Tag Archives: tafsir

Arab, Arti, Kandungan dan Tajwid


Jakarta

Surat Al Maidah adalah surat ke-5 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini menjelaskan berbagai hukum Islam, salah satunya seperti yang disebutkan dalam ayat 32.

Surat Al Maidah ayat 32 berisi hukum pembunuhan yang ditetapkan bagi bani Israil dan seluruh umat manusia. Berikut bacaan Arab, latin, terjemahan lengkap dengan isi kandungan dan hukum tajdwidnya.


Surat Al Maidah Ayat 32: Arab, Latin, dan Terjemahan

مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ ٣٢

Arab latin: Min ajli żālik(a), katabnā ‘alā banī isrā’īla annahū man qatala nafsam bigairi nafsin au fasādin fil-arḍi fa ka’annamā qatalan-nāsa jamī’ā(n), wa man aḥyāhā fa ka’annamā aḥyan-nāsa jamī’ā(n), wa laqad jā’athum rusulunā bil-bayyināt(i), ṡumma inna kaṡīram minhum ba’da żālika fil-arḍi lamusrifūn(a).

Artinya: “Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.”

Isi Kandungan Surat Al Maidah Ayat 32

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, surat Al Maidah ayat 32 berisi tentang ketentuan bahwa membunuh seorang manusia berarti membunuh semua manusia, seperti halnya memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara semua kehidupan manusia.

Lebih lanjut ditafsirkan, surat Al Maidah ayat 32 menunjukkan keharusan adanya kesatuan umat dan kewajiban mereka untuk saling menjaga keselamatan hidup dan menjauhi hal-hal yang membahayakan orang lain.

Lewat ayat ini, Allah SWT menggambarkan kondisi kehidupan masa lalu dari orang-orang bani Israil yang tetap melampaui batas meski telah banyak rasul membawa keterangan yang jelas. Hingga akhirnya mereka kehilangan kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan mereka.

Hukum Tajwid Surat Al Maidah Ayat 32

Surat Al Maidah ayat 32Surat Al Maidah ayat 32 Foto: Tangkapan Layar Al-Qur’an Digital detikHikmah

1. Qalqalah

Bertemunya huruf qalqalah yang berharakat sukun atau diwakafkan. Hukum qalqalah ada lima yaitu ba (ب), jim (ج), dal (د), tha (ط), dan qaf (ق).

Bacaan qalqalah dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna ungu.

Cara baca: Dibaca dengan memantulkan suara.

2. Ikhfa, Ikhfa Syafawi, Madd Jaiz Munfasil, Madd Silah Tawilah

Bertemunya nun sukun (نْ) atau tanwin (ـًـــٍـــٌ) dengan salah satu huruf ikhfa.

Bacaan ikhfa, ikhfa syafawi, madd jaiz munfasil, madd silah tawilah dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna hijau.

Cara baca: Tahan suara 2 harakat (ikhfa, ikhfa syafawi) dan panjangkan suara 4/5 harakat (madd jaiz munfasil, madd silah tawilah).

3. Iqlab

Bertemunya nun mati (نْ) atau tanwin (ـًـ, ـٍـ, ـٌـ) dengan huruf ba (ب) sehingga bunyi nun atau tanwin diganti menjadi mim (مْ).

Bacaan iqlab dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna biru (yang pertama)

Cara baca: Tahan suara 2 harakat.

4. Madd Wajib Muttasil

Bertemunya huruf mad (ا, و, atau ي) bertemu dengan huruf hamzah (ء) dalam satu kata.

Bacaan mad wajib muttasil dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna biru (yang kedua).

Cara baca: Panjangkan suara 4/5 harakat.

5. Idgam Bilagunnah, Idgam Mutaqaribain, Idgam Mutajanisain, Idgam Mutamasilain

Bertemunya (نْ) atau tanwin (ــًــ, ـٍــ, ـٌــ) dengan salah satu huruf idgam.

Bacaan idgam bilagunnah, idgam mutaqaribain, idgam mutajanisain, idgam mutamasilain dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna merah.

Cara baca: Dibaca lebur tanpa tahan suara.

6. Idgam Bigunnah, Idgam Mimi, Gunnah, Madd Lazim, Madd Farq

Bertemunya (نْ) atau tanwin (ــًــ, ـٍــ, ـٌــ) dengan salah satu huruf idgam.

Bacaan idgam bigunnah, idgam mimi, gunnah, madd lazim, madd farq dalam surat Al Maidah ayat 32 di atas ditandai dengan warna pink.

Cara baca: Tahan suara 2 harakat (idgam bigunnah, idgam mimi, gunnah) dan panjangkan suara 6 harakat (madd lazim, madd farq).

Bacaan dan info tajwid surat Al Maidah ayat 32 juga bisa dilihat di sini.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Surat Al Maidah Ayat 48 Lengkap Tafsir dan Asbabun Nuzulnya


Jakarta

Surat Al Maidah ayat 48 berisi tentang Al-Qur’an. Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi pedoman hidup.

