Tag Archives: tafsir al-qur

Surat Alam Nasroh Al-Insyirah, Tulisan Lengkap dan Isi Kandungannya


Jakarta

Surat Al-Insyirah dikenal juga dengan nama “Alam Nasyroh”, adalah surat ke-94 dalam Al-Qur’an. Surat ini bermakna melapangkan dada dan terdiri dari delapan ayat.

Selain dikenal dengan sebutan surat Alam Nasroh, surat ini juga sering disebut Asy-Syarh.

Dikutip dari buku Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 4 karya Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, surat ini termasuk golongan surat Makkiyah, yang diturunkan kepada Rasulullah SAW di Makkah. Namun sebagian ulama berpendapat bahwa surat ini adalah golongan Madaniyyah.


Surat Al Insyirah

Berikut bacaan lengkap surat Al Insyirah yang biasa disebut surat Alam Nasroh. Lengkap dalam tulisan Arab, latin dan terjemahannya:

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ ۝١

A lam nasyraḫ laka shadrak

1. Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Nabi Muhammad),

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ ۝٢

wa wadla’nâ ‘angka wizrak

2. Artinya: meringankan beban (tugas-tugas kenabian) darimu

الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ ۝٣

alladzî angqadla dhahrak

3. Artinya: yang memberatkan punggungmu,

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ ۝٤

wa rafa’nâ laka dzikrak

4. Artinya: dan meninggikan (derajat)-mu (dengan selalu) menyebut-nyebut (nama)-mu?

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ ۝٥

fa inna ma’al-‘usri yusrâ

5. Artinya: Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ ۝٦

inna ma’al-‘usri yusrâ

6. Artinya: Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ ۝٧

fa idzâ faraghta fanshab

7. Artinya: Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain)

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْࣖ ۝٨

wa ilâ rabbika farghab

8. Artinya: dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah.”

Isi Kandungan Surat Alam Nasroh

Masih merujuk buku Tafsir Al-Quranul Majid An-Nur Jilid 4, surat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menyiapkan Muhammad SAW untuk menjadi Rasul (pembawa risalah). Karenanya, Allah mencurahkan nikmat-Nya yang berlipat-lipat kepada Muhammad dan melapangkan dadanya, sehingga dia mampu memikul beban yang berat.

Surat ini juga menerangkan ketinggian derajat nama Muhammad. Allah menggandengkan nama Muhammad dengan nama-Nya dalam kalimat syahadat, bacaan tasyahud, azan dan iqamat.

Semua penderitaan yang dialami Muhammad berakhir dengan diperolehnya kemenangan dan kelapangan. Allah SWT menyuruh Nabi SAW supaya segera menunaikan tugas satu demi satu, di samping beribadah dan menyembah Allah SWT.

Pada akhirnya Allah SWT menyuruh Muhammad supaya memanjatkan doanya langsung kepada Dia.

Dalam ayat-ayat surat Alam Nasroh diterangkan nikmat-nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada Nabi Muhammad serta menjanjikan akan melenyapkan gangguan-gangguan yang dihadapi beliau. Allah SWT juga memerintahkan Nabi SAW untuk terus menerus mengerjakan amalan yang saleh dan hanya menggantungkan harapan kepada-Nya semata.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Surat Al-Hujurat Ayat 13 dan Tafsirnya tentang Keberagaman Umat Manusia


Jakarta

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam tidak hanya membicarakan soal ibadah, tetapi juga menyentuh aspek sosial, etika, dan kemanusiaan. Salah satu ayat yang sangat penting dalam membangun hubungan antarmanusia adalah Surat Al-Hujurat ayat 13.

Ayat ini menekankan nilai kesetaraan, persaudaraan, serta pentingnya ketakwaan sebagai ukuran kemuliaan.


