Tag Archives: tahun baru islam

Jadwal Puasa Sunnah di Bulan Muharram & Keutamaannya


Jakarta

Umat Islam memasuki Muharram 1447 Hijriah. Ini adalah bulan yang disucikan Allah SWT dan Rasulullah SAW menganjurkan untuk berpuasa sunnah.

Di Indonesia, 1 Muharram 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025. Tahun Baru Islam ini mungkin berbeda dengan wilayah lainnya, seperti Arab Saudi yang mengumumkan lebih dulu bahwa 1 Muharram 1447 Hijriah jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025.

Terlepas dari perbedaan itu, ada satu amalan yang bisa dikerjakan pada bulan ini. Bahkan sayang jika dilewatkan begitu saya mengingat ada keutamaan besar di dalamnya. Amalan tersebut adalah puasa sunnah.


Puasa Sunnah Bulan Muharram

1. Puasa 9 Muharram (Tasua)

Puasa Tasua adalah puasa yang dikerjakan pada 9 Muharram. Menurut penjelasan dalam Syarah Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi, Rasulullah SAW menganjurkan puasa pada tanggal tersebut untuk membedakan dengan puasa orang Yahudi. Nabi SAW bersabda,

ولَئِن بَقيتُ إِلَى قَابِل لَأَصُومَنُ التَّاسِعَ

Artinya: “Seandainya aku masih hidup sampai tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada tanggal sembilan Muharram.” (HR Muslim dari Ibnu Abbas RA)

  • Jadwal puasa Tasua 9 Muharram 1447 H: Sabtu, 5 Juli 2025

2. Puasa 10 Muharram (Asyura)

Puasa Asyura adalah puasa yang dikerjakan pada 10 Muharram. Puasa ini juga dikerjakan oleh umat nabi terdahulu dan Rasulullah SAW menganjurkannya bagi umatnya.

  • Jadwal puasa Asyura 10 Muharram 1447 H: Minggu, 6 Juli 2025

3. Puasa 11 Muharram

Dijelaskan dalam buku Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari karya Muharram Habibillah, sebagian ulama berpendapat umat Islam juga disunnahkan berpuasa pada 11 Muharram. Puasa ini dianjurkan untuk mengiringi puasa Asyura, seperti halnya puasa 9 Muharram.

Dalil anjuran ini bersandar pada sabda Rasulullah SAW,

صُوْمُوْا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ وَخَالِفُوْا فِيْهِ الْيَهُودَ صُوْمُوْا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا.

Artinya: “Puasalah pada hari Asyura (10 Muharram) dan selisilah Yahudi. Puasalah pada hari sebelumnya atau hari sesudahnya.” (HR Bukhari)

  • Jadwal puasa 11 Muharram 1447 H: Senin, 7 Juli 2025

4. Puasa Ayyamul Bidh Muharram

Puasa Ayyamul Bidh dikerjakan pada 13, 14, dan 15 Muharram. Anjuran puasa ini bersandar pada riwayat berikut,

وَعَنْ أَبِي ذَرٍ الله قَالَ: أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ. رَوَاهُ النَّسَابِيُّ وَالتَّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ )

Artinya: Abu Dzar radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan agar kami berpuasa sunnah tiga hari dalam satu bulan, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.” (HR an-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

  • Jadwal puasa Ayyamul Bidh Muharram 1447 H: Rabu-Jumat, 9-11 Juli 2025

5. Puasa Senin-Kamis Muharram

Umat Islam juga bisa mengerjakan puasa Senin dan Kamis sepanjang bulan Muharram. Berikut jadwalnya:

  • Senin, 30 Juni 2025
  • Kamis, 3 Juli 2025
  • Senin, 7 Juli 2025
  • Kamis, 10 Juli 2025
  • Senin, 14 Juli 2025
  • Kamis, 17 Juli 2025
  • Senin, 21 Juli 2025
  • Kamis, 24 Juli 2025