Perintah membaca Al-Qur’an tertuang dalam sejumlah dalil, salah satunya hadits Rasulullah SAW yang berasal dari Nu’man bin Basyir. Beliau bersabda,

“Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR Baihaqi)


Menukil dari buku Pengantar Studi Al-Qur’an oleh Abdul Hamid, Al-Qur’an diturunkan sebagai undang-undang bagi umat Islam. Selain itu, kitab suci ini juga dijadikan petunjuk sekaligus tanda kebesaran rasul dan penjelasan atas kenabian serta kerasulannya.

Selengkapnya mengenai kitab suci Al-Qur’an diterangkan dalam surat Al Maidah ayat 48.

Bacaan Surat Al Maidah Ayat 48

وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَهُمْ عَمَّا جَاۤءَكَ مِنَ الْحَقِّۗ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَجَعَلَكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْ فِيْ مَآ اٰتٰىكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَۙ – 48

Wa anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi muṣaddiqal limā baina yadaihi minal-kitābi wa muhaiminan ‘alaihi faḥkum bainahum bimā anzalallāhu wa lā tattabi’ ahwā’ahum ‘ammā jā’aka minal-ḥaqq(i), likullin ja’alnā minkum syir’ataw wa minhājā(n), wa lau syā’allāhu laja’alakum ummataw wāḥidataw wa lākil liyabluwakum fī mā ātākum fastabiqul-khairāt(i), ilallāhi marji’ukum jamī’an fa yunabbi’ukum bimā kuntum fīhi takhtalifūn(a).

Artinya: “Kami telah menurunkan kitab suci (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan (membawa) kebenaran sebagai pembenar kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan sebagai penjaganya (acuan kebenaran terhadapnya). Maka, putuskanlah (perkara) mereka menurut aturan yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu mereka dengan (meninggalkan) kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Seandainya Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Allah hendak mengujimu tentang karunia yang telah Dia anugerahkan kepadamu. Maka, berlomba-lombalah dalam berbuat kebaikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang selama ini kamu perselisihkan.”

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 48

Menurut Tafsir Kemenag RI terkait surat Al Maidah ayat 48 dijelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjamin syariat murni sebelumnya. Al-Qur’an adalah Kitab Samawi terakhir yang berisi kebenaran. Kitab ini mencakup dan membenarkan kitab-kitab sebelumnya yang turun lebih dulu.

Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an memiliki syariat tersendiri yang harus dipatuhi setiap kaumnya. Meski demikian, akidah yang dibawa masing-masing kitab berisi kesamaan yang tak lain menyembah Allah SWT.

Selain itu, diterangkan pula dalam surat Al Maidah ayat 48 bahwa Allah SWT menurunkan Al-Qur’an sebagai syariat terakhir kepada Nabi Muhammad SAW yang memimpin umat terakhir pula. Hendaknya, Al-Qur’an dijadikan sumber sekaligus landasan hukum dalam memutuskan segala perkara yang berkaitan dengan kehidupan umat terakhir atau umat yang hidup di zaman sekarang.

Manusia pada era kini seharusnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan landasan hukum karena isinya sesuai dengan keadaan umat dan zaman saat ini. Allah SWT memberikan syariat atau aturan khusus yang berbeda kepada tiap umatnya, menyesuaikan dengan zaman berlangsungnya hidup mereka.

Asbabun Nuzul Surat Al Maidah Ayat 48

Asbabun nuzul atau sebab diturunkannya surat Al Maidah ayat 48 dikarenakan adanya penyelewengan oleh ajaran-ajaran terdahulu sebagaimana dijelaskan dalam Journal of Islamic Law and Studies, Vol. 1, No. 1, Juni 2017 yang bertajuk Konsep Taat Kepada Pemimpin (Ulil Amri) di Dalam Surah An-Nisa: 59, Al-Anfal:46 Dan Al-Maidah: 48-49 (Analisis Tafsir Tafsir Al-Qurthubi, Al-Misbah, Dan Ibnu Katsir) susunan Sulaiman Kurdi dkk.

Kala itu, mereka menghilangkan bahkan mengganti ajaran yang benar sesuai dengan kepentingan mereka. Karenanya, Allah SWT menurunkan surat Al Maidah ayat 48.

Sementara itu, diterangkan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti oleh Restu Abdiyantoro dkk bahwa Ibnu Abbas RA menjelaskan turunnya ayat tersebut berkenaan dengan peristiwa ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah SAW atas persoalan yang sedang dihadapi.

Mulanya, Nabi Muhammad SAW diberi dua pilihan yaitu memutuskan persoalan mereka atau mencari solusi di dalam kitab masing-masing. Tetapi, Allah SWT menurunkan surat Al Maidah ayat 48 sebagai petunjuk bagi Rasulullah SAW atas pertanyaan ahli kitab tersebut.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Nomor Ayat Surat Al-Hujurat tentang Keragaman Manusia


Jakarta

Salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan keberagaman antar manusia terdapat dalam surat Al-Hujurat. Ayat ini mengajarkan bahwa keragaman suku, bangsa, dan asal-usul merupakan bagian dari kehendak Allah agar manusia saling mengenal, bukan saling merendahkan.

