Tag Archives: syaikh muhammad al – utsaimin

Kata Rasulullah SAW, Ini Waktu Sedekah dengan Pahala Paling Besar


Jakarta

Sedekah termasuk amal shalih yang hendaknya dikerjakan kaum muslim. Hukum bersedekah yaitu sunnah muakkad atau sangat dianjurkan.

Selain mengharap ridha Allah SWT, bersedekah dilakukan agar memperoleh banyak pahala. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 261 yang berbunyi:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ – 261


Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Rasulullah SAW pernah mengungkap waktu sedekah dengan imbalan pahala paling besar. Melewati waktu tersebut, keutamaan sedekah tersebut menjadi berkurang. Lantas, kapan waktu bersedekah dengan pahala terbesar?

Waktu Sedekah Paling Besar Pahalanya

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW menyebutkan bahwa bersedekah dengan balasan pahala paling besar yaitu sedekah yang dikerjakan di kala sehat, pelit, khawatir miskin, dan saat menginginkan kekayaan.

Abu Hurairah RA berkata, “Ada seseorang datang kepada Nabi dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?’ Rasul SAW kemudian menjawab:

أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ، وَتَأْمُلُ الْغِنَى، وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ: لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا، وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ.

Artinya: “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, kikir, takut miskin, dan mengharapkan kekayaan. Dan janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan, maka kamu baru berkata, ‘Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian’. Padahal harta itu menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (HR Bukhari dan Muslim).

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin menerangkan mengapa bersedekah di waktu sehat diganjar pahala paling besar. Menurutnya, saat seseorang sehat maka dirinya akan pelit terhadap harta yang dimiliki lantaran ia berharap menjadi kaya raya dan takut jatuh miskin. Ia keberatan mengeluarkan sebagian hartanya untuk diberikan kepada orang lain karena mencintai dunia.

Karena itu, sedekah tatkala sehat dianggap ikhlas dan tulus serta membuktikan ketaatannya kepada Allah SWT. Bersikap dermawan dalam kondisi ini juga menunjukkan keinginan mendekatkan diri dan mengharap ridha-Nya.

Sebaliknya, harta menjadi kurang berharga di kala dirinya sakit sehingga mudah baginya untuk bersedekah. Sebab keadaan ini membuatnya putus asa dengan hidup karena merasa ajalnya sudah dekat dan harta yang dimiliki tidak akan dibawa mati.

Hadits Nabi SAW di atas juga menjelaskan bahwa amal bersedekah sebaiknya segera dilaksanakan. Hendaknya sedekah jangan ditunda-tunda hingga ajal hampir menjemput.

Menurut Syaikh Al-Utsaimin, hal itu karena harta bukan lagi milik seseorang jika ia sedekah di saat sakaratul maut. Harta miliknya telah berpindah kepada ahli warisnya alias menjadi harta untuk diwariskan.

Keutamaan sedekah di kala ruh sudah mencapai tenggorokan pun sudah berkurang bila dibandingkan dengan bersedekah dalam keadaan sehat sebagaimana riwayat di atas. Wallahu a’lam.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Doa yang Dibaca Nabi Ibrahim Ketika Dibakar Hidup-hidup



Jakarta

Terdapat sebuah doa yang dibacakan oleh Nabi Ibrahim AS ketika beliau dibakar hidup-hidup seusai menghancurkan berhala-berhala. Kala itu, berhala tersebut dijadikan sembahan oleh masyarakat Babilonia.

Melihat berhala-berhala mereka hancur berantakan, sang raja yang bernama Namrud sangat murka. Ia lantas meminta prajurit membawa Nabi Ibrahim ke pengadilan, seperti dikisahkan dalam buku Kisah Teladan & Menakjubkan 25 Nabi oleh Ariany Syurfah M Hum M Ag.

Sidang tersebut dilakukan secara terbuka dan disaksikan oleh banyak orang. Raja Namrud lalu bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap Tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?”


Nabi Ibrahim menjawab dengan tenang, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Tanyalah kepadanya jika ia dapat berbicara,”

Jawaban Nabi Ibrahim menyinggung Namrud. Ia lalu semakin murka dan berkata, “Bagaimana mungkin kami bertanya kepada berhala itu. Ia tidak dapat berbicara!”

Dengan demikian, Nabi Ibrahim menimpali Namrud dengan jawaban yang membuat semua orang terdiam, “Maka, mengapa kalian menyembah berhala yang bisu dan tidak dapat memberikan sesuatu apa pun?”

Namrud yang murka segera meminta prajuritnya menghukum Nabi Ibrahim dengan cara dibakar. Kemudian, dibakarlah hidup-hidup Nabi Ibrahim.

Terjadi sebuah peristiwa yang luar biasa pada saat itu. Api yang membakar Nabi Ibrahim mendadak jadi dingin, ini menjadi mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada beliau.

Doa yang Dibaca Nabi Ibrahim Ketika Dibakar Hidup-hidup

Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa ada doa yang dilafalkan Nabi Ibrahim saat dilemparkan ke dalam api secara hidup-hidup. Berikut bunyi haditsnya:

“Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, ‘Hasbunallahu wa nikmal wakil’,” (HR Bukhari).