Keutamaan Puasa Sunnah Bulan Muharram

Puasa bulan Muharram memiliki keutamaan yang tak terdapat pada bulan lainnya. Menurut sebuah hadits yang terdapat dalam Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi, puasa bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa setelah Ramadan.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat fardhu adalah salat malam’.” (HR Muslim)

Hadits serupa terdapat dalam Sunan Ibnu Majah, dengan redaksi puasa Muharram adalah puasa paling utama setelah puasa Ramadan. Berikut bunyi haditsnya,

٧٤٠- (صَحِيحٌ) حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو
عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِي، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ : ((أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ)). حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. .]إِبْنُ مَاجَهِ)) (١٧٤٢) م

Artinya: Dari Qutaibah, dari Abu Awanah, dari Abu Bisyr, dari Humaid bin Abdurrahman al-Himyari, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Puasa yang paling utama setelah puasa bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram.”

Selain keutamaan puasa Muharram secara umum, Rasulullah SAW juga menyebutkan keutamaan puasa hari Asyura. Dikatakan, puasa pada hari tersebut bisa menghapus dosa setahun yang lalu.

وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Artinya: Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, “Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Bagaimana Ulama Menentukan 1 Muharram? Ini Metodenya


Jakarta

Tahun Baru Islam jatuh pada 1 Muharram. Penentuan 1 Muharram menggunakan beberapa metode, hal ini memungkinkan adanya perbedaan di sejumlah wilayah.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan 1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Sementara itu, Indonesia baru memasuki Tahun Baru Islam pada Jumat, 27 Juni 2025.

“Mahkamah Agung hari ini mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa Kamis, 26 Juni 2025, akan menandai hari pertama Muharram 1447 H,” lapor SPA, Rabu (25/6/2025).


Cara Ulama Menentukan 1 Muharram

Secara garis besar, ada dua metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan Hijriah, termasuk 1 Muharram. Para ulama menggunakan metode hisab dan rukyat. Berikut penjelasannya.

1. Menggunakan Metode Hisab

Metode hisab adalah metode penentuan awal bulan berdasarkan perhitungan astronomi. Dijelaskan dalam buku Hisab & Rukyat karya Riza Afrian Mustaqim, penganut hisab bersandar pada surah Ar Rahman ayat 5 dan Yunus ayat 5 bahwa Allah SWT menahkikkan benda langit seperti Bulan dan Matahari berotasi pada orbitnya secara tetap sesuai ketentuan-Nya. Para ahli hisab memandang peredaran benda langit dapat diperhitungkan secara pasti dan memiliki akurasi yang baik.

Selain itu, penggunaan metode hisab juga mengacu hadits nabi yang memerintahkan penggenapan (istikmal) 30 hari.

Metode hisab digunakan dalam menyusun kalender Hijriah. Beberapa di antaranya Kalender Ummul Qura yang digunakan di Arab Saudi dan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang resmi digunakan PP Muhammadiyah mulai tahun ini.

2. Menggunakan Metode Rukyat

Para ulama juga menggunakan metode rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah. Dalam ilmu falak, rukyat merujuk pada pengamatan hilal setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Proses rukyatul hilal dilakukan secara langsung baik dengan mata telanjang maupun alat bantu optik.

Dalil penggunaan metode rukyat mengacu pada sejumlah hadits, salah satunya sabda Rasulullah SAW,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ عُبِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Artinya; “Berpuasalah (Ramadan) karena melihat tanggal (1 Ramadan). Dan berbukalah (mengakhiri puasa Ramadan) karena melihat tanggal (1 Syawal). Apabila kamu terhalangi, sehingga tidak dapat melihatnya maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari”. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah)

Pemerintah Indonesia menggunakan metode ini dalam menentukan awal bulan Hijriah dengan tetap mempertimbangkan data hisab. Metode rukyat juga digunakan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU).