Nomor ayat dari surat Al-Hujurat yang berisi tentang keragaman manusia adalah ayat ke-13. Dalam ayat ini ditegaskan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak ditentukan oleh keturunan atau status sosial, melainkan oleh tingkat ketakwaannya.

Bacaan Surat Al-Hujurat Ayat 13 tentang Keragaman Manusia

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ayat Al-Quran yang membahas tentang keragaman manusia yang bersuku-suku tertulis dalam surat Al-Hujuran ayat 13. Berikut ini adalah bacaan surat Al-Hujurat ayat 13.


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ – 13

Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ūbaw wa qabā’ila lita’ārafū, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr(un).

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”

Makna Ayat tentang Keragaman Manusia

Dikutip dari Tafsir Tahlili dalam laman Kementerian Agama RI, surat Al-Hujurat ayat 13 memuat ajaran etika dalam menghadapi perbedaan suku, bangsa, hingga warna kulit antar manusia.

Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan yang ada merupakan kehendak Allah agar manusia saling mengenal dan bekerja sama, bukan untuk saling merendahkan.

Allah SWT menciptakan umat manusia dalam keberagaman, baik dari segi keturunan, status sosial, hingga kekayaan dengan tujuan agar tercipta hubungan yang saling mengenal dan menghormati. Namun, dalam kenyataannya, banyak yang justru merasa lebih unggul dari kelompok lain.

Dalam pandangan Allah, ukuran kemuliaan seseorang bukan berdasarkan latar belakang duniawi, melainkan ketakwaannya. Orang yang paling mulia menurut Allah SWT adalah yang paling bertakwa di antara mereka.

Hal ini ditegaskan pula dalam hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Ibnu Umar. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan, yaitu mereka yang bertakwa dan berbuat baik yang mulia di sisi Allah, serta mereka yang durhaka dan celaka yang hina di sisi-Nya.

Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat ayat 13

Masih mengutip dari Tafsir Tahlili Kemenag, terdapat sebuah peristiwa yang menjadi latar belakang turunnya surat Al-Hujurat ayat 13, yakni kisah sahabat Nabi bernama Abu Hindin.

Ia dikenal sebagai seorang hamba sahaya yang sangat menghormati Rasulullah SAW. Suatu ketika, Rasulullah menyarankan kepada bani Bayadah agar menikahkan salah satu perempuan dari suku mereka dengan Abu Hindin.

Namun sebagian dari mereka menolak dan merendahkan dengan berkata, “Apakah pantas kami menikahkan putri-putri kami dengan seorang budak?”

Sebagai respons atas sikap meremehkan tersebut, Allah SWT menurunkan ayat ini untuk mengingatkan bahwa manusia tidak sepatutnya merendahkan orang lain hanya karena status sosial atau kedudukan.

Selain itu, riwayat lain menyebutkan bahwa ayat ini juga berkaitan dengan peristiwa Fathul Makkah pada tahun ke-8 Hijriah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW memerintahkan Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan di atas Ka’bah sebagai seruan salat. Namun, beberapa orang mencibir karena latar belakang Bilal sebagai mantan budak dan warna kulitnya yang hitam.

Salah satu dari mereka bahkan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mewafatkan ayahku sehingga tidak perlu menyaksikan hari ini,” dan yang lain mengejek, “Muhammad tidak menemukan selain burung gagak hitam ini untuk mengumandangkan azan.”

Atas hinaan tersebut, Malaikat Jibril segera menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan kemudian turunlah ayat ini sebagai teguran keras agar manusia tidak bersikap sombong atau menghina orang lain hanya karena faktor keturunan, jabatan, atau harta benda.

Wallahu a’lam

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Tafsir Ali Imran 190-191 tentang Kebesaran Allah


Jakarta

Surat Ali Imran ayat 190-191 membahas tentang kebesaran Allah SWT dalam penciptaan langit dan bumi. Selain itu, kedua ayat ini turut menjelaskan tentang pentingnya memiliki akal bagi manusia.

Ali Imran sendiri merupakan surat ketiga dalam mushaf Al-Qur’an. Surat Ali Imran diturunkan pada 9 Hijriyah di Madinah sehingga termasuk golongan surat Madaniyyah. Di dalamnya, surat Ali Imran memuat kisah tentang Keluarga Imran yaitu ayah dari Maryam.


Bacaan Surat Ali Imran Ayat 190-191: Arab, Latin dan Arti

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

Inna fii khalqis-samaawaati wal-ardi wakhtilaafil-laili wan-nahaari la’aayaatil li’ulil-albaab.

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS Ali Imran: 190)

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Al-lażīna yażkurūnallāha qiyāmaw wa qu’ūdaw wa ‘alā junūbihim wa yatafakkarūna fi khalqis-samāwāti wal-arḍ(i), rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā(n), subḥānaka fa qinā ‘ażāban-nār(i).

