HR. Ibn Majah).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Meramaikan malam Nisfu Sya’ban bukan hanya tentang amal pribadi yang akan dihadapkan pada Allah ta’ala, tetapi juga tentang kebersamaan dan bentuk kepedulian sosial sebagai umat Islam. Melestarikan tradisi doa bersama pada malam Nisfu Sya’ban membuat tali persaudaraan antar warga menjadi erat.

Malam Nisfu Sya’ban menginspirasi kita untuk berkumpul dalam kebaikan. Shalat malam berjamaah, membaca ayat-ayat suci Al-Quran, membaca wirid dan zikir serta memohon ampun bersama-sama. Kegiatan semacam ini dapat menciptakan atmosfer solidaritas yang memperkuat hubungan antar-umat Islam.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Di sisi lain, persiapan menyambut malam Nisfu Sya’ban seringkali melibatkan kegiatan gotong royong. Membersihkan masjid, merapihkan lingkungan, dan menyediakan hidangan bersama apabila ada merupakan bagian dari sikap membangun semangat kebersamaan dan tanggung jawab kolektif. Rasulullah saw pernah bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: تَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Artinya: Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda, “Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, janganlah tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Kegiatan keagamaan di malam Nisfu Sya’ban, seperti doa bersama dan kajian agama, tidak hanya memperkuat ikatan keagamaan tetapi juga meningkatkan kesadaran sosial akan pentingnya saling peduli dan membantu sesama.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Selain beribadah, berdoa dan memohon ampunan, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah dan mengeluarkan harta bagi mereka yang membutuhkan. Keterangan ini sebagaimana termaktub dalam kitab Madza fi Sya’ban, melalui penuturan Anas bin Malik, bahwa saat memasuki bulan Sya’ban, kaum muslimin fokus membaca mushaf dan membagikan sebagian harta mereka bagi orang-orang lemah dan miskin.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Seiring malam Nisfu Sya’ban, mari kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Marilah kita jadikan malam ini sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama. Semoga Allah swt meridhai segala amal ibadah dan doa kita, memberikan ampunan, serta menjadikan kita umat yang penuh rahmat dan keberkahan. Selesai khutbah ini dengan doa keselamatan dan keberkahan bagi seluruh umat Islam. Semoga Allah menerima amal ibadah kita di malam Nisfu Sya’ban ini dan menjadikan kita umat yang mendapat berkah di dunia dan akhirat. Amin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

3. Khutbah Jumat Istimewanya Malam Nisfu Syaban

Khutban Jumat yang ditulis Ustadz Zainudin Lubis ini mengusung tema keutamaan malam Nisfu Syaban.

Judul “Khutbah Jumat: Menggali Keistimewaan Malam Nisfu Sya’ban.”

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْإِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا ,وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، فَإِنِّي أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيرِ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: ﴿الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالأَسْحَارِ﴾. ويقولُ: ﴿يَآ أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Ungkapan rasa syukur selalu kita ucapkan pada Allah yang telah memberikan kepada kita kesehatan dan kesempatan, sehingga kita bisa berkumpul untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat. Pada hakikatnya, bersyukur merupakan rasa terima kasih yang dalam, yang dilakukan seorang Hamba kepada Tuhan, atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan. Pun syukur jua hakikatnya adalah kesadaran diri.

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿ ٧

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,'” Shalawat kita haturkan keharibaan Nabi yang sangat mulia, yang Namanya harum hingga saat ini. Sebagai umat beliau, seyogianya kita memperbanyak shalawat terlebih di hari Jumat yang mulia ini.

Tentu dengan lafal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Sebagai khatib, sudah menjadi sebuah kewajiban bagi kami secara pribadi untuk mengajak kita semua, mari sama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Hanya dengan Iman dan takwa hidup akan bahagia dunia dan akhirat kelak. Hal ini sebagaimana nasihat Luqman Al-Hakim pada anaknya, yang terangkum dalam Kitab Hasyiyah Ash Shawi ‘ala Tafsir Jalalain, juz IV;

يا بني إن الدنيا بحر عميق، وقد غرق فيه ناس كثير، فاجعل سفينتك فيها تقوى الله، وحشوها الإيمان بها، وشراعها التوكل على الله، لعلك تنجو.

Artinya: “Wahai Anakku, sesungguhnya dunia itu lautan yang amat dalam, telah banyak manusia tenggelam di dalamnya, jadikanlah perahu mu di dunia takwa kepada Allah, dan muatannya ialah Iman, serta layarnya ialah tawakal kepada Allah, semoga kamu selamat.” Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Pada pelbagai literatur keislaman, akan mudah didapati pelbagai penjelasan ulama salafus shalih terkait kemuliaan dan keistimewaan malam Nisfu Sya’ban. Pertama, malam Nisfu Sya’ban dinamakan dengan lailatul bara’ah (malam penuh kesucian). Pasalnya, pada malam itu mengandung pelbagai kebaikan, kemudahan rezeki, dan diampuni pelbagai dosa manusia. Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan kemuliaan dari malam Nisfu Sya’ban yang dimanfaatkan oleh kalangan sahabat untuk berdoa dan meminta ampunan pada Allah. Sebab karena kesucian malam nisfu Sya’ban tersebut, Allah menurunkan rahmatnya pada orang yang memohon ampunan pada-Nya.

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا يَوْمَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، أَلَا مِنْ مُسْتَرْزِقٍ فَأَرْزُقَهُ، أَلَا مِنْ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ، أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطَّلِعَ الْفَجْرَ

Artinya: “Ketika malam Nisfu Sya’ban tiba, maka beribadahlah di malam harinya dan puasalah di siang harinya. Sebab, sungguh (rahmat) Allah turun ke langit dunia saat tenggelamnya matahari. Kemudian Ia berfirman: “Ingatlah orang yang memohon ampunan kepadaKu maka Aku ampuni, ingatlah orang yang meminta rezeki kepada-Ku maka Aku beri rezeki, ingatlah orang yang meminta kesehatan kepada-Ku maka Aku beri kesehatan, ingatlah begini, ingatlah begini, sehingga fajar tiba. [HR Ibnu Majah]”

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Kedua, malam nisfu Sya’ban adalah malam penuh ampunan [malam lailu ghufran]. Untuk itu, seyogianya pada malam tersebut orang-orang yang merasa dirinya penuh dengan noda dosa dan keburukan, bertaubat kepada Allah. Sebab pada malam penuh ampunan itu, Allah akan mengampuni seluruh dosa hamba-Nya. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Thabrani, yang bersumber dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah bersabda:

يَطَّلِعُ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Artinya: “Allah swt melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan Allah atau orang yang bermusuhan.” (ampunan).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Ketiga, malam Nisfu Sya’ban adalah malam diterima segala permintaan (lailatu al ijabah). Sudah tak menjadi rahasia lagi, bahwa malam Nisfu Sya’ban termasuk dalam malam yang penuh dengan kucuran kebaikan dari Allah. Selain mendapatkan ampunan, seseorang yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban juga akan mendapatkan kemuliaan, berupa dikabulkan permintaannya.