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Jelang 1 Muharram, Tahun Baru Islam 1445 H


Jakarta

Tahun Baru Islam 1445 H atau 1 Muharram 1445 H tinggal menghitung hari. Sebagai khatib, waktu dekat ini dapat dijadikan momentum untuk menyampaikan pesan khususnya di khutbah Jumat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah At Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Begitulah salah satu firman Allah SWT yang menerangkan mengenai keutamaan di balik bulan Muharram. Dalam kesempatan khutbah Jumat pekan ini, kita dapat mengangkat tema yang berkaitan dengan bulan suci Muharram untuk menyambut kedatangannya.

Berikut ini adalah contoh naskah khutbah Jumat Muharram tahun baru Islam dengan tajuk Perhatikan Bulan Muharram. Khutbah ini disusun oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng Yudi Yansyah S.Pd.i yang dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag) Kanwil Kabupaten Sukabumi, Kamis (13/7/2023).

Khutbah Jumat Muharram, Tahun Baru Islam 1445 H

Khutbah 1

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah rohimakumulloh,

Alhamdulillah, pada bulan ini kita akan memasuki tahun baru Hijriah, yaitu bulan Muharram 1445 H. Kita perlu bersyukur karena bulan Muharram memiliki kedudukan yang mulia. Menurut Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshirah, bulan Muharram diberi nama demikian karena Allah melarang peperangan dan konflik selama bulan ini yang memiliki kedudukan yang mulia.

Selain itu, bulan Muharram juga termasuk salah satu dari empat bulan yang dianggap mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 36.

… إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…”

Menurut penjelasan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Fakhrir Razi, setiap pelanggaran yang dilakukan selama bulan haram akan mendapatkan hukuman yang lebih berat, sementara amalan ibadah yang ditujukan kepada Allah akan diberikan pahala yang berlipat ganda. Imam Fakhruddin ar-Razi menyatakan:

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَابا

Artinya: “Maksud dari haram adalah sesungguhnya kemaksiatan di bulan-bulan itu memperoleh siksa yang lebih berat dan ketaatan di bulan-bulan tersebut akan mendapat pahala yang lebih banyak.”

Hadirin rohimakumulloh,

Bulan Muharram merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu momen istimewa dalam bulan Muharram adalah hari ‘Asyura.

Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa. Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan sebuah hadits shahih dari Imam Muslim:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: “Rasulullah ﷺ hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di bulan Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka menjawab: hari ini adalah hari dimana Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa. Kemudian Nabi bersabda: Kami (umat Islam) lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian, Kemudian Nabi Muhammad memerintahkan untuk berpuasa di hari Asyura.”

Dalam riwayat lain, para sahabat bertanya kepada Nabi tentang pentingnya hari ‘Asyura yang dihormati oleh orang Yahudi dan Nasrani. Kemudian Nabi menjawab bahwa Insya Allah, pada tahun berikutnya kita akan berpuasa pada hari kesembilan. Dari hadis tersebut, Imam Syafi’i berpendapat bahwa dianjurkan untuk berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh di bulan Muharram.

Hal ini dikarenakan Nabi sendiri berpuasa pada hari Asyura dan berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan di bulan Muharram (seperti yang dikutip oleh Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim juz 8 halaman 9).

Dari beberapa riwayat hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari kesembilan dan ‘Asyura di bulan Muharram.

Jamaah rohimakumulloh,

Alasan mengapa hari Asyura disebut dengan Asyura (sepuluh) dapat dijelaskan oleh Badaruddin al-‘Aini dalam kitab Umdatul Qari’ Syarah Shahih Bukhari (juz 11, halaman 117). Beliau menjelaskan bahwa pada hari Asyura, Allah memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya. Sepuluh peristiwa tersebut meliputi: (1) kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, (2) pendaratan kapal Nabi Nuh setelah banjir, (3) keselamatan Nabi Yunus dari perut ikan, (4) ampunan Allah terhadap Nabi Adam, (5) keselamatan Nabi Yusuf saat keluar dari sumur, (6) kelahiran Nabi Isa, (7) ampunan Allah untuk Nabi Daud, (8) kelahiran Nabi Ibrahim, (9) Nabi Ya’qub yang kembali dapat melihat, dan (10) ampunan Allah untuk Nabi Muhammad, baik untuk kesalahan masa lalu maupun yang akan datang.