Surat Al-Hujurat Ayat 13

Berikut bacaan lengkap surat Al Hujurat ayat 13,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Arab-Latin: Yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Tafsir dan Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 13

Surat Al-Hujurat ayat 13 merupakan salah satu ayat Al-Qur’an yang menekankan pentingnya etika dalam menyikapi keragaman umat manusia. Dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama RI, ayat ini dijelaskan sebagai pedoman agar manusia tidak terjebak pada sikap merendahkan orang lain hanya karena perbedaan bangsa, suku, keturunan, kedudukan, atau warna kulit.

Allah SWT menegaskan bahwa segala perbedaan tersebut diciptakan bukan untuk menjadi bahan ejekan atau kebanggaan yang melahirkan kesombongan, melainkan sebagai sarana untuk saling mengenal, menghormati, dan menolong satu sama lain.

Dikutip dari buku Urgensi Multikultural dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam karya A. Syathori, ayat ini mengingatkan bahwa ukuran kemuliaan manusia bukan terletak pada status sosial, keturunan, atau kekayaan, tetapi pada tingkat ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam pandangan-Nya, orang yang paling mulia adalah mereka yang paling bertakwa.

Rasulullah SAW pun menegaskan hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban dan Tirmidzi dari Ibnu Umar. Beliau menjelaskan bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan. Pertama, orang-orang yang berbuat kebajikan dan bertakwa, merekalah yang mulia di sisi Allah. Kedua, orang-orang yang durhaka dan berbuat maksiat, merekalah yang hina di sisi-Nya.

Dengan demikian, Islam menolak segala bentuk diskriminasi yang hanya menilai manusia dari faktor lahiriah. Sebaliknya, Islam memuliakan orang berdasarkan amal dan ketakwaannya.

Asbabun Nuzul Surat Al-Hujurat Ayat 13

Dikutip dari buku Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an karya Imam As-Suyuthi, turunnya ayat ini tidak lepas dari beberapa peristiwa yang menunjukkan adanya sikap merendahkan sesama manusia.

Salah satunya diriwayatkan oleh Abu Dawud. Ketika itu seorang sahabat bernama Abu Hindin hendak dinikahkan dengan seorang perempuan dari suku Bani Bayadah. Namun sebagian orang dari suku tersebut merasa keberatan. Mereka memandang rendah Abu Hindin dengan berkata, “Apakah pantas kami mengawinkan gadis-gadis kami dengan budak-budak?” Ucapan ini jelas menunjukkan adanya kesombongan berbasis status sosial. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk meluruskan pandangan bahwa kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh asal-usulnya, melainkan oleh ketakwaannya.

Riwayat lain datang dari Abu Mulaikah. Kisah ini terjadi saat peristiwa Fathul Makkah pada tahun 8 H. Rasulullah SAW memerintahkan sahabat Bilal bin Rabbah, seorang mantan budak berkulit hitam, untuk naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Sebagian orang Quraisy merasa keberatan dan mencemooh dengan berkata, “Muhammad tidak menemukan orang lain untuk berazan kecuali burung gagak hitam ini?” Sikap merendahkan Bilal tersebut kemudian diluruskan Allah melalui turunnya ayat ini, menegaskan bahwa warna kulit tidak menentukan kemuliaan seseorang.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Kandungan Surat Al-Furqan Ayat 74: Doa Keluarga Bahagia


Jakarta

Surat Al Furqan ayat 74 mengandung bacaan doa agar memiliki keluarga yang bahagia. Doa ini termasuk doa yang sering dipanjatkan dalam berbagai kesempatan.

Tak hanya sebagai doa, ayat ini sebetulnya merupakan sambungan dari ayat-ayat sebelumnya. Ayat-ayat dalam surat ke-25 Al-Qur’an ini merupakan ciri-ciri atau sifat ibadurrahman, yaitu hamba yang diberi kemuliaan oleh Allah SWT.

Oleh karenanya, orang yang mengamalkan bacaan doa ini insyaallah termasuk orang yang diberi kemuliaan oleh Allah.


Bacaan Al Furqan Ayat 74 dan Artinya

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Arab latin: Wallażīna yaqụlụna rabbanā hablanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yuniw waj’alnā lil-muttaqīna imāmā

Artinya: Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”

Adapun jika digunakan sebagai doa, maka yang dibaca adalah “rabbanā hablanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yuniw waj’alnā lil-muttaqīna imāmā.” Doa ini bisa dibaca kapan saja, terutama setelah selesai sholat.