Berdasarkan hal tersebut, sudah sepatutnya pada malam tersebut, seorang muslim meminta kepada Tuhannya.

Adapun tata cara meminta yang terbaik ialah melaksanakan shalat, kemudian baru meminta. Sejatinya, melaksanakan shalat sunah malam di malam Nisfu Sya’ban dianjurkan bagi seseorang yang mempunyai hajat. Rasulullah bersabda;

عن عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مِنَ الَّليْلِ يُصَلِّيْ فَأَطَالَ السُّجُوْدَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهاَمَهُ فَتَحَرَّكَ، فَرَجَعْتُ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ السُّجُوْدِ، وَفَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ، قَالَ: ” يَا عاَئِشَةَ أَوْ يَا حُمَيْرَاءَ ظَنَنْتَ أَنَّ النَّبِيَّ خَاسَ بِكَ؟ “، قُلْتُ: لَا وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَكِنِّيْ ظَنَنْتُ أَنَّكَ قُبِضْتَ لِطُوْلِ سُجُوْدِكَ، فَقَالَ: ” أَتَدْرِيْنَ أَيُّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ “، قُلْتُ: اَللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ” هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ، وَيَرْحَمُ اْلمُسْتَرْحِمِيْنَ، وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ اْلحِقْدِ كَمَا هُمْ “.

Artinya: “Aisyah [istri Nabi] berkisah, ‘Suatu malam Nabi Muhammad melaksanakan shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Nabi telah diambil (wafat), karena curiga maka aku berdiri dan aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah usai melaksanakan shalat, Nabi bersabda; “Wahai Aisyah, apakah engkau menduga Nabi tidak memperhatikanmu?” Lalu aku menjawab: “Tidak ya Rasulullah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menduga Rasulullah telah wafat) karena engkau bersujud sangat lama”. Lalu kemudian Nabi bertanya: “Tahukah engkau, malam apa sekarang ini”. Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Nabi kemudian bersabda, “Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang, dan menyingkirkan orang-orang yang dengki.”

Pada sisi lain, Ibnu Taimiyah,dalam Kitab Majmu’ Fatawa Ibni Taimiyah menjelaskan bahwa melaksanakan shalat pada malam Nisfu Sya’ban tergolong pada perbuatan yang baik, bahkan ulama salaf melaksanakan ibadah shalat pada malam tersebut.

: وَقَدْ سُئِلَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ صَلاَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَأَجَابَ : إِذَا صَلَّى اْلإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِيْ جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنَ السَّلَفِ فَهُوَ حَسَنٌ. وَقَالَ فِيْ مَوْضِعٍ آخَرَ : وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ فَقَدْ رُوِيَ فِيْ فَضْلِهَا أَحَادِيْثُ وَآَثاَرٌ وَنُقِلَ عَنْ طَائِفَةٍ مِنَ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوْا يُصَلُّوْنَ فِيْهَا فَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِيْهَا وَحْدَهُ قَدْ تَقَدَّمَهُ فِيْهِ سَلَفٌ وَلَهُ فِيْهِ حُجَّةٌ فَلَا يُنْكَرُ مِثْلُ هَذَا.

Artinya:”Sesungguhnya Syekh Ibnu Taimiyah ditanya tentang shalat sunnah malam Nisfu Sya’ban, maka ia pun menjawab: ‘Apabila seorang melaksanakan shalat pada malam Nisfu Sya’ban, dalam keadaan sendirian [munfarid] atau secara berjamaah tertentu sebagaimana telah banyak dikerjakan oleh kaum salaf, maka perbuatan itu [shalat sunnah] tersebut termasuk hal yang baik.'”

Pada tempat lain, Ibnu Taimiyah juga berkata: “Adapun malam Nisfu Sya’ban, telah banyak hadits Nabi dan atsar tentang keutamaannya dan telah dikutip [nukil] dari sekelompok salaf bahwa mereka melaksanakan shalat pada malam tersebut. Untuk itu shalat sunnah yang dikerjakan seseorang pada malam tersebut, maka praktik itu telah dilakukan sebelumnya oleh kaum salaf dan demikian memiliki hujjah. Dengan demikian, parktik itu tidak boleh diingkari.” (Majma’ Fatawa Ibni Taimiyah, juz III halaman, 131-132].

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Demikian khutbah Jumat terkait keutamaan dan keistimewaan malam Nisfu Sya’ban. Malam yang sangat agung dan dalamnya mengandung kebaikan pada orang-orang yang menghidupkan malam tersebut. Kita berharap semoga kita semua termasuk orang yang beruntung dan dikaruniai keberkahan.

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

4. Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan

Contoh khutbah Jumat selanjutnya membahas tentang bulan Syaban sebagai bulan persiapan menyambut bulan suci Ramadhan. Simak materi lengkapnya di bawah ini yang dikutip dari BDK Kementerian Agama RI:

Judul: Menyambut Bulan Suci Ramadhan

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الَّذِيْ نَلْقَاه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أمّا بَعْدُ

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Setelah bertahmid memuji Allah sebagai wujud syukur kita kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang diberikan kepada kita. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Allah teruntuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan umatnya.

Izinkanlah khatib menyampaikan wasiat takwa, terkhusus untuk pribadi khatib sendiri dan umumnya untuk jamaah sidang Jumat yang dimuliakan Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Tanpa terasa, hari ini kita sudah memasuki pertengahan bulan Sya’ban. Itu artinya tinggal beberapa hari lagi kita akan kedatangan tamu agung, tamu istimewa yang dinanti-nantikan kedatangannya oleh setiap orang yang beriman. Dialah bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah.

Maka, marilah kita perbanyak doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, semoga Allah memberkahi kita di bulan Rajab yang telah lalu dan Syaban saat ini, serta diberi kesempatan untuk bisa menemui bulan suci Ramadhan.

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Sebagai wujud kesungguhan kita menyambut tamu istimewa ini dan sebagai bukti keseriusan kita dalam memuliakannya, tentunya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya, jauh-jauh hari sebelum kedatangannya.

Beberapa hal yang harus kita persiapkan, di antaranya:

Yang pertama: di bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah seperti membaca Al-Quran, berdzikir, beristighfar, shalat duha, shalat tahajjud dan witir, serta bersedekah. Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqomah, kita perlu banyak berlatih.

Di sinilah bulan Rajab dan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk berlatih, membiasakan diri beramal sunnah dengan berkelanjutan. Dengan latihan tersebut, di bulan Ramadhan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk mengerjakannya, sehingga tanaman iman dan amal shalih akan membuahkan takwa yang sebenarnya.

Seorang ulama yang bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Dan di antara amalan yang paling urgen untuk kita latih adalah puasa. Karena bulan Ramadhan adalah bulan puasa, maka dengan membiasakan puasa sunnah sejak bulan Rajab atau Sya’ban, kita akan mampu melaksanakan puasa Ramadhan dengan baik. Sehingga di bulan Ramadhan produktivitas, kinerja, dan ibadah kita akan meningkat.