Jamaah rohimakumulloh,

Puasa pada hari Asyura sangat dianjurkan karena memiliki beberapa keutamaan. Imam Turmudzi meriwayatkan hadis hasan dalam kitab Sunan Turmudzi, bahwa orang yang berpuasa pada hari ‘Asyura akan mendapatkan ampunan dari Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

وروى التِّرْمِذِيّ من حَدِيث عَليّ، رَضِي الله تَعَالَى عَنهُ: (سَأَلَ رجل النَّبِي، صلى الله عَلَيْهِ وَسلم: أَي شَيْء تَأْمُرنِي أَن أَصوم بعد رَمَضَان؟ قَالَ: صم الْمحرم، فَإِنَّهُ شهر الله، وَفِيه يَوْم تَابَ فِيهِ على قوم وَيَتُوب فِيهِ على قوم آخَرين) . وَقَالَ: حسن غَرِيب

Artinya: “Suatu ketika seorang laki-laki bertanya pada Nabi, apa yang akan engkau perintahkan kepadaku wahai Nabi setelah saya berpuasa di bulan Ramadan? Nabi bersabda: Berpuasalah di bulan Muharram, Muharram adalah bulan milik Allah, di bulan itu Allah menerima taubat satu kaum dan menerima taubat kaum yang lainnya.” (HR Tirmidzi)

Selain itu, Ibnu Majah meriwayatkan hadis sahih dalam kitab Sunan Ibnu Majah yang menyatakan bahwa siapa pun yang berpuasa pada hari Asyura akan diampuni kesalahan satu tahun yang telah berlalu. Hal ini sesuai dengan sabda nabi:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ»

Artinya: “Berpuasa di hari ‘Asyura, sesungguhnya saya mengira bahwa Allah akan menghapus kesalahan di tahun yang telah lalu.” (HR Ibnu Majah)

Hadirin rohimakumulloh,

Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshirah menyimpulkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia dan hari Asyura adalah hari yang mulia pula. Bulan Muharram merupakan waktu yang baik untuk melakukan kebaikan, meraih perdamaian, meningkatkan amal, memberikan sedekah, menyantuni anak yatim, dan membantu mereka yang membutuhkan.

Sebagai bulan awal tahun Hijriah, bulan Muharram menjadi momen yang paling tepat untuk melakukan hijrah, yaitu beralih dari sifat buruk menuju sifat yang terpuji. Abu Sulaiman, seperti yang dikutip oleh Abu Na’im dalam kitab Hilyatul Auliya’, menyatakan:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ

Artinya: “Barangsiapa hari ini keadaannya masih sama dengan kemarin, maka ia dalam keadaan kurang baik.”

Dari pernyataan tersebut, mari kita gali motivasi kita untuk berubah dan beralih ke perilaku yang baik, dengan semakin mempererat tali persaudaraan, menggunakan potensi yang dimiliki sesuai dengan profesi masing-masing untuk membantu sesama, mendukung agama, dan memberikan kontribusi bagi negara.

Sebagai hamba Allah, kita akan senantiasa mendapatkan perlindungan-Nya selama kita dapat memberikan manfaat dan membantu saudara-saudara yang membutuhkan. Semoga kita menjadi individu yang terus berhijrah menuju kebaikan dan menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat, agama, dan bangsa. Aamiin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Demikianlah contoh khutbah Jumat dalam menyambut bulan Muharram 1445 H. Selamat menyambut Tahun Baru Islam 2023!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Bulan Muharram 1445 H: Menyikapi Tahun Baru Islam


Jakarta

Muslim mulai memasuki hari Jumat pertama di bulan Muharram 1445 H. Masih dalam momen Tahun Baru Islam, tidak ada salahnya khutbah Jumat masih mengangkat tema bagaimana cara menyikapi lembaran baru di tahun Hijriah ini.