Artinya:”(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran: 191)

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 190-191

Menurut Tafsir Kemenag RI, surat Ali Imran ayat 190-191 membahas tentang penciptaan langit dan bumi sebagai tanda kebesaran Allah SWT. Hanya orang-orang yang berakal yang dapat memahami ini.

Melalui surat Ali Imran ayat 190-191 dijelaskan bahwa orang-orang berakal atau disebut ulul albab adalah orang-orang yang memikirkan ciptaan Allah SWT, merenungkannya, dan mengambil manfaat dari ayat-ayatNya. Orang-orang berakal ini berzikir kepada Allah menggunakan lisan, hati, dan anggota tubuh sambil menjalankan aktivitas sehari-hari.

Menukil dari buku Makna Hati, Pendekatan Tafsir Sufi yang disusun Khoirul Anwar, ulul albab dalam surat Ali Imran ayat 190-191 adalah mereka yang melakukan tadzakkur dan tafakkur. Mereka senantiasa mengingat Allah dan memikirkan ciptaan Sang Khalik.

Orang yang tadzakkur dan tafakkur maka sampai kepada hikmah mengetahui dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu di dalamnya menunjukkan keberadaan Allah SWT. Karenanya, mereka tidak akan melupakan Sang Khalik di mana pun dan kapan pun meski sibuk.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, surat Ali Imran ayat 190-191 bertujuan menyadarkan manusia tentang kekuasaan Allah SWT sekaligus mengajak mereka mempertebal keimanan sebagai seorang hamba.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sedekah yang Paling Besar Pahalanya, Apa Itu?


Jakarta

Sedekah adalah amalan yang paling mudah dilakukan dan mengandung banyak keutamaan. Anjuran bersedekah disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 274,

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٢٧٤

Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.”


Dijelaskan dalam buku 100 Kesalahan dalam Sedekah susunan Reza Pahlevi Dalimuthe Lc M Ag, sedekah artinya apa yang dikeluarkan seseorang dari hartanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sedekah tidak hanya selalu berkaitan dengan harta, namun juga hal-hal lainnya.

Hukum bersedekah sangat dianjurkan atau sunnah muakkad. Keutamaan sedekah sendiri sangat banyak.

Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, sedekah bahkan dapat menjauhkan dari api neraka.

“Dari Adi bin Hatim mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Jagalah diri kalian dari api neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma.” Kemudian beliau berpaling dan menyingkir, kemudian beliau bersabda lagi: “Jagalah diri kalian dari neraka”, kemudian beliau berpaling dan menyingkir (tiga kali) hingga kami beranggapan bahwa beliau melihat neraka itu sendiri, selanjutnya beliau bersabda: “Jagalah diri kalian dari neraka sekalipun hanya dengan sebiji kurma, kalaulah tidak bisa, lakukanlah dengan ucapan yang baik.”

Lantas, sedekah apa yang paling besar pahalanya?

Sedekah yang Paling Besar Pahalanya

Terkait sedekah yang paling besar pahalanya pernah dibahas dalam sebuah hadits yang bersumber dari riwayat Abu Hurairah RA melalui kitab Zakat. Seorang lelaki mendatangi Nabi Muhammad seraya bertanya,

“Ya Rasulullah, sedekah mana yang paling besar pahalanya?”

Beliau bersabda, “Yaitu jika engkau bersedekah, engkau itu masih sehat dan sebenarnya engkau kikir. Kau takut menjadi fakir dan engkau sangat berharap menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata, ‘Yang ini untuk fulan dan yang ini untuk fulan’, padahal yang demikian itu memang untuk fulan.” (HR Muttafaq’alaih).

Menurut Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 oleh Imam Nawawi, hadits tersebut ditafsirkan bahwa ketika seorang muslim bersedekah dalam keadaan sehat, maka pahala yang didapatkannya begitu besar. Menurutnya, sifat kikir dalam diri seseorang paling terlihat ketika mereka dalam keadaan sehat.

Imam Nawawi menjelaskan, ketika seorang muslim bersikap dermawan dan bersedekah dalam keadaan sehat maka itu membuktikan keikhlasan hatinya dan cinta yang besar pada Allah SWT. Tentu berbeda dengan kondisi orang yang tengah sakit atau berada di penghujung ajal.

Kondisi tersebut, lanjut Imam Nawawi, membuat seorang muslim melihat harta bukan lagi miliknya. Sebab, kondisi mereka sudah putus asa dengan hidup.

Hadits di atas menunjukkan bahwa muslim dianjurkan untuk bersedekah dalam keadaan sehat, kaya, dan kikir agar mendapat pahala yang besar sebagaimana dikatakan oleh Asy Syarqawi. Dalam keterangannya yang diterjemahkan oleh Syaikh Muhammad Musthafa Imarah melalui Jawahir Al-Bukhari, dikatakan bahwa keadan tersebut menunjukkan kebenaran tujuan dari bersedekah dan kuatnya keinginan untuk mendekatkan diri kepada-nya.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Pengertian, Syarat, Jenis dan Ketentuan Menghitungnya


Jakarta

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang mampu dan merupakan rukun Islam ketiga. Dengan menunaikannya, umat Islam dapat saling membantu dan meringankan beban mereka yang membutuhkan.