Yang kedua: kita perlu menyiapkan diri dari sisi keilmuan, yaitu dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak menghasilkan apa-apa selain lapar dan dahaga. Hal ini disebabkan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (H.R. Al-Hakim dan dishahihkan oleh Syekh al-Albani)

Yang ketiga: Ramadhan adalah syahrul quran, bulan diturunkannya Al Quran. Allah ta’ala berfirman:

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”(Q.S. Al-Baqarah: 185)

Agar dibulan Ramadhan kita bisa memaksimalkan interaksi dengan Al-Quran, mari kita tingkatkan kemesraan kita dengan Al-Quran sejak sekarang.

Yang keempat: perbanyak berdoa kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman pada ayat selanjutnya:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِى وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِى لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186)

Bulan Ramadhan adalah bulan kita bermunajat kepada Allah. Maka marilah kita perbanyak doa kepada Allah, dalam berbagai kesempatan. Sehingga saat Ramadhan tiba, waktu-waktu istimewa yang mustajab, tidak kita lewatkan begitu saja tanpa munajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Untuk memohon dan mengadukan segalanya kepada Allah.

Yang terakhir: mengkondisikan anak dan istri kita agar bersiap menyambut Ramadhan. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman pada ayat selanjutnya:

أُحِلَّ لَڪُمۡ لَيۡلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآٮِٕكُمۡۚ هُنَّ لِبَاسٌ۬ لَّكُمۡ وَأَنتُمۡ لِبَاسٌ۬ لَّهُنَّۗ

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah: 187)

Bulan Ramadhan adalah kesempatan kita menguatkan kedekatan dengan keluarga. Istri kita adalah pakaian bagi kita, dan kita adalah pakaian bagi istri kita.

Demikianlah persiapan yang seharusnya kita lakukan agar bulan Ramadhan tahun ini lebih berkualitas dari Ramadhan-ramadhan sebelumnya. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

5. Khutbah Jumat Bertema Syaban

Merangkum buku Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun karya Muhammad Khatib, S.Pd.I dan juga mengutip laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), berikut teks khutbah Jumat bulan Syaban.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الَّذِيْ نَلْقَاه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أمّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsyafan. Karena hanya dengan takwalah, kita bisa mendekati Allah dan mencapai kebahagiaan, di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana firman-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 63)

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Alhamdulillah, hari ini kita semua masih bertemu bulan Syaban. Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Secara bahasa, kata “Syaban” mempunyai arti “berkelompok”. Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu.

Syaban termasuk bulan yang dimuliakan Rasulullah SAW. Terbukti beliau berpuasa pada bulan ini. Usamah berkata pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunah) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan Syaban.” Rasulullah SAW menjawab: “Bulan Syaban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.” (HR. An-Nasai dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Bulan itu (Syaban), yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah bulan yang dilupakan manusia, dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku diangkat ketika aku berpuasa. (HR An Nasa’i)

Seorang ulama yang bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Syaban juga mempunyai makna “jalan setapak menuju puncak.” Artinya, Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan Allah untuk menapaki dan menjelajahi keimanan, sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadan.

Meniti jalan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Sebagaimana mendaki gunung, butuh latihan dan persiapan yang matang. Begitu pula meniti puncak di bulan Syaban, tentunya butuh kesungguhan hati dan niat yang suci serta siap bersusah payah. Kepayahan itu akan lebih terasa ketika kita berpuasa di bulan Syaban. Namun, kepayahan itu akan dibalas dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah SAW bersabda: Bulan ini dinamakan Syaban karena berhamburan kebajikan di dalamnya. Barang siapa berpuasa tiga hari di awal bulan Syaban, tiga hari di pertengahannya dan tiga hari di akhirnya, maka Allah SWT menulis untuk orang itu pahala tujuh puluh orang nabi, dan seperti ibadah tujuh puluh tahun, dan jika orang itu meninggal pada tahun ini, maka akan diberikan predikat mati syahid.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Pendakian di bulan Syaban ini juga dapat dilakukan dengan cara membanyak beristighfar atau meminta ampun atas segala dosa, lebih-lebih dosa hati yang tak kasat mata, seperti, ujub, takabur, dan sum’ah. Biasanya, dosa hati itu lebih banyak daripada dosa tubuh.

Setiap orang beriman sepatutnya membersihkan dan mensucikan diri dari sifat-sifat tercela serta menyiapkan mental, agar dapat menghadapi dan memasuki bulan Ramadan dengan tenang dan khusyu.

Setiap orang beriman hendaknya mempersiapkan lahir dan batin dalam menghadapi bulan Ramadan, sebagaimana petani menyiapkan air dalam menghadapi musim kering.

Permohonan ampun tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, akan tetapi kita bisa melakukan di mana saja dan kapan saja. Namun demikian, ia sangat baik bila dilakukan sebelum datang bulan Ramadan. Hal ini kita lakukan sebagai rasa hormat dan Ta’dzim atas kedatangan bulan yang mulia.

Istighfar dan taubat di bulan Syaban akan menjaga dan memelihara ibadah di bulan Rajab, merawat dan menyuburkan iman di bulan Syaban serta memberi semangat ibadah di bulan Ramadan.

Diharapkan dengan persiapan ini, kita akan meraih kemuliaan dan kemenangan dari Allah SWT di bulan yang agung tersebut.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di bulan Syaban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti, sebagai hamba yang siap menjalankan kewajibannya di depan Sang Khaliq.
Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Bulan Syaban dan Berbagai Amalan Lainnya yang Bisa Dikerjakan



Jakarta

Syaban merupakan bulan ke-8 dalam kalender Islam. Pada bulan ini, banyak amalan yang bisa dikerjakan oleh kaum muslimin.

Penamaan bulan Syaban berasal dari kata Syabaa yang artinya merekah. Sebab, bulan Syaban berada di antara dua bulan mulia yaitu Rajab dan Ramadhan.

Kemuliaan bulan Syaban tercantum dalam sebuah hadits yang berbunyi,


“Bulan Syaban–bulan antara Rajab dan Ramadhan–adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR Nasa’i)

Menukil buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya’ban tulisan Dra Udji Asiyah M Si, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa bulan Syaban menjadi momen di mana amal manusia diangkat kepada Allah SWT. Singkatnya, Syaban merupakan bulan naiknya berbagai amalan ke hadirat Allah SWT seperti diterangkan dalam surat Al Ma’arij ayat 4,

تَعْرُجُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُۥ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Artinya: “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”

Selain itu, pada bulan Syaban ada juga doa yang bisa dibaca oleh kaum muslimin. Doa ini diajarkan Rasulullah SAW dan berisi harapan agar Allah SWT memberi cukup umur agar bisa menyambut Ramadhan.