Tafsir Surat Al Furqan Ayat 74

Berdasarkan Tafsir Kemenag RI, surat Al Furqan ayat 74 merupakan bagian dari penjelasan sifat-sifat orang yang diberi kemuliaan oleh Allah. Ada 9 sifat ibadurrahman yang dijelaskan mulai ayat 63 hingga 74.

Khusus ayat ke-74 ini menjelaskan sifat ibadurrahman yang kesembilan, yakni mereka selalu bermunajat dan memohon kepada-Nya agar dianugerahi keturunan yang saleh dan baik. Keberadaan istri dan anak yang bertakwa akan menyenangkan hati dan menyejukkan perasaan, sehingga menciptakan kebahagiaan dalam keluarga.

Maka kemudian semakin banyak pula keturunan yang saleh di bumi. Doa ini juga menjadi penyeru manusia agar bertakwa, dan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Maksud dari harapan agar keturunannya menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa bukanlah semata-mata ingin mendapatkan jabatan, kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan mutlak, tetapi niat tulus ikhlas agar dunia ini dipenuhi oleh orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Sebagai generasi penerus, anak cucu juga akan melanjutkan perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Ini juga akan menjadi amal mereka walaupun sudah mati.

Hal ini sesuai sabda Rasulullah:

اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ. (رواه مسلم عن ابى هريرة) “

Artinya: “Apabila seseorang mati, maka putuslah segala amalnya kecuali dari tiga macam: sedekah yang dapat dimanfaatkan orang, ilmu pengetahuan yang ditinggalkannya yang dapat diambil manfaatnya oleh orang lain sesudah matinya, anak yang saleh yang selalu mendoakannya.” (Riwayat Muslim dari Abū Hurairah).

9 Sifat Ibadurrahman

Seperti dijelaskan di atas, ada 9 sifat ibadurrahman yang dijelaskan dalam Al-Furqan ayat 63-74. Berikut ini penjelasan 9 sifat tersebut berdasarkan Tafsir Kemenag:

  1. Bersikap tawadhu’, yakni ketika berjalan, terlihat sikap dan sifat kesederhanaan, jauh dari sifat kesombongan.
  2. Berkata lemah lembut. Jika ada orang berkata yang tidak pantas terhadap mereka, maka mereka tidak membalas dengan perkataan serupa, tetapi justru menjawab dengan ucapan baik.
  3. Malam harinya untuk beribadah. Mereka senantiasa berhubungan dengan Allah pada malam hari. Ketika manusia terlelap, mereka mengerjakan shalat Tahajud.
  4. Selalu ingat akhirat dan hari perhitungan. Mereka yakin semua amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan di hari akhir.
  5. Menafkahkan hartanya. Mereka tidak boros dan tidak kikir, tetapi tetap memelihara keseimbangan antara dunia dan akhirat.
  6. Tidak menyembah selain Allah. Mereka menganut tauhid murni. Ibadahnya hanya semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang.
  7. Tidak mau dan tidak pernah melakukan sumpah palsu.
  8. Ketika mendengar peringatan dari Allah, mereka akan menanggapinya dengan penuh perhatian dan kepedulian.
  9. Selalu memohon kepada-Nya agar dianugerahi istri dan keturunan yang saleh, serta menyejukkan hati.

Orang yang memiliki 9 sifat di atas akan mendapatkan ganjaran dari Allah yang dijelaskan pada ayat selanjutnya, yaitu Al-Furqan:75-76. Mereka akan ditempatkan di tempat yang paling mulia dan tinggi dalam surga.

Mereka juga akan disambut para malaikat dengan salam sebagai penghormatan kepada mereka. Allah juga menjanjikan karunia dan nikmat kepada mereka secara kekal abadi yang tiada putus-putusnya.

Wallahu a’lam.

(bai/fds)



Sumber : www.detik.com