Zakat mal adalah salah satu jenis zakat yang wajib dikeluarkan oleh umat Islam yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Untuk lebih memahami terkait zakat mal, simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Pengertian Zakat Mal

Amalan zakat wajib dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Mengutip buku Fikih Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII susunan H. Ahmad Ahyar dan Ahmad Najibullah, zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan dari harta seseorang jika telah mencapai batas tertentu (nisab) sesuai aturan Islam.


Berbeda dengan zakat fitrah yang wajib dibayarkan setiap Idulfitri, zakat mal bergantung pada jumlah dan jenis harta yang dimiliki. Jika harta tersebut memenuhi syarat, maka wajib dizakati.

Zakat mal hukumnya wajib, sebagaimana kewajiban salat, puasa, dan haji. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam firman Allah SWT surah At-Taubah ayat 103.

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Arab latin: Khuż min amwālihim ṣadaqatan tuṭahhiruhum wa tuzakkīhim bihā wa ṣalli ‘alaihim, inna ṣalātaka sakanul lahum, wallāhu samī’un ‘alīm(un).

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka (guna) mensucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ayat tersebut menegaskan pentingnya zakat sebagai bentuk kepedulian sosial dan pembersihan harta. Selain itu, perintah zakat juga disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 277.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ لَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ,

Arab latin: Innal-lażīna āmanū wa ‘amiluṣ-ṣāliḥāti wa aqāmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāta lahum ajruhum ‘inda rabbihim, wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, beramal saleh, menegakkan salat, dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.

Dari Tafsir Tahlili yang dilansir dari laman resmi Kemenag, surah Al-Baqarah ayat 277 menegaskan bahwa orang yang beriman, beramal saleh, mendirikan salat, dan menunaikan zakat tidak akan mengalami ketakutan atau kesedihan.

Zakat disebut sebagai salah satu sifat utama yang menyucikan harta dan jiwa, sekaligus menjadi obat bagi mereka yang terjerat dalam praktik riba.

Dengan menunaikan zakat, seorang muslim tidak hanya memenuhi kewajiban sosial, tetapi juga memperoleh ketenangan batin yang tidak dimiliki oleh para pemakan riba, yang jiwanya dipenuhi kegelisahan dan kecemasan.

Jenis Harta yang Wajib Dizakati

Masih dari sumber sebelumnya, berikut ini beberapa jenis harta yang dikenai kewajiban zakat mal.

1. Emas dan Perak

Zakat wajib dikeluarkan atas emas dan perak apabila telah mencapai nisab serta melewati haulnya. Perintah Allah SWT terkait kewajiban ini tercantum dalam surah At-Taubah ayat 34.

“Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak serta tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka sampaikanlah kepada mereka kabar tentang azab yang pedih.”

2. Harta Perniagaan

Harta perniagaan dikenakan zakat apabila telah memenuhi syarat yang ditetapkan dalam syariat. Kewajiban ini didasarkan pada hadis Nabi SAW berikut:

“Dari Samurah bin Jundub, ia berkata, ‘Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk menunaikan zakat dari barang yang diperjualbelikan.” (HR Abu Dawud)

3. Hasil Pertanian dan Perkebunan

Hasil pertanian atau perkebunan wajib dikeluarkan zakatnya setiap kali panen apabila telah mencapai nisab. Perintah untuk menunaikan zakat hasil pertanian atau perkebunan tercantum dalam firman Allah SWT dalam surah Al-An’am ayat 141.

“..dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

4. Peternakan dan Perikanan

Hewan ternak wajib dikeluarkan zakatnya jika sudah memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Islam. Hewan yang wajib dizakati antara lain:

– Unta
– Sapi dan kerbau
– Kambing

Selain itu, hasil perikanan seperti udang dan lele, serta ternak unggas juga wajib dizakati.

5. Barang Temuan

Barang temuan (rikaz) adalah harta yang ditemukan, seperti harta karun atau peninggalan berharga. Harta ini wajib dizakati tanpa harus menunggu waktu tertentu (haul) atau mencapai jumlah minimal (nisab). Rasulullah SAW bersabda:

“Dan di dalam rikaz (barang temuan) ada haknya seperlima.” (HR Malik)

Syarat Zakat Mal

Berikut adalah syarat zakat mal menurut Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014.

  1. Harta yang wajib dizakati harus sesuai dengan aturan dalam syariat Islam.
  2. Syarat harta yang harus dizakati, antara lain:
    – Milik sepenuhnya (bukan pinjaman)
    – Halal (diperoleh dengan cara yang sah)
    – Cukup nisab (jumlah minimal yang wajib dizakati)
    – Sudah mencapai haul (masa kepemilikan satu tahun)
  3. Syarat haul tidak berlaku untuk zakat pada hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pendapatan, jasa, dan zakat rikaz.