Doa Bulan Syaban

Merujuk pada sumber yang sama, berikut bacaan doa bulan Syaban yang bisa diamalkan.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Arab latin: Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wa sya’bâna wa ballighnâ ramadhânâ

Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami pada Bulan Rajab dan Bulan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Bulan Ramadhan.”

Amalan-amalan di Bulan Syaban

Mengutip buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, dan Haji karya Abdillah F Hasan, ada sejumlah amalan yang bisa dikerjakan ketika bulan Syaban. Antara lain sebagai berikut,

1. Puasa Sunnah

Sebagaimana dijelaskan dalam hadits, dari Anas Ra, “Puasa manakah yang paling afdal setelah puasa Ramadhan?” Rasulullah menjawab, “Puasa Syaban untuk mengagungkan Ramadhan.”

Di bulan ini, Rasulullah SAW melakukan puasa sunah terbanyak dibanding bulan-bulan lain (selain Ramadhan).

Mengapa puasa di bulan Syaban menjadi perhatian penting? Dari segi jasmani, dengan memperbanyak puasa sunnah pada Syaban, seorang muslim akan semakin siap dalam menghadapi puasa Ramadhan selama sebulan penuh.

Menurut Ibnu Rajab, kedudukan puasa Syaban di antara puasa yang lain sama dengan kedudukan salat sunnah rawatib terhadap salat fardhu sebelum dan sesudahnya, yakni sebagai penyempurna kekurangan pada yang wajib.

Keutamaan puasa di bulan Syaban, sebagaimana diriwayatkan Usamah bin Zaid ra., ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa pada bulan Syaban.”

Rasulullah menjawab, “Bulan itu (Syaban) adalah bulan yang dilupakan oleh manusia, yaitu bulan di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan itu adalah bulan diangkatnya amal-amal manusia kepada Tuhan semesta alam. Aku suka amal-amalku diangkat, sementara aku sedang berpuasa.” (HR Abu Daud dan Nasa’i)

2. Memperbanyak Sholawat

Amalan lainnya yang dapat dikerjakan di bulan Syaban ialah memperbanyak sholawat. Mereka yang membiasakan diri di bulan ini untuk berlomba meraih pahala, akan memperoleh kemenangan di bulan Ramadhan.

Syaban adalah bulan Rasulullah SAW seperti yang telah disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Rajab adalah bulan Allah, Syaban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”

3. Membayar Utang Puasa

Bulan Syaban adalah kesempatan untuk mengqadha utang puasa Ramadhan yang lalu sebelum datangnya Ramadhan berikutnya.

Aisyah berkata: “Aku punya utang puasa Ramadhan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Syaban, karena sibuk melayani Nabi.” (HR Bukhari dan Muslim)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Doa Nisfu Syaban Lengkap Arab, Latin, dan Artinya



Jakarta

Doa nisfu Syaban pada dasarnya adalah doa yang diucapkan pada malam hari di pertengahan bulan Syaban, yakni bulan sebelum Ramadhan. Dipercaya menggugurkan dosa.

Hafidz Muftisany dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Islam: Mengenal Hujjatul Islam hingga Mengenal Mukimin Jawi menjelaskan bahwa momen khusus di pertengahan bulan Syaban disebut dengan nisfu Syaban.

Nisfu sendiri artinya adalah pertengahan atau seperdua. Maka, nisfu Syaban dapat diartikan sebagai waktu pertengahan di bulan Syaban.


Bulan Syaban ini menjadi waktu yang penting bagi sebagian muslim, mengingat inilah bulan terakhir sebelum memasuki bulan Ramadhan yang mulia. Oleh karena itu, banyak yang mengamalkan ibadah-ibadah khusus di nisfu Syaban demi menyambut bulan puasa itu.

Syekh Albani menegaskan bahwa malam nisfu Syaban adalah waktu yang baik sebab Allah SWT mengampuni seluruh makhluk-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam nisfu Syaban, Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya. Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)

Salah satu ibadah yang banyak digaungkan di antara umat Islam adalah doa. Lantas, bagaimana doa nisfu Syaban yang bisa diamalkan tersebut? Berikut selengkapnya!

Doa Nisfu Syaban

Dikutip dari arsip detikHikmah, doa nisfu Syaban ada dua macam, yaitu:

1. Doa Nisfu Syaban Pertama

اللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ يَاذَا الطَّوْلِ وَالْإِنْعَامِ لَا إِلَهَ إِلا أَنْتَ ظَهَرَ اللأَجِينَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِينَ وَأَمَانَ الخَائِفِينَ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُودًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَى فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَطَرْدِي وَاقْتَارَ رِزْقِي وَأَثْبِتْنِي عِنْدَكَ فِي أُمَ الْكِتَابِ سَعِيدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ الهِي بِالتَّجَلِي الْأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِي يُفْرَقُ فِيهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ وَ يُبْرَمُ اصْرِفْ عَنِّي مِنَ البَلَاءِ مَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلامُ الغُيُوبِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Bacaan latin: Allaahumma yaa dzal manni walaa yumannu ‘alaika ya dzal jalaali wal ikraam, yaa dzath thouli wal in’aam laa ilaaha illaa anta, zhoharul laajiin, wa jaarol mustajiiriin, wa amaanal khoo-ifiin.

Allaahumma in kunta katabtanii ‘indaka fii ummil kitaabi syaqiyyan awmahruuman awmathruudan awmuqtarron alayya fir rizqi famhu.

Allaahumma bifadhlika fii ummil kitaabi syaqoowatii wahirmaanii wathordil walq taaro rizqii wa atsbitnii indaka fii ummil kitaabi sa’iidam marzuuqom muwaffaqal lil khairaat. Fa innaka quita waqoulukal haqqu fii kitaabikal munzali ‘alaa nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa-u wayutsbitu wa’indahuu ummul kitaabi.

llaahil bittajallil a’zhomi fii lailatin nishfi min syahri sya’baanal mukarromillatii yufraqu fiihaa kullu amrin haklim wayubromu ishrif ‘annii minal balaa-l maa a’lamu wamaa laa a’lamu wa anta allaamu! ghuyuubi birohmatika yaa arhamar raahimiin.
Washollallaahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadiw wa’alaa aalihil washohbihi wasallam.

Artinya: “Ya Allah Tuhanku, wahai Yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepadaMu, wahai Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai yang mempunyai kekuasaan dan yang memberi nikmat, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, tempat bernaung bagi orang-orang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan.

Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) yang berada di sisiMu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan.

Ya Allah Tuhanku, berkat karuniaMu apa yang ada dalam Ummul Kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir dan sempit rezeki. Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisiMu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitabMu dan firmanMu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisiNya ada Ummul Kitab.

Ya Tuhanku, berkat penampilan yang Mahabesar (dari rahmatMu) pada malam pertengahan bulan Syaban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku dari segala bencana yang aku ketahui dan yang tidak kuketahui serta yang lebih Kau ketahui (daripadaku), dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib, berkat rahmatMu wahai yang maha penyayang di antara para penyayang.

Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada jun jungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga Dia melimpahkan salam sejahtera (kepada mereka).”