ﺣﺴﺒﻨﺎ اﻟﻠﻪ ﻭﻧﻌﻢ اﻟﻮﻛﻴﻞ

Arab latin: Hasbunallahu wa nikmal wakil

Artinya: “Cukuplah Allah bagi kami, karena Dia sebaik-baiknya penolong,”

Dalam buku Doa Ajaran Rasul tulisan Anis Masykhur, doa tersebut dibaca Nabi Ibrahim karena pasrah dan yakin kepada Allah. Karena, tidak ada lagi yang bisa dimintai pertolongan selain Allah, setelahnya api tersebut mendadak berubah menjadi dingin.

Merangkum arsip detikcom, kisah mengenai pembakaran Nabi Ibrahim secara hidup-hidup ini diabadikan dalam surat Al Anbiya ayat 69.

قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ

Arab latin: Qulnā yā nāru kụnī bardaw wa salāman ‘alā ibrāhīm

Artinya: “Kami (Allah) berfirman, “Wahai api, jadilah dingin dan keselamatan bagi Ibrahim!”

Dalam riwayat lain yang dikutip dari tulisan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin pada Syarah Riyadush Shalihin, kalimat hasbunallah wanikmal wakil ternyata juga pernah dilafalkan oleh Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya saat berhadapan dengan kaum kafir Quraisy hingga memenangkan Perang Uhud.

Ibnu Abbas RA berkata,

“Hasbunallah wanikmal wakil, kalimat ini pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim AS ketika beliau dilemparkan ke dalam api dan juga dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang kafir mengatakan,

‘Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Oleh karena itu, takutlah kalian kepada mereka,’

Akan tetapi, perkataan itu malah menambah keimanan mereka serta mengucapkan hasbunallah wanikmal wakil,” (HR Bukhari).

Doa yang dilafalkan Nabi Ibrahim tersebut juga terdapat dalam potongan surat Ali Imran ayat 173, berikut bunyinya:

ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ

Arab latin: Allażīna qāla lahumun-nāsu innan-nāsa qad jama’ụ lakum fakhsyauhum fa zādahum īmānaw wa qālụ ḥasbunallāhu wa ni’mal-wakīl

Artinya: “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung,”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Wudhu Dapat Menggugurkan Dosa-dosa, Ini Haditsnya


Jakarta

Wudhu adalah salah satu cara bersuci dalam Islam untuk menghilangkan hadats kecil. Selain itu, wudhu juga termasuk syarat sah salat.

Mengutip dari buku Panduan Shalat Rasulullah Bagian 1 susunan Imam Abu Wafa, wudhu berasal dari kata bahasa Arab yaitu wudhu’ah. Arti dari kata tersebut adalah bagus atau bersih.

Secara istilah, wudhu artinya menggunakan air suci ke atas anggota tubuh tertentu seperti yang telah disyariatkan oleh Allah SWT. Singkatnya, wudhu adalah bersuci sebelum salat.


Selain untuk bersuci, ada banyak keutamaan yang terkandung dalam wudhu salah satunya menggugurkan dosa-dosa muslim. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.

Hadits Wudhu Jadi Penggugur Dosa Muslim

Menukil dari Syarah Riyadhus Shalihin susunan Syaikh Muhammad Al-Utsaimin terjemahan Munirul Abidin, berikut bunyi hadits wudhu menjadi penggugur dosa muslim.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Jika orang muslim atau mukmin itu berwudhu, maka ketika ia membasuh mukanya keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua matanya karena melihat sesuatu yang diharamkan, hilangnya bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir.

Jika ia membasuh kedua tangannya keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua tangannya yang tidak benar, hilangnya bersama-sama dengan air itu atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir.

Jika ia membasuh kakinya, karena digunakan berjalan pada jalan yang tidak benar, maka keluarlah setiap dosa yang dilakukan oleh kedua kakinya, hilangnya bersama-sama dengan air atau bersama-sama dengan tetesan air terakhir sehingga ia bersih dari dosa.” (HR Muslim)

Imam An-Nawawi meriwayatkan hadits di atas dari Abu Hurairah RA tentang keutamaan wudhu. Dalam wudhu, Allah SWT memerintahkan untuk membersihkan wajah, badan, kepala, dan dua kaki sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Maidah ayat 6,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berdiri hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku serta usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki.”

Meski pembersihan tersebut bersifat fisik, ada juga makna nonfisik atau maknawi dalam basuhan yang dianjurkan ketika wudhu. Ketika membasuh wajah, maka dosa-dosa yang dilakukan oleh mata akan berguguran. Penyebutan mata di sini hanya pemisalan.

“Jika tidak diartikan demikian, kadang-kadang hidung dan mulut juga bersalah karena kadang manusia berbicara dengan pembicaraan yang haram dan hidung kadang mencium sesuatu yang tidak sepantasnya untuk dicium. Tetapi disebutkan mata sebagai pemisalan karena sebagian besar dosa manusia disebabkan oleh penglihatan,” bunyi syarah dari hadits tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com