Oleh karena itu berikut ini adalah contoh khutbah Jumat Bulan Muharram yang bisa dijadikan referensi oleh khatib. Khutbah berikut dikutip dari tulisan Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kecamatan Bojong Genteng Yudi Yansyah melalui laman resmi Kemenag Kanwil Kabupaten Sukabumi.

Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram 1445 H

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَمَوْلَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَمَوَّالَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.


اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ :يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران: 102).

وَقَالَ فِي أَيَةٍ أُخْرَى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185).

Hadirin rahimakumullah,

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kekuatan keimanan, ketaqwaan dan kesehatan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada semua pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Pada saat ini sampailah kita kepada hari yang dimuliakan oleh Allah SWT yang disebut sebagai Sayyidul Ayyam (induk dari segala hari), Allah SWT masih memberikan umur panjang sampai saat ini. Allah SWT juga telah memberikan nikmat sehat serta nikmat istiqamah di dalam hati kita. Sehingga dengan nikmat tersebut, ringan melangkahkan kaki menyambut seruan azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan salat fardhu pada hari yang mulia ini.

Untuk itu kita bersyukur kepada Allah dengan memperbanyak mengucapkan hamdalah (alhamdulillahi robbil ‘alamin). Bersyukur dengan perbuatan, senantiasa istiqomah melaksanakan segala perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Selanjutnya, sholawat mari kita bacakan untuk Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan dengan memperbanyak sholawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah SWT mendapatkan syafaatnya, insya Allah. Aamiin.

Hadirin rahimakumullah,

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, di mana pun dan kapan pun kita berada, karena kita tidak mengetahui kapan ajal akan tiba. Ketika saat ajal telah mendekat, segala harta dan kedudukan tidak akan berguna lagi, demikian pula taubat dan penyesalan.

Alhamdulillah, pada hari Rabu, kita telah sampai pada akhir hari bulan Zulhijah 1444 Hijriah. Kemudian Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk memasuki awal bulan Muharram 1445 Hijriah.

Mari kita merenungkan arti dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kesempatan hidup yang Allah berikan, sehingga kita dapat memulai awal Muharram 1445 Hijriah dengan semangat baru.

Pelajaran terbesar yang bisa kita ambil adalah bahwa Allah masih memberi kita kesempatan untuk melakukan introspeksi diri secara menyeluruh. Kita harus mengevaluasi keimanan, keislaman, ibadah, akhlak mulia, hubungan sosial, peningkatan ilmu, kewajiban, tanggung jawab, manajemen waktu, gaya hidup, dan semua aspek kehidupan kita selama tahun sebelumnya.

Introspeksi diri adalah kunci utama dalam kehidupan. Dengan merenungkan diri kita, kita dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan kita di masa lalu, melakukan perbaikan hari ini, dan merencanakan masa depan.

Melalui introspeksi diri, kita dapat menutupi kelemahan masa lalu dan meningkatkan kualitas diri pada hari ini dan masa depan. Hidup kita akan terus berkembang menuju arah yang benar dan lurus.

Dengan melakukan introspeksi diri, kita dapat memahami hakikat dan persoalan diri dengan jelas, menilai amal yang telah kita lakukan, dan meningkatkan kapasitas diri sebagai bekal untuk perjalanan panjang dan pasti menuju akhirat.

Introspeksi diri adalah kekayaan yang harus kita miliki, karena sangat penting dalam menjalankan kehidupan ini. Seperti yang dikatakan oleh Khalifah Umar RA,

حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا

Bacaan latin: Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu.

Artinya: Hisablah, hitung-hitunglah diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT.