2. Doa Nisfu Syaban Kedua

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى اللهُمَّ إِنِّيْ اللَّهُمَّ اِنِّى أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَ اْلمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَة

Bacaan latin: Allaahumma innaka ‘afuwwung tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Allaahumma innii asalukal ‘afwa wal ‘aafiyata wal mu’aafaataddi imati fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah, Engkau suka memaafkan maka maafkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf, afiyah, dan keselamatan yang terus-menerus dalam agama dan dunia serta akhirat.”

Tentang Amalan Nisfu Syaban

Tentang amalan-amalan nisfu Syaban sebagian ulama mengatakan bahwa hal ini tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW sama sekali. Sehingga termasuk ke dalam ibadah bid’ah yang lebih baik dihindari.

Hal tersebut sebagaimana disimpulkan oleh Ammi Nur Baits dalam bukunya yang berjudul Kumpulan Artikel Sya’ban dan Ramadhan: Tanya Jawab tentang Bulan Sya’ban dan Ramadhan.

Bahkan, banyak ulama yang menyimpulkan bahwa hadits-hadits yang menyatakan tentang keutamaan-keutamaan bulan nisfu Syaban adalah hadits dhaif. Termasuk juga hadits yang sudah disebutkan di atas.

Namun Imam Al-Bani berpendapat bahwa hadits tersebut sahih karena memiliki banyak jalur dan satu sama lain saling menguatkan. Sehingga baik dipakai.

Meskipun amalan doa nisfu Syaban ini tidak dilandaskan pada hadits sahih Rasulullah SAW tertentu, namun Syekh Muhammad bin Darwisy dalam Kitab Asna Al Mathalib mengatakan tidak ada salahnya bagi muslim untuk mengamalkannya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Bulan Syaban untuk Meminta Umur Sampai pada Ramadhan


Jakarta

Bulan Syaban adalah salah satu bulan istimewa dalam kalender Hijriah karena berdekatan dengan bulan suci Ramadhan. Rasulullah SAW bahkan pernah mengajarkan doa bulan Syaban menjelang Ramadhan sebagai amalan untuk menyambutnya.

Kemuliaan tentang bulan Syaban ini dijelaskan Rasulullah SAW dalam haditsnya. Rasulullah SAW bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ


Artinya: “Bulan Syaban–bulan antara Rajab dan Ramadhan–adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR Nasa’i)

Di samping itu, sejumlah hadits menjelaskan, bulan Syaban adalah waktu yang mulia untuk berpuasa sunnah menjelang Ramadhan. Keterangan ini didasarkan dari Anas ibn Malik saat bertanya kepada Rasulullah SAW tentang puasa yang paling utama. Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Puasa Syaban sebagai penghormatan untuk menyambut puasa Ramadhan.” (HR Tirmidzi)

Untuk itu, alangkah baiknya bila muslim dapat menyambut bulan Syaban dengan membaca doa seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dari riwayat Anas bin Malik RA, berikut bacaan doanya.

Doa Bulan Syaban Menjelang Ramadhan

أللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَان

Bacaan latin: Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’bana wa balighna ramadhana

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umur kami di bulan Rajab dan Syaban, serta sampaikanlah (umur) kami hingga bulan Ramadhan.”

Bacaan doa di bulan Syaban diambil dari dalam hadist termaktub dalam Kitab Mishkat Al Masabih oleh al-Imam al-Baghawi terjemahan Yunus Ali Al-Muhdhor. Berikut haditsnya,

عَنْ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ: «اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ» قَالَ: وَكَانَ يَقُولُ: «لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ لَيْلَةٌ أَغَرُّ وَيَوْمُ الْجُمُعَةِ يَوْمٌ أَزْهَرُ»

Artinya: Anas mengatakan saat Rajab datang Rasulullah SAW berkata, “Ya Allah SWT berkahilan kami di Rajab dan Syaban serta bawalah kami hingga Ramadhan.” Dia juga mengutip Rasulullah SAW saat mengatakan, “Kamis malam adalah saat yang sangat terang dan Jumat adalah hari yang bersinar.”

Sheikh Ibnu Rajab berpendapat riwayat ini menganjurkan muslim untuk memohon panjang umur dengan niat untuk menambah kebaikan dan beramal saleh di masa mendatang.

Dikutip dari buku Ringkasan Shahih Muslim susunan Zaki Al-din ‘abd Al-azhim Al-mundziri, selain memanjatkan doa, bulan Syaban juga dapat diisi dengan mengqadha puasa Ramadhan sebelumnya yang ditinggalkan karena uzur tertentu. Istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, bahkan diketahui pernah mengganti puasa pada bulan Syaban.

Berikut bunyi haditsnya dari riwayat Abu Salamah RA dalam Kitab Puasa,

سَمِعْتُ عَائِشَةَ رضي اللهُ عَنْهَا تَقُولُ : كَانَ يَكُونُ عَلَى الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا اسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ ، الشَّغُلُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Artinya: Saya mendengar Aisyah berkata, “Puasa wajib yang saya tinggalkan pada bulan Ramadhan pernah tidak bisa saya ganti, kecuali pada bulan Syaban karena sibuk melayani Rasulullah SAW.” (HR Muslim)

Hari-hari terakhir Sya’ban 1445 H bertepatan dengan 10-11 Maret 2024 (29-30 Sya’ban) sebagaimana dikutip dari Kalender Hijriah Indonesia 2024 susunan Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag. Hal ini dapat dijadikan acuan sebagai batas waktu untuk melunasi utang puasa Ramadhan.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yunus, Bisa Dibaca saat Malam Nisfu Syaban


Jakarta

Doa Nabi Yunus menjadi salah satu amalan yang bisa dibaca pada malam Nisfu Syaban. Doa ini berisi pujian kepada Allah SWT sekaligus sebagai pengakuan atas dosa-dosa.

Syaban termasuk salah satu bulan yang istimewa. Di bulan ini terdapat malam Nisfu Syaban, yakni malam mulia yang punya banyak keutamaan.

Mengutip buku Ensiklopedia Islam: Mengenal Hujjatul Islam Hingga Mengenal Mukimin Jawi karya Hafidz Muftisany dijelaskan bahwa Nisfu Syaban menjadi momen khusus di pertengahan bulan Syaban.


Sesuai dengan namanya, Nisfu artinya pertengahan atau seperdua. Maka Nisfu Syaban adalah malam 15 Syaban.

Siti Aisyah ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT turun ke langit dunia pada malam Nisfu Syaban dan mengampuni para hamba-Nya lebih banyak dari pada bilangan bulu kambing Bani Kilab. Pada malam itu Alah SWT mengubah sifat ketinggian-Nya yang suka menyerang dan mengalahkan serta menyiksa orang-orang durhaka menjadi sifat yang indah dan memberi rahmat serta ampunan.”

Di malam Nisfu Syaban Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada para hamba dan mengabulkan doa serta taubat mereka.