Ketentuan Menghitung Zakat Mal

Untuk menghitung zakat mal, dapat menggunakan rumus 2,5% dikalikan dengan jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki emas sebanyak 200 gram, maka zakat mal yang harus dibayar adalah:

Zakat mal = emas x nisab
Zakat mal = 200 g x 2,5% = 5 g

Dengan demikian, zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 5 gram emas, atau dapat disetarakan dengan uang sesuai harga emas per gram. Zakat mal dapat dikeluarkan kapan saja selama memenuhi syarat yang berlaku.

Selain itu, disarankan agar zakat mal dibayarkan melalui lembaga amil zakat resmi, untuk memastikan penyaluran zakat tepat sasaran dan hanya digunakan oleh orang-orang yang berhak menerimanya.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Amanah



Jakarta

Amanah mengandung makna bahwa sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain karena yakin dan percaya, bahwa di tangannya sesuatu yang diserahkan itu akan aman dan terpelihara dengan baik. Kepercayaan ini dapat berupa hal yang tidak terlihat, seperti jabatan ataupun benda yang terlihat, seperti misalnya harta. Menurut pakar tafsir Al-Razi, amanah terbagi menjadi tiga bentuk yakni amanah dengan Tuhan, amanah dengan sesama manusia, dan amanah dengan diri sendiri.

Pada hari Senin tanggal 21 Oktober 2024, di negeri tercinta ini para pembantu Presiden ( Menteri, Wakil Menteri dan Pejabat setingkat Menteri ) mulai bekerja. Mereka ini telah memperoleh amanah untuk memimpin Kementerian dari Presiden. Inilah yang disebut Al-Razi sebagai amanah sesama manusia. Memegang amanah seperti memimpin Kementerian selalu melekat adanya tanggung jawab dan kekuasaan. Melaksanakan tujuan dari Kementerian akan efektif jika kekuasaan di jalankan dengan rasa keadilan dan tentu pelaksanaan tersebut harus dipertanggungjawabkan.

Jadi, ingatlah selalu bagi yang menerima amanah bukan disikapi dengan bersenang-senang berkumpul dengan keluarga dan lain sebagainya, maka bersikaplah sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 156 yang terjemahannya, “yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).”


Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW. agar memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapat kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila mereka ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un ) (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Dengan begitu para penerima amanah akan selalu memgingat-Nya dan menunaikan tugasnya dengan bimbingan Allah SWT.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin Kementerian hendaknya selalu mengingat bahwa, kepemimpinan yang engkau jalankan merupakan / adalah keteladananmu. Kisah Umar bin Khathab mengirim surat kepada Abu Musa al-Asy’ari, tentang berbagai persoalan yang menyangkut kepemimpinan. Inilah isi suratnya :

Sesungguhnya, manusia itu punya hak untuk berpaling dari penguasa mereka. Maka, aku mohon perlindungan kepada Allah dari yang demikian itu.

Hindarilah sikap membabi buta dan dengki, mengikuti hawa nafsu dan sikap lebih mengutamakan dunia. Dan tegakkanlah hukum itu, walaupun hanya sesaat pada siang hari.

Apabila menghadapi dua perkara, yang satu untuk Allah dan yang satunya lagi untuk dunia, maka utamakanlah bagianmu untuk akhirat daripada bagianmu untuk dunia. Sebab, dunia itu akan lenyap, sedangkan pahala akhirat adalah kekal selamanya. Takutlah engkau kepada Allah SWT. dan takut-takutilah orang-orang fasik. Jadikanlah tangan dan kaki mereka terbelenggu, agar tidak dapat mengadakan kegiatan kefasikan.

Abadikanlah nikmat dengan bersyukur, abadikanlah ketaatan dengan berlemah lembut, abadikanlah kekuasaan dan kemenangan dengan bersikap tawadu’ serta cinta kepada sesama manusia.

Tengoklah orang-orang muslim yang sakit, dan antarkan jenazahnya sampai ke kuburnya. Bukalah pintumu untuk mereka, dan urusi sendiri perkara mereka, karena engkau termasuk salah seorang dari mereka. Hanya saja Allah SWT. menjadikanmu orang paling berat tanggungannya.

Ketahuilah, bahwa seorang pemimpin itu akan kembali kepada Allah SWT. Maka apabila pemimpin itu menyeleweng rakyatpun pasti menyeleweng. Sesungguhnya, orang yang paling celaka ialah orang yang menjadi sebab sengsaranya rakyat.

Inti dari pesan seorang Amirul Mukminin tersebut meliputi :

1. Tidak mengikuti hawa nafsu.
2. Menegakkan hukum.
3. Mengutamakan bagian untuk akhirat.
4. Bersyukur dan tawadu.’
5. Menengok orang yang sakit dan mengantarkan jenazah sampai ke kuburnya.
6. Memberikan keteladanan.