وَزِنُوْاهَا قَبْلَ أَنْ تُزَانُوْا

Bacaan latin: Wazinuha qabla an tuzanu.

Artinya: Timbang-timbang amal kamu sebelum amal kamu ditimbang oleh Allah SWT.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Mari kita bersiap untuk menghadapi hari di mana seluruh umat manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar di masa depan. Di sana, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas segala keyakinan, iman, perkataan, dan perbuatan kita secara mendetail dan lengkap, tidak ada yang terlupakan. Apabila amal perbuatan kita baik, Allah akan memberikan balasan yang baik pula. Namun, jika amal perbuatan kita buruk, maka balasan yang diterima juga akan sesuai dengan hal tersebut.

Hadirin rahimakumullah,

Dalam kehidupan ini, ada tiga hal yang perlu kita refleksikan dan hitung-hitung, yaitu pertama, agama, yaitu Islam. Kita perlu bertanya pada diri sendiri sejauh mana pemahaman dan pengamalan kita terhadap ajaran agama ini. Sejauh mana kita menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, yang merupakan sumber utama ajaran agama?

Hadirin rahimakumullah,

Tentang masalah agama ini, kita harus selalu menghidupkan semangat belajar dalam diri. Karena agama Islam adalah ilmu, dan ilmu tidak akan kita peroleh kecuali dengan proses belajar dan mempelajarinya. Para ulama telah merumuskan ilmu agama Islam dengan cara yang sangat ilmiah, rinci, dan sistematis, sehingga memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkannya. Secara keseluruhan, ilmu agama yang harus dipelajari dan diamalkan mencakup iman, akidah, ibadah, akhlak, muamalah, masalah keluarga, dan syariah.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Selanjutnya, terkait dengan urusan dunia, terdapat tiga hal yang perlu kita pertimbangkan.

Pertama, bagaimana cara kita menghadapi kehidupan dunia ini? Apakah kita mencintainya dengan berlebihan dan menjadikannya sebagai tujuan utama dalam hidup? Ataukah kita menganggap berbagai fasilitas dunia, seperti uang, rumah, dan kendaraan, hanya sebagai sarana untuk menjalani kehidupan, sementara cinta kita pada Allah SWT dan rasul-Nya lebih utama? Ingatlah, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa menghindari keserakahan terhadap dunia adalah kunci mendapatkan cinta Allah.

Kedua, perhatikan dari mana asal usul semua harta yang kita miliki. Apakah harta yang kita peroleh benar-benar berasal dari sumber yang halal, tidak dicampuri dengan yang haram seperti riba, penipuan, pencurian, atau hal-hal yang diragukan (syubhat)? Karena harta yang haram dan syubhat dapat menyebabkan hati menjadi sakit dan doa-doa kita tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT.

Akibatnya, keberkahan hidup kita di dunia akan hilang, dan di akhirat nanti kita akan menghadapi hukuman dari Allah SWT. Oleh karena itu, Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengonsumsi, menggunakan, dan memanfaatkan harta dari sumber yang halal dan yang telah diizinkan oleh-Nya.

Ketiga, bagaimana kita menggunakan dan memanfaatkan harta yang Allah SWT anugerahkan kepada kita? Meskipun harta yang kita peroleh berasal dari cara yang halal dan jenisnya pun halal, bukan berarti kita bisa menggunakannya secara sembarangan. Islam mengatur sistem pengeluaran, distribusi, dan pemanfaatan harta. Sebenarnya, harta yang Allah SWT titipkan kepada kita adalah modal untuk tujuan akhirat.

Oleh karena itu, Allah SWT mendorong kita untuk membelanjakan harta-Nya di jalan-Nya setelah memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada, seperti zakat, nafkah, infak, sedekah, wasiat, dan sejenisnya. Dengan cara ini, harta yang Allah anugerahkan dapat bermanfaat bagi kepentingan akhirat.