Dikutip dari Kalender Hijriah Indonesia terbitan Kementerian Agama RI, Nisfu Syaban jatuh pada tanggal 15 Syaban 1445 Hijriah, yang dalam kalender Masehi bertepatan dengan Minggu, 25 Februari 2024. Dengan demikian, malam Nisfu Syaban sendiri jatuh pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Doa Nabi Yunus Amalan Malam Nisfu Syaban

Banyak amalan yang bisa dikerjakan untuk meraih keutamaan di malam Nisfu Syaban. Salah satunya yakni membaca doa Nabi Yunus yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 87,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَۚ ۝٨٧

Arab-Latin: Wa żan-nụni iż żahaba mugāḍiban fa ẓanna al lan naqdira ‘alaihi fa nādā fiẓ-ẓulumāti al lā ilāha illā anta sub-ḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya, “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (QS Al-Anbiya: 87).

Ibnu Abbas pernah meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, “Doa saudaraku Yunus sungguh menakjubkan. Diawali dengan lafal tahlil, bagian tengahnya adalah lafal hamdalah, dan akhirnya adalah pengakuan dosa, yaitu: ‘lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn (Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim)’.”

Hadits tentang Malam Nisfu Syaban

Merangkum buku Keagungan Rajab & Sya’ban oleh Abdul Manan bin Haji Muhammad Sobari diterangkan beberapa hadits Rasulullah SAW tentang keutamaan malam Nisfu Syaban.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua hari raya dan malam Nisfu Syaban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati mati. “

Sayyidina Ali RA berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Apabila telah tiba malam Nisfu Syaban, maka berdirilah kamu sekalian pada malamnya dan berpuasalah pada siang harinya, karena pada malam itu Allah SWT turun ke langit dunia ketika matahari tenggelam hingga terbit fajar, seraya berfirman, ‘Apakah ada orang yang meminta? Maka akan Aku beri permintaannya. Apakah ada orang yang meminta ampun? Maka akan Aku ampuni. Apakah ada orang yang meminta rizki ? Maka akan Aku beri rizki.”

Adapun yang dimaksud Allah SWT turun ke langit dunia bukan Allah SWT turun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah seperti perbuatan dan perilaku makhluk yang berubah-ubah (turun, naik, bergerak, diam, dan lain-lain), tetapi rahmat Allah SWT yang turun mendekati hamba yang bertakwa serta memohon ridho-Nya.

Abu Nashrin bin Sa’id ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Tatkala malam 13 bulan Syaban maka datanglah Jibril kepadaku, lalu berkata, ‘Hai Muhammad! Bangunlah(kerjakan salat), sungguh telah datang waktu tahajud, agar engkau bisa minta apa yang engkau kehendaki untuk umat-mu'” Maka beliau pun mengerjakannya. Ketika tiba waktu Subuh Jibril datang lagi dan berkata, “Hai Muhammad!Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan (anugrah) kepada 1/3 umatmu.”

Mendengar perkataan Jibril tersebut, Nabi SAW menangis sambil berkata, “Hai Jibril! Beritahukan kepadaku bagaimana nasib umatku yang 2/3 nya lagi?” Jibril menjawab, “Aku tidak tahu.”

Pada malam tanggal 14 Syaban, Jibril datang lagi menemui Nabi Muhammad SAW sambil berkata, “Hai Muhammad! Bangunlah dan bertahajudlah.” Nabi pun mengerjakannya. Ketika waktu fajar tiba, Jibril menemui lagi Nabi Muhammad SAW sambil berkata, “Hai Muhammad! Sungguh Allah SWT telah memberi (anugerah) kepada 2/3 umatmu.”

Mendengar ucapan Jibril itu, lalu Nabi Muhammad SAW menangis lagi sambil berkata, “Hai Jibril! Beri tahu aku (bagaimana) umatku yang 1/3-nya lagi?” Jibril menjawab, “Aku tidak tahu.”

Kemudian pada malam Bara’ah Jibril datang lagi kepada Nabi Muhammad SAW sambil berkata, “Hai Muhammad! Kabar gembira untukmu, bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memberi (anugerah) kepada semua umatmu dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu pun.”

Lalu Jibril berkata lagi, “Hai Muhammad! Lihatlah ke langit, apa yang engkau lihat?” Kemudian beliau melihat ke atas, dan tampaklah pintu-pintu langit terbuka, sedangkan para malaikat dari langit dunia sampai ke ‘Arsy sedang sujud sambil memohon ampunan kepada Allah SWT untuk umat Muhammad SAW. Dan di tiap pintu langit ada satu malaikat yang berseru sebagai berikut:

1. Di pintu langit pertama malaikat berseru, “Beruntung bagi orang yang ruku pada malam ini.”

2. Di pintu langit kedua malaikat berseru, “Beruntung bagi orang-orang yang mau sujud pada malam ini.”

3. Di pintu langit ketiga malaikat berseru, “Beruntung bagi orang-orang berdzikir di malam ini.”

4. Di pintu langit keempat malaikat berseru, “Beruntung bagi orang-orang yang berdoa kepada Tuhan-nya pada malam ini.”

5. Di pintu langit kelima malaikat berseru, “Beruntung bagi orang-orang yang menangis karena takut kepada Allah SWT pada malam ini.”

6. Di pintu langit keenam malaikat berseru, “Beruntung orang yang berbuat baik pada malam ini.”

7. Di pintu langit ketujuh malaikat berseru, “Beruntung orang yang membaca Al-Qur’an pada malam ini.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Malam Asyura 10 Muharram Baca Apa? Ini Amalan Doanya


Jakarta

Malam Asyura atau malam 10 Muharram termasuk waktu yang memiliki keutamaan. Ada bacaan yang bisa dipanjatkan umat Islam untuk mengisi waktu tersebut.

Keutamaan malam Asyura ini dijelaskan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto. Sang Hujjatul Islam memasukkan malam Asyura dalam malam-malam khusus bersama malam 1 Muharram, malam 1 Rajab, malam 15 Rajab, dan malam 27 Rajab.

Imam al-Ghazali kemudian memaparkan hadits yang menyebut keutamaan mengerjakan amal kebajikan pada malam tersebut.


“Siapa saja yang mengerjakan amal kebajikan pada malam-malam ini, niscaya ia akan memperoleh kebaikan seratus tahun.” (HR Muslim dengan redaksi sedikit berbeda)

Terkait amal kebajikan seorang hamba, Allah SWT berfirman dalam surah Al Bayyinah ayat 7,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ ٧

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk.”

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut menjelaskan keadaan orang-orang yang berbakti, yakni hatinya beriman dan badan mereka mengamalkan perbuatan yang saleh. Mereka ini adalah sebaik-baiknya makhluk Allah SWT. Abu Hurairah dan segolongan ulama menyimpulkan firman Allah SWT dalam surah Al Bayyinah ayat 7 itu adalah orang-orang yang beriman dari kalangan manusia lebih utama daripada para malaikat.