Penulis berpesan sebagai seorang pemimpin hendaklah memegang teguh tentang :

1. Sabar. Seorang pemimpin yang mempunyai sikap sabar, tentu segala urusan akan diseleseikan dengan baik. Hal ini sesuai dengan perintah-Nya dalam surah an-Nahl ayat 127 yang terjemahannya, “Bersabarlah. Kesabaranmu itu tak lain adalah berkat pertolongan Allah.”
2. Syukur. Seorang pemimpin yang bersyukur, maka ia tidak berpanjang angan-angan. Hal ini dapat menjadikan sia-sia. Dalam surah Ibrahim ayat 17, intinya adalah perintah bersyukur dan janganlah mengingkari nikmat dari-Nya.
3. Tawakal. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah adalah menyerahkan seluruh perkara kepada Allah, bersandar pada kekuasaan-Nya dalam mengatur siklus alam semesta, mendahulukan perbuatan-Nya ketimbang perbuatan kita, dan mengitamakan kehendak-Nya diatas keinginan kita.

Ketiga faktor inilah yang menjadikan seorang pemimpin berjiwa besar. Semoga Allah SWT. selalu membimbing dan memberikan cahaya-Nya agar para pembantu Presiden dapat menjalankan amanah dengan efektif.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa sebelum Belajar di Sekolah Arab, Latin, dan Artinya


Jakarta

Ketika guru sudah mengucapkan salam pembuka, biasanya akan mengarahkan muridnya untuk bersama-sama membaca doa sebelum belajar di sekolah. Doa ini diamalkan agar murid mudah mencerna memahami pelajaran dan kegiatan menuntut ilmunya menjadi berkah.

Berikut daftar doa sebelum belajar yang bisa dipanjatkan bersama-sama siswa dan guru yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Kumpulan Doa sebelum Belajar dalam Islam

  • Doa sebelum Belajar Versi 1

Mengutip buku Doa Harian Pilihan untuk Anak karya Muhammad Rayhan, inilah doa pendek sebelum belajar.


رَبِّي زِدْنِي عِلْمًا وَارْزُقْنِي فَحْمًا.

Arab-latin: Robbii zidnii ‘ilman warzuqnii fahman

Artinya: “Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu dan berilah aku kepahaman.”

  • Doa sebelum Belajar Versi 2

Bersumber dari buku Doa Anak Muslim Sehari-hari karya Tim Duta, bacalah doa ini sebelum memulai pembelajaran di kelas.

رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِي فَهُمَا وَاجْعَلْنِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Arab-latin: Rabbii zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-shaalihiin

Artinya: “Ya Allah tambahkanlah aku ilmu, dan berilah aku karunia untuk dapat memahaminya, dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang- orang yang saleh.”

  • Doa sebelum Belajar Versi 3

Dilansir dari buku Al-Ma’tsurat dan Doa-doa Pilihan karya Tim Kreatif Qultum Media, inilah doa sebelum belajar yang lebih panjang dari doa-doa sebelumnya.

اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلَّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

Arab-latin: Allaahumman fa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’unii wa zidnii ‘ilmaa, alhamdulillahi ‘ala kulli haal, wa a’uudzu billahi min haali ahlin naar

Artinya: “Ya Allah, berilah kemanfaatan, pada ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah kepadaku akan ilmu yang dapat memberikan manfaat kepadaku, dan berikanlah tambahan ilmu pada diriku. Segala puji bagi Allah atas segala sesuatu, dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan penghuni neraka.”

  • Doa Dilindungi dari Ilmu Tidak Bermanfaat

Mengutip buku Hafalan Doa Pendek Sehari-hari karya Ibnu Muslih Djuremi, ada 2 doa yang baik dibacakan sebelum mulai belajar.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَقَلْبٍ لا يَخْشَعُ وَدُعَاءِ لَا يُسْمَعُ.

Arab-latin: Allaahumma innii a’uudzubika min ‘ilmil laa yanfa’, wa qalbil laa yakhsya’, wa du’aa-il laa yusma’

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, dan doa yang tidak didengar.”

اللَّهُمَّ زِدْنِي عِلْمًا وَلاَ تُزِغْ قَلْبِيْ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنِي وَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.

Arab-latin: Allaahumma zidnii ‘ilmaa, wa laa tuzigh qalbii ba’da idzhadaitanii, wahablii mil ladunka rahmah, innaka antal wahhaab

Artinya: “Ya Allah, berilah aku tambahan ilmu dan janganlah Engkau menggeser hatiku setelah Engkau memberi petunjuk kepadaku, dan berilah aku rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau Maha Pemberi.”

Doa setelah Belajar di Sekolah

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ مَا عَلَّمْتَنِيْهِ فَرْدُدْهُ إِلَيَّ عِنْدَ حَاجَتِي إِلَيْهِ وَلَا تَنْسَنِيْهِ يَارَبَّ الْعَالَمِينَ.

Arab-latin: Alloohumma innii astaudi’uka maa ‘allamtaniihi fardud-hu ilayya ‘inda haajatii ilaihi wa laa tansaniihi yaa robbal’aalamiin

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku titipkan kepada-Mu atas ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, maka kembalikanlah kepadaku ketika aku membutuhkannya. Dan janganlah Engkau lupakan ilmu itu kepadaku, wahai Tuhan semesta alam.”