Hadirin rahimakumullah,

Selanjutnya, masalah akhirat yang akan menjadi tempat tinggal kita selamanya. Terkait dengan hal ini, hanya ada dua kata kunci: ikhlaskan niat kita hanya karena Allah SWT dalam segala ucapan dan amal yang saleh, sebanyak mungkin yang kita bisa lakukan.

Oleh karena itu, hidup kita harus berfokus pada akhirat dan tidak boleh lebih mencintai dunia daripada akhirat, karena dunia akan musnah, termasuk jasad kita sendiri, sementara akhirat adalah keabadian yang abadi. Selain itu, jadikanlah kesuksesan di akhirat sebagai standar utama kesuksesan yang sejati.

Allah SWT berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185)

Artinya: “Semua yang bernyawa pasti mati. Nanti pada hari kiamat (akhirat) akan disempurnakan pahala kalian. Siapa yang dijauhkan (pada hari itu) dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dialah yang sukses. Dan tidak adalah kehidupan dunia ini melainkan kenikmatan yang menipu.” (QS Ali-Imran: 185)

Hadirin yang diberkahi Allah SWT,

Mari kita bersyukur atas nikmat umur yang telah diberikan Allah kepada kita, sehingga kita bisa menghirup udara segar di bulan Muharram 1445 Hijriah tahun ini. Mari kita lakukan introspeksi diri (muhasabatun nafsi).

Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk meningkatkan kualitas dalam agama, dunia, dan akhirat di tahun 1445 Hijriyah ini, dan semoga hidup kita pada tahun ini menjadi lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Demikian contoh khutbah Jumat bulan Muharram ketika memasuki tahun baru Islam. Semoga bermanfaat.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Puasa Akhir Dzulhijjah dan Awal Muharram Hapus Dosa 50 Tahun, Benarkah?



Jakarta

Tahun Baru Islam 1445 H akan tiba dalam hitungan jam dan biasanya momen pergantian tahun ini diisi dengan berbagai amalan, salah satunya puasa. Ada sebuah hadits yang menyebut, puasa akhir Dzulhijjah dan awal Muharram bisa menghapuskan dosa selama 50 tahun. Benarkah?

Hadits yang menyebut keutamaan puasa akhir dan awal tahun bisa menghapus dosa selama 50 tahun ini berbunyi,

مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً


Artinya: “Barang siapa berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa, dan Allah Ta’ala menjadikan kafarah/terlebur dosanya selama 50 tahun.”

Menurut penelusuran detikHikmah, hadits tersebut tergolong dalam hadits maudhu (palsu). Ibnu Al-Jauzi memasukkan hadits tersebut dalam Kitab Al-Maudhu’at. Kitab ini berisi hadits-hadits maudhu atau palsu yang tersebar di masyarakat.

Dijelaskan dalam Kitab As-Sunnan wa al-Mubtada’at al-Muta’alliqah bi al-Adzkar wa ash-Shalawat karya Muhammad ‘Abdus-salam Khadr asy-Syaqiry, dalam hadits keutamaan puasa akhir Dzulhijjah dan awal Muharram yang bisa menghapus dosa 50 tahun ini terdapat dua perawi yang pendusta. Hal ini dikatakan oleh al-Fattaniy dalam Tadzkiratul Maudhu’at.

Abdullah bin Abdul Aziz At-Tuwaijiry berpendapat bahwa amalan puasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan awal Muharram ini termasuk bid’ah. Dalam Kitab Al-Bida’ Al-Hauliyyah ia menyebut bahwa amalan itu bersandar pada hadits maudhu sebagaimana terdapat dalam Kitab Al-Maudhu’at II.

Sementara itu, hadits shahih yang berkaitan dengan puasa bulan Muharram adalah hadits yang bersandar pada riwayat Abu Hurairah RA. Ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَريضَةِ صَلَاةُ اللَّيْل

Artinya: “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim dalam Shahih-nya bab Fadhlu Shaum Al-Muharram)

Menurut Imam an-Nawawi, sebagaimana dinukil Muhammad bin Azzuz dalam Arba’una Haditsan fi At-Tahajjudi wa Qiyam Al-Lail, hadits tersebut menegaskan bahwa Muharram adalah bulan yang paling utama untuk berpuasa.

Salah satu puasa yang bisa diamalkan pada bulan Muharram adalah puasa Asyura. Puasa ini bisa melebur dosa setahun yang lalu sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut,

وَعَنْ أَبِي فَنَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ سُئل عن صيَامِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «يُكَفِّرُ السنة الماضية

Artinya: “Dari Abu Qatadah RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Asyura. Beliau menjawab, ‘Puasa tersebut dapat melebur dosa setahun yang lalu’.” (HR Muslim)

Wallahu a’lam.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Tahun Baru Islam 2023, Ini Dalilnya dari Al-Qur’an dan Hadits


Jakarta

Tahun Baru Islam 2023 bertepatan dengan 1 Muharram 1445 H. Ada beragam keterangan dalil mengenai Tahun Baru Islam ini yang termuat dalam ayat Al-Qur’an maupun hadits.

Tahun Hijriah yang terdiri dari dua belas bulan dijelaskan dalam surah At Taubah ayat 36. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Arab Latin: “Inna ‘iddatasy-syuhūri ‘indallāhiṡnā ‘asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba’atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn(a).”

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhul Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Ayat di atas juga menjelaskan tentang empat bulan haram dalam dua belas bulan-bulan Hijriah. Deretan empat bulan haram tersebut disebutkan Rasulullah SAW dalam haditsnya. Dari Abu Barkah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW bahwa empat bulan haram adalah Muharram, Dzulqa’idah, Dzulhijjah, dan Rajab.

الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Zulkaidah, Zulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut Kitab Zaadul Maysir oleh Al Qodhi Abu Ya’la, bulan haram adalah bulan yang suci sehingga ada pengharaman pembunuhan pada keempat bulan haram. Bulan haram juga merujuk pada larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan lainnya, begitupun sebaliknya.

“Pada bulan Haram, aku sangat senang berpuasa di dalamnya,” kata Sufyan Ats Tsauri dalam Kitab Latho-if Al Ma’arif yang diterjemahkan Tim PISS-KTB dalam buku Hasil Bahtsul Masail dan Tanya Jawab Agama Islam.

Ibnu Abbas RA menambahkan, empat bulan tersebut dikhususkan karena dianggap sebagai bulan suci. Dengan kata lain, melakukan perbuatan maksiat pada bulan tersebut dianggap dosa besar dan amalan sholeh yang dilakukan menuai pahala besar.

Abu Hurairah RA juga pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah memberi penjelasan tentang keutamaan puasa di bulan Muharram yang berada satu tingkat di bawah puasa Ramadan. Ketika seseorang bertanya kepada nabi, “Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal?” Rasulullah menjawab, “Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram.” (HR Ibnu Majah)

Berdasarkan anjuran tersebut, terdapat beberapa pilihan puasa sunnah yang dapat dilakukan pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram. Pilihan pertama adalah puasa pada tanggal 10 Muharram yang disertai dengan puasa sehari sebelum dan sesudahnya, yaitu pada tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Pilihan kedua adalah puasa dua hari, yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Sedangkan pilihan ketiga adalah puasa pada hari ke-10 saja di bulan Muharram. Puasa pada tanggal 9 Muharram dikenal dengan sebutan puasa Tasu’a, sedangkan puasa pada tanggal 10 Muharram dikenal dengan sebutan puasa Asyura.

Puasa Asyura juga memiliki beberapa keutamaan, salah satunya adalah menghapus dosa-dosa di masa lalu. Dalam sebuah riwayat, Qotadah RA berkata bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, dan beliau menjawab bahwa puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Kemudian beliau ditanya tentang puasa Asyura, dan beliau menjawab bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa-dosa yang lalu (HR Al-Jama’ah, kecuali