Anjuran Berdoa pada Malam 10 Muharram

Umat Islam dianjurkan memperbanyak doa pada malam Asyura atau 10 Muharram. Sebab, menurut hadits, doa pada malam tersebut tidak akan tertolak. Hadits ini terdapat dalam buku Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah karya Ibnu Watiniyah.

Rasulullah SAW bersabda, “Lima waktu yang doa tidak ditolak, yaitu pada malam Jumat, malam 10 Muharram, malam Nisfu Syaban, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa Malam Asyura 10 Muharram

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab latin: Hasbunallah wani’mal wakiil ni’mal maulaa wani’man-nashiir

Artinya: “Allah-lah yang mencukupi kami, Dia-lah sebaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik Penolong.”

Doa tersebut dibaca sebanyak 70 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa berikut sebanyak 7 kali,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ سُبْحَانَ اللهِ مِلْأَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَامَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا . نَسْتَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ.

Arab latin: Bismillaa hirrahmaa nirrahiim, subhaanallaahi mil’al-miizaani wamuntahal ‘ilmi wamablaghar ridhaa wazinatal’arsyi. laa malja’a walaa manja minallaahi illaa ilaiih, subhaanallaahi ‘adadasy syaf’i wal watri wa ‘adada kalimaatillaahit taammaati kullihaa, nas’alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil azhiim, wa huwa hasbunaa wa nimal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir, wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii wasallama ajma’iin

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Suci Allah sepenuh timbangan, puncak ilmu, dan keridhaan-Nya, serta seberat timbangan ‘Arasy. Tidak ada tempat berlindung dan keselamatan dari Allah selain kepada-Nya. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, serta seluruh bilangan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna. Kami memohon rahmat-Mu, wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang. Tak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Dialah Allah yang mencukupi kami, sebaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik Penolong. Rahmat dan keselamatan semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya semuanya.”

Doa malam Asyura atau 10 Muharram tersebut terdapat dalam buku Doa-doa dalam Acara Resmi, Keagamaan dan Kemasyarakatan karya M Ali Chasan Umar.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Doa Bulan Syaban, Amalkan agar Mendapat Keberkahan



Jakarta

Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender hijriyah. Syaban tiba setelah bulan Rajab dan sebelum hadirnya Ramadan. Ada doa yang bisa dipanjatkan untuk menyambut datangnya Syaban.

Syaban terletak di antara dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadan. Amalan di bulan ini memiliki banyak keutamaan, termasuk berdoa di bulan ini.

Syaban adalah waktu amalan manusia diangkat ke sisi Allah SWT. Hal ini seperti dalam hadits Usamah bin Zaid RA. Rasulullah SAW bersabda,


“Bulan itu, banyak manusia yang lalai, yaitu (bulan) antara Rajab dan Ramadan, bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. An-Nasa’i [IV/201]).

Mengutip buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, Dan Haji karya Abdillah F. Hasan, bulan Syaban berasal dari kata Sya’aba yang artinya merekah karena ia berada di antara dua bulan mulia.

Doa Bulan Syaban (

Mengutip buku 175 Doa dalam Keseharian Kita karya Muhammad Azri Zulal bin Kholid Baraja, berikut doa-doa yang dapat dibaca saat bulan Syaban.

1. Doa Pertama

اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ

Arab latin: Allahumma ad-khilhu ‘alainaa bil amni wal iimaani was salaamati wal islaam, wa jiwaarim minasy-syaithooni, wa ridhwanim minar rohmaani

Artinya: “Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan setan, dan agar kami mendapat rida Allah (Ar-Rahman).” (HR. Al-Baghawi dalam Mu’jam Ash-Shahabah, sanadnya sahih).

2. Doa Kedua

Doa ini dapat dibaca apabila seseorang melihat hilal secara langsung. Berikut bacaan doanya:

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَمِ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ

Arab latin: Allahumma ahlilhu ‘alayna bilyumni wal iimaani was salaamati wal islaami. Rabbi wa rabbukallah

Artinya: “Ya Allah, tampakkanlah bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.” (HR. Ahmad, 1:162 dan Tirmidzi, no. 3451, dan Ad-Darimi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih).

3. Doa Syaban Menjelang Ramadan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Arab latin: Allâhumma bârik lanâ fî Rajaba wa Sya’bâna wa ballighnâ Ramadhânâ

Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syakban. Sampaikan kami dengan bulan Ramadan.”

Keutamaan Bulan Syaban

Pada bulan Syaban, semua catatan amal perbuatan selama setahun akan diserahkan kepada Allah SWT. Untuk itu, umat Islam dianjurkan memperbanyak amalan agar mendapat banyak keutamaan.

Keagungan bulan Syaban juga bisa dengan meningkatkan berbagai ketaatan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mengagungkan bulan Syaban, bertakwa kepada Allah SWT dan taat kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiat/durhaka maka Allah SWT mengampuni dosanya dan menyelamatkannya dalam satu tahun itu dari segala macam bencana dari bermacam-macam penyakit.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Bulan Syaban Menjelang Ramadhan Menurut Hadits Nabi SAW


Jakarta

Doa bulan Syaban menjelang Ramadhan adalah bacaan yang bisa diamalkan muslim. Syaban merupakan bulan kedelapan yang terletak antara Rajab dan Ramadhan.

Meski Syaban bukan termasuk bulan haram, Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa Syaban tetap istimewa. Mengutip dari buku Dakwah Kreatif: Muharram, Maulid Nabi, Rajab dan Sya’ban tulisan Udji Asiyah, Syaban adalah momen dilaporkannya segala amal perbuatan manusia kepada Allah SWT.

Dengan demikian, sudah seharusnya umat Islam berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan sebelum diserahkan kepada Allah SWT. Dari Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi Muhammad SAW,


“Wahai Rasulullah SAW, saya lihat engkau lebih bersemangat (lebih rajin) berpuasa di bulan Syaban ini dibanding bulan-bulan lainnya, mengapa?” Rasul SAW menjawab, “Karena Syaban ini bulan agung, yang banyak dilupakan orang, padahal di bulan inilah amal perbuatan manusia akan dinaikkan (dilaporkan) ke hadirat Allah SWT. Karena itu, aku ingin (lebih senang) bila di saat amalan-amalan itu diangkat (dihadirkan kepada Allah), maka aku dalam keadaan puasa.” (HR Nasa’i)

Selain itu, ada doa yang bisa dibaca muslim ketika bulan Syaban. Doa tersebut tercantum dalam hadits Rasulullah SAW.

Doa Bulan Syaban Menjelang Ramadhan: Arab, Latin dan Arti

Doa bulan Syaban menjelang Ramadhan termaktub dalam hadits Rasulullah SAW dari Anas bin Malik RA. Berikut bacaannya yang dinukil dari buku Rahasia Kedahsyatan 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa karya Nurhasanah Naminoleh.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Arab latin: Allahumma barik lana fi rajaba wasya’bana waballighna ramadhana.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Syaban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.” (HR Ahmad dan At-Thabrani)

Doa Bulan Syaban Lainnya yang Bisa Diamalkan

Selain doa di atas, ada juga bacaan lain yang bisa diamalkan muslim. Doa ini berasal dari Thalhah bin Ubaidillah yang juga termasuk ke dalam salah satu hadits Nabi SAW.