Adab-adab dalam Berdoa

Mengutip buku Doa Penangkal Kejahatan karya M. Syukron Maksum, sebelum berdoa sebaiknya perhatikan adab-adabnya terlebih dahulu. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan.

1. Keadaan yang Mulia

Doa sebaiknya diamalkan dalam keadaan yang mulia. Beberapa di antaranya seperti, ketika sujud saat salat, waktu hujan turun, sebelum dan sesudah menunaikan salat, lalu saat jiwa sedang tenang dan bersih dari gangguan setan seperti waktu belajar.

2. Merendahkan Suara, Khusyuk dan Tadharru

Berdoa dengan rendah hati ini dijelaskan dalam surah Al-A’raf ayat 55:

اُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَّخُفْيَةً ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَۚ ٥٥

Artinya: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

3. Memuji dan Memohon Ampun kepada Allah SWT

Adab selanjutnya adalah memuji dan memohonkan ampun kepada Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam surah An Nasr ayat 3:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا ࣖ ٣

Artinya: “Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”

Menurut arsip detikHikmah, tafsir ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT menerima tobat hamba-Nya yang bertasbih memujinya dan beristigfar, dan sebelum berdoa. Sebab hakikatnya hanya Allah SWT yang akan memberikan kemudahan dan kesuksesan kepada hamba-hambanya.

Demikianlah contoh doa sebelum belajar di sekolah yang bisa dibaca oleh siswa. Semoga menuntut ilmu menjadi bekal pahala menuju surga.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Sulaiman untuk Mendapatkan Uang dan Kekayaan


Jakarta

Ada doa Nabi Sulaiman AS yang diamalkan untuk memohon kekayaan seperti uang kepada Allah SWT. Muslim bisa turut mengamalkannya setiap hari seusai salat fardhu.

Nabi Sulaiman AS adalah salah satu nabi yang dianugerahi kekuasaan dan kekayaan. Ditambah lagi sejumlah mukjizat yang tidak banyak dimiliki oleh nabi lainnya seperti, berbicara dengan hewan hingga memimpin pasukan jin dan burung hud-hud yang diceritakan dalam surah An-Naml ayat 17,

وَحُشِرَ لِسُلَيْمَٰنَ جُنُودُهُۥ مِنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ وَٱلطَّيْرِ فَهُمْ يُوزَعُونَ


Artinya: “Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).”

Dilansir dari buku Doa dalam Al-Quran dan Sunnah karangan Quraish Shihab, doa yang dipanjatkan Nabi Sulaiman AS berkenaan dengan kekayaan dan kekuasaan bukanlah doa yang terlarang dipanjatkan. Doa ini dibolehkan selama dengan tujuan mengabdi kepada Allah SWT dan masyarakat.

Doa Nabi Sulaiman untuk Kekayaan Arab-Latin

Nabi Sulaiman AS pernah memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk diturunkan mukjizat dan harta kekayaan yang melimpah tersebut. Doa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an yakni surah Sad ayat 35.

Menurut Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa dalam buku Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa, doa ini dapat diamalkan tiap hari setelah salat fardhu. Berikut bacaannya.

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ …

.. rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li’aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb(u).

Artinya: “… Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak patut (dimiliki) oleh seorang pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Dikutip dari buku Ensiklopedi Doa oleh Hamid Ahmad Ath-Thahir, muslim bisa mencontoh doa yang diamalkan Nabi Sulaiman AS dalam doa sehari-hari. Pada doanya, Nabi Sulaiman AS bertawasul kepada Allah SWT dengan menggunakan nama-nama-Nya yang indah.

Tidak lupa, Nabi Sulaiman AS turut mengamalkan doa agar selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT berupa ilmu, kekayaan, dan kekuasaan. Doa ini termaktub dalam surah An Naml ayat 19 berikut bacaan doanya:

رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ …

… rabbi auzi’nī an asykura ni’matakal-latī an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī ‘ibādikaṣ-ṣāliḥīn(a).

Artinya: … “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Kisah di Balik Doa Nabi Sulaiman untuk Kekayaan

Dikisahkan, kekuasaan dan kekayaan yang dimiliki sempat membuat Nabi Sulaiman AS lalai. Kisah tersebut kemudian terabadikan dalam surah Sad ayat 31-35.

Ditafsirkan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Lubab Jilid 3, Nabi Sulaiman AS terpesona kuda-kuda yang dimilikinya hingga lalai untuk berzikir di waktu Ashar. Nabi Sulaiman AS lalu diberikan ujian oleh Allah SWT berupa sakit keras yang menghilangkan kekuatannya.

Allah SWT berfirman dalam surah Sad ayat 34 yang berbunyi,

وَلَقَدْ فَتَنَّا سُلَيْمَانَ وَأَلْقَيْنَا عَلَىٰ كُرْسِيِّهِ جَسَدًا ثُمَّ أَنَابَ

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah menguji Sulaiman dan Kami menggeletakkan(-nya) di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian dia bertobat.”

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com