Tag Archives: syahadat

Bacaan, Waktu Pengucapan dan Keutamaan Mengamalkannya


Jakarta

Syahadat adalah rukun Islam pertama. Setiap muslim wajib mengucap syahadat dengan penuh keyakinan, baik ketika memeluk Islam maupun saat membacanya dalam tahiyat salat.

Allah SWT berfirman dalam surah Ibrahim ayat 27 terkait dua kalimat syahadat,

يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيْنَۗ وَيَفْعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُ ࣖ ٢٧


Artinya: “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Allah menyesatkan orang-orang yang zalim, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”

Syahadat: Arab, Latin dan Artinya

Menurut buku Tuntunan Lengkap Rukun Islam & Doa: Kunci Beragama Secara Kaffah oleh Dr Moch Syarif Hidayatullah, terdapat dua macam syahadat, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul.

1. Syahadat Tauhid

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah.”

2. Syahadat Rasul

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhaduanna muhammadar rasuulullah

Artinya: “Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Apabila kedua syahadat di atas digabung, maka menjadi syahadatain atau dua kalimat syahadat. Berikut bacaannya jika digabungkan,

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”

Waktu Pengucapan Syahadat

Menukil dari buku Akidah Akhlak oleh Fida’ Abdillah dan Yusak Burhanudin, berikut sejumlah waktu pengucapan syahadat yang bisa dipahami muslim.

  1. Saat azan dan iqamah bayi baru lahir
  2. Ketika menyatakan keislamannya, dalam hal ini maksudnya mualaf
  3. Saat salat fardhu dan sunnah
  4. Waktu sakaratul maut
  5. Azan dan iqamah ketika akan salat fardhu

Keutamaan Mengamalkan Syahadat

Ada sejumlah keutamaan yang didapat muslim jika mengamalkan syahadat. Berikut bahasannya yang dikutip dari buku Tidak Semua Syahadat Diterima Allah karya Badiatul Muchlisin Asti.

1. Pintu Masuk Islam

Syahadat menjadi pintu masuk atau titik tolak seseorang masuk agama Islam. Karenanya, dua kalimat syahadat dijadikan rukun Islam yang pertama.

Rasulullah SAW bersabda,

“Islam dibangun di atas lima: bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, memberikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Terlindungi Darah dan Hartanya

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa syahadat dapat membuat seseorang terlindungi dari darah dan hartanya. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mereka mendirikan salat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka telah melaksanakan itu, berarti mereka telah melindungi darah dan harta mereka dariku, kecuali dengan hak Islam, sedangkan hisab mereka menjadi wewenang Allah Ta’ala.” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Diharamkan dari Neraka

Turut diterangkan dalam buku Ensiklopedia Amal Saleh susunan Tim AHNAF bahwa syahadat membuat seseorang diharamkan dari neraka. Rasulullah SAW bersabda dari Anas bin Malik RA berkata,

“Tak seorangpun yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dalam hatinya, kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka.” (HR Bukhari)

4. Syarat Utama Masuk Surga Allah

Dalam hadits lainnya dikatakan bahwa syarat utama masuk surga Allah SWT adalah membaca dua kalimat syahadat. Berikut bunyinya,

“Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya, bahwa Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan pada Maryam, dan ruh dari-Nya, juga bersaksi bahwa surga benar adanya serta neraka benar adanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga seperti apa pun amalnya.” (Muttafaq ‘Alaih)

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

2 Kalimat Syahadat, Dasar Utama Keislaman dan Landasan Ibadah


Jakarta

Syahadat adalah dua kalimat kesaksian yang menjadi dasar utama keislaman seseorang. Kalimat ini menjadi pintu masuk ke dalam agama Islam sekaligus rukun Islam yang pertama. Tanpa syahadat, ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji tidak memiliki landasan yang sah.

Hal ini ditegaskan dalam firman Allah surah Muhammad ayat 19,

فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ ࣖ


Arab latin: Fa’lam annahū lā ilāha illallāhu wastagfir liżambika wa lil-u’minīna wal-u’mināt(i), wallāhu ya’lamu mutaqallabakum wa maṡwākum.

Artinya: Ketahuilah (Nabi Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah serta mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Allah mengetahui tempat kegiatan dan tempat istirahatmu.

Lafadz Dua Kalimat Syahadat

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

Arab latin: “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah”.

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah”.

Hukum Mengucapkan Syahadat

Menurut buku Panduan Muslim Sehari-hari karya DR. KH. M. Hamdan Rasyid, MA, dan Saiful Hadi El-Sutha, syahadat berarti kesaksian. Karena itu, bagi seseorang yang memeluk Islam, mengucapkan syahadat adalah kewajiban. Keislaman tidak cukup hanya diyakini dalam hati, melainkan juga harus dinyatakan dengan ucapan dan dibuktikan dalam perbuatan.

Sebagaimana iman, tidak cukup hanya dengan keyakinan batin, tetapi harus diikrarkan melalui lisan serta diwujudkan dalam tindakan nyata. Dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, keimanan dan keislaman seseorang menjadi jelas, sehingga seluruh hak dan kewajibannya sebagai seorang muslim berlaku.

Hal ini sejalan dengan rukun Islam lainnya, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji, yang pelaksanaannya dilakukan secara terbuka.

Makna Kalimat Syahadat

Dalam buku Fiqih Sunnah untuk Anak karya DR. Hamid Ahmad Ath-Thahir, syahadat bermakna pengakuan hati dan lisan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, dan Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya. Dengan ucapan ini, seorang muslim menegaskan bahwa tidak ada ilah selain Allah dan menolak segala sesuatu yang dianggap tuhan selain-Nya.

Seorang muslim juga meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, penutup para rasul, dan Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Karena itu, keyakinan ini menjadi pondasi utama bagi setiap amal dalam Islam.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Anjuran Bersyahadat Jelang Ajal Menjemput, Ini Haditsnya



Jakarta

Rasulullah SAW dalam sejumlah haditsnya pernah menjelaskan tentang keutamaan dari membaca syahadat saat ajal hendak menjemput. Bahkan, Rasulullah SAW menganjurkan orang lain di sekitar orang yang sakaratul maut untuk men-talqin atau membantu mengucapkan syahadat.

Bacaan syahadat yang dimaksud adalah syahadat tauhid Laa illaaha Illallaah. Dari Mu’adz bin Jabal RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW dalam hadits yang dishahihkan oleh Abu Muhammad Abdul Haq,

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ


Artinya: “Barang siapa yang akhir perkataannya adalah Laa illaaha Illallaah, maka dia akan masuk surga.” (HR Abu Dawud)

Menjadikan kalimat syahadat sebagai kalimat terakhir sebelum mengembuskan napas terakhir tersebut disebut menjadi penggugur dosa orang yang mengamalkannya. Hal ini pernah diceritakan oleh Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW.

Diceritakan, saat itu Malaikat Maut mendatangi orang yang sedang sekarat. Malaikat Maut tersebut dikisahkan melihat ke dalam hati orang itu, tetapi tidak menemukan apa pun di situ.

“Malaikat itu pun lalu membuka janggut orang itu dan mendapati ujung lidahnya melekat pada langit-langit mulutnya sedang mengucapkan, ‘Tidak ada Tuhan selain Allah (syahadat tauhid).’ Dosa-dosanya diampuni karena kalimat ikhlas yang diucapkannya itu.” (HR Muslim)

Majdi Muhammad asy-Syahawi menambahkan dalam buku terjemahan Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah, orang yang mengucapkan syahadat ‘La ilaha illallah termasuk dalam ciri orang yang meninggal dunia dalam kondisi baik atau husnul khotimah.

Pengucapan kalimat syahadat tersebut tentu lebih baik jika dibarengi penerapannya selama hidup. Rasulullah SAW pernah bersabda,

مَنْ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَابْنُ أَمَتِهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَأَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَأَنَّ النَّارَ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةِ شَاءَ

Artinya: Dari Ubadah bin Shamit, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan-Nya, dan bahwasanya Isa adalah hamba Allah dan anak dari budak wanita-Nya serta kalimat-Nya yang ia sampaikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Bersaksi bahwa surga dan neraka benar adanya. Allah akan masukkan ke dalam surga lewat pintu surga yang delapan sekehendaknya.” (HR Bukhari)

Bahkan, Rasulullah SAW dalam haditsnya menganjurkan muslim untuk membantu sesamanya yang sakaratul maut untuk mengucapkan kalimat syahadat tersebut. Kesunnahan ini mengacu pada hadits yang termuat dalam Shahih Muslim. Disebutkan, Abu Said al-Khudri RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

Artinya: “Tuntunlah orang-orang yang mati di antara kalian untuk mengucapkan kalimat La Illaaha Illallaah (tiada tuhan selain Allah).” (HR Muslim)

Dikutip dari Islah Gusmian dalam buku Doa Menghadapi Kematian, riwayat lain menyebutkan kalimat syahadat versi panjang yang bisa dibimbing untuk orang yang sakaratul maut bila memungkinkan. Keutamaan kalimat syahadat tersebut dapat menghapuskan dosa masa lalu. Rasulullah SAW bersabda,

“Ajarilah orang-orang yang akan meninggal membaca ‘La ilaha illallah al-halim al-karim, subhanallahi rabb al-‘arsyi al-azhim, alhamdulillahi rabb al-‘alamin. Karena kata-kata itu menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu.” (HR Ibnu Majah dan Muslim)

Seyogianya, orang yang membimbing untuk membantu talqin tersebut tidak memaksa bahkan memarahi orang sakaratul maut tersebut. Sebaliknya, Islah Gusmian dalam bukunya menyarankan, orang tersebut perlu dituntun dengan lemah lembut dan perlahan tapi penuh dengan kepastian.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ummu Sulaim, Wanita Salihah dengan Mahar Paling Mulia



Jakarta

Ada banyak kisah teladan Ummu Sulaim RA yang bisa dipelajari. Salah satunya adalah kisahnya yang tak mau menikah dengan pemuda terkaya di Makkah sebelum ia masuk Islam.

Ummu Sulaim RA adalah seorang sahabat wanita yang memiliki kepribadian yang agung, seorang istri yang salihah, juru dakwah yang pandai, dan berakhlak mulia. Wajahnya sangat cantik dan memiliki kecerdasan yang tinggi.

Dikutip dari buku Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam karya Bassam Muhammad Hamami, ia merupakan Ar-Rumaisha yang nama lengkapnya adalah Ummu Sulaim binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Harâm bin Najjar al-Anshariyyah al- Khazrajiyyah.


Sebelum menjadi seorang muslimah yang salihah, Ummu Sulaim RA sudah lebih dahulu menikah dengan sepupunya yang bernama Malik bin Nadhr. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai anak bernama Anas bin Malik.

Setelah Islam muncul dan hidayah sampai pada hati Ummu Sulaim RA, ia pun bergegas untuk dibaiat di hadapan Rasulullah SAW agar masuk Islam. Hal ini pun membuat suaminya marah.

Malik tambah marah ketika anaknya juga diajari agama Muhammad yang dibencinya. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan istri dan anaknya menuju negeri Syam dan tidak pernah pulang lagi.

Malik yang sudah tidak lagi peduli dengan keluarganya terbunuh di perjalanan. Kabar ini akhirnya sampai pada telinga Ummu Sulaim RA sehingga membuatnya sedih.

Setelah kematian suaminya itu, Ummu Sulaim RA berusaha mendidik anaknya dengan ajaran Islam hingga ia tumbuh menjadi seorang remaja. Kemudian, ia membawa Anas bin Malik kepada Rasulullah SAW untuk mengabdi kepada beliau, dan beliau menerimanya.

Pada saat yang sama, Abu Thalhah RA yang masih kafir terkesan ketika mendengar cerita tentang Ummu Sulaim RA ini. Hingga ia berani melamar dan menikahi Ummu Sulaim RA dengan mahar yang begitu besar.

Namun jawaban Ummu Sulaim RA membuat Abu Thalhah RA tertegun. Ummu Sulaim RA berkata, “Aku tidak mungkin menikah dengan seorang lelaki musyrik. Wahai Abu Thalhah, tidakkah engkau tahu bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang diukir oleh budak keluarga di fulan dan andaipun kalian nyalakan api di dalamnya, pastilah mereka terbakar.”

Abu Thalhah RA tidak bisa berkelit untuk memberikan jawaban kepada Ummu Sulaim RA kecuali persetujuan. Ia berkata, “Benar.”

Ummu Sulaim RA menyahut, “Tidakkah engkau merasa malu untuk menyembah kayu yang tumbuh dari dalam tanah yang dipahat oleh seorang budak bin fulan? Apakah engkau mau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah lalu aku rela menikah denganmu? Aku tak menginginkan mahar darimu selain hal itu.”

Lalu Abu Thalhah RA meminta untuk diberi waktu sebentar untuk berpikir. Ummu Sulaim RA kemudian berkata,

“Wahai Abu Thalhah, orang sepertimu tidaklah layak ditolak. Akan tetapi, engkau adalah laki-laki kafir, sedangkan aku adalah wanita mukminah. Tidaklah patut jika aku menikah denganmu.”

Maka Abu Thalhah menyahut, “Apakah yang engkau inginkan?”

“Apa yang aku inginkan?” jawab Ummu Sulaim RA dengan penuh kesopanan dan keyakinan.

Abu Thalhah RA yang merupakan seorang yang kaya raya berusaha merayu dengan kenikmatan dunia. Ia pun berkata, “Emas dan perakkah?”

Ummu Sulaim RA menjawab, “Sungguh aku tidak menginginkan emas maupun perak. Namun, aku ingin engkau memeluk Islam.”

Abu Thalhah RA menyahut, “Siapakah yang bisa membawaku untuk itu?”

Dengan gembira dan senang, Ummu Sulaim RA menjawab, “Rasulullah”

Abu Thalhah RA bergegas menemui Rasulullah SAW yang saat itu sedang duduk di antara para sahabat. Begitu melihat Abu Thalhah RA, beliau memberitahu para sahabat,

“Abu Thalhah mendatangi kalian dengan cahaya Islam di kedua matanya.”

Setelah itu, Abu Thalhah RA resmi menjadi seorang mukmin dan akhirnya bisa menikahi Ummu Sulaim RA dengan maskawin yang tak ternilai dengan harta benda, yaitu Islam.

Demikian yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Ia berkata, “Aku tidak pernah mendengar seorang wanita pun yang mendapat mahar lebih berharga dibandingkan dengan Ummu Sulaim. Maharnya adalah Islam.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com