حَدَّثَنِي بِلَالُ بْنِ يَحْيَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَأَى الْهِلَالَ قَالَ اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

Artinya: “Dari Thalhal bin ‘Ubaidullah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila melihat bulan sabit beliau mengucapkan: Allahumma ahlilhu ‘alaina bilyumi wal aimaani wassalaamati wal islaam, rabbii wa rabbukallah (Terbitkanlah bulan tersebut kepada kami dengan berkah, iman, keselamatan serta Islam, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah).” (HR Tirmidzi)

Keutamaan Bulan Syaban

Bulan Syaban memiliki sejumlah keutamaan. Berikut beberapa keutamaan bulan Syaban yang dikutip dari buku Dalam Naungan Bulan Penuh Kemuliaan karya Gus Arifin.

1. Bulan yang Dicintai Nabi Muhammad SAW

Syaban adalah salah satu bulan yang dicintai Nabi Muhammad SAW. Dari Aisyah RA berkata,

“Di antara bulan-bulan yang sangat dicintai Rasulullah SAW dalam melakukan puasa adalah bulan Syaban, lalu menyambungkannya dengan bulan Ramadhan.” (HR Ahmad)

2. Rasulullah Gemar Berpuasa pada Syaban

Rasulullah SAW gemar mengerjakan puasa pada bulan Syaban. Ini disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Rasulullah SAW berpuasa hingga beliau mengatakan jangan berbuka dan berbuka hingga mengatakan jangan berpuasa (maksudnya selang-seling). Saya tidak melihat Rasulullah SAW berpuasa lengkap sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat yang banyak dipuasai Rasulullah SAW kecuali di bulan Syaban.” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud)

3. Bulan Penuh Ampunan

Syaban termasuk bulan yang penuh ampunan. Dari Mu’adz bin Jabal meriwayatkan Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Pada malam Nisfu Syaban (pertengahan bulan Syaban), Allah akan mengumumkan kepada manusia, bahwa Dia akan mengampuni orang-orang yang mau beristighfar, kecuali kepada orang-orang yang menyekutukan-Nya, juga orang-orang yang suka mengadu domba (menciptakan api permusuhan) terhadap saudara muslim.” (HR Thabrani dan Ibnu Hibban)

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Malam Ini Nisfu Syaban, Doa Disebut Mustajab dan Dosa Diampuni



Jakarta

Malam Nisfu Syaban 2025 akan dimulai petang ini hingga esok hari. Menurut sejumlah riwayat, malam tersebut adalah waktu mustajab untuk berdoa.

Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama menunjukkan hari ini, Kamis (13/2/2025), adalah tanggal 14 Syaban 1446 Hijriah. Kemudian setelah matahari terbenam nanti, akan memasuki malam 15 Syaban yang populer disebut malam Nisfu Syaban.

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin memasukkan malam Nisfu Syaban dalam daftar malam khusus yang memiliki keutamaan. Melakukan ibadah pada malam tersebut, kata Imam al-Ghazali, hukumnya sunnah.


“Ada pertengahan malam Syaban (malam Nisfu Syaban). Pada malam itu, kaum muslim dianjurkan salat 100 rakaat, di mana setiap rakaatnya membaca Al-Fatihah dan 10 kali Al-Ikhlas,” kata Imam al-Ghazali seperti diterjemahkan Purwanto dalam buku edisi Indonesia Rahasia dan Keutamaan Waktu untuk Ibadah.

Keutamaan malam Nisfu Syaban dijelaskan dalam sejumlah riwayat yang salah satunya dipaparkan Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub. Dikatakan, malam Nisfu Syaban diberi nama malam penghapusan dosa dan malam kehidupan berdasarkan hadits al-Mundziri,

“Barang siapa yang menghidupkan dua malam hari raya dan malam Nisfu Syaban, maka hatinya tidak mati di saat hati orang-orang mati.”

Ulama ahli hadits dan tafsir dari mazhab Syafi’i, As-Subki, mengatakan menghidupkan malam Nisfu Syaban menghapus dosa satu tahun. Adapun, menghidupkan malam Jumat menghapus dosa seminggu dan menghidupkan malam qadar menghapus dosa seumur hidup. Oleh karenanya para ulama mengatakan menghidupkan malam-malam tersebut menjadi sebab terhapusnya dosa.

Riwayat lain menyebut Allah SWT akan mengampuni hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Syaban. Rasulullah SAW bersabda, “Allah melihat para hamba-Nya pada malam Nisfu Syaban, lalu Dia mengampuni penduduk bumi kecuali dua laki-laki, yaitu orang musyrik dan orang yang bertengkar.” (HR Ahmad)

Ada juga riwayat yang menyebut malam Nisfu Syaban adalah malam mustajab, doa yang dipanjatkan pada malam itu tak tertolak. Berikut bunyi haditsnya,

عن أبي أمامة الباهلي قال, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خمس ليال لا ترد فيهن الدعوة، أول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلة الجمعة، وليلة الفطر، وليلة النحر.

Artinya: Dari Abu Umamah al-Bahili, dia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Lima malam yang tidak akan ditolak doa di dalamnya: malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.”

Menurut penelusuran detikHikmah, sebagian ulama mengatakan riwayat-riwayat tentang keutamaan malam Nisfu Syaban tidak ada yang kualitasnya shahih. Sementara itu, sebagian ulama hadits, sebagaimana dikatakan Hafidz Muftisany dalam buku Mengenal Mukimin, menyebut ada riwayat yang karena banyaknya sanad ia menjadi shahih atau paling tidak hasan dan bisa dijadikan dalil.

Salah satunya riwayat yang dipaparkan al-Albani dari Muadz bin Jabal RA, Rasulullah SAW bersabda, “Pada malam Nisfu Syaban Allah SWT memperhatikan seluruh makhluk-Nya, Dia pun mengampuni seluruh makhluk kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR Thabrani, Daruquthni, Baihaqi, dan Ibnu Hibban)

Para tabiin di negeri Syam, termasuk kalangan salaf, menghidupkan malam Nisfu Syaban. Keterangan ini dikatakan Imam al-Qasthalani dalam kitab al-Mawahib al-Ladunniyyah sebagaimana dinukil Abdul Somad dalam buku 37 Masalah Populer. Dikatakan,

أن التابعين من أهل الشام كخالد بن معدان ومكحول كانوا يجتهدون ليلة النصف من شعبان في العبادة ، وعنهم أخذ الناس تعظيمها

Artinya: “Sesungguhnya kalangan tabiin negeri Syam seperti Khalid bin Ma’dan dan Makhul bersungguh-sungguh menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan ibadah. Dari merekalah orang banyak mengambil pengagungan malam Nisfu Syaban.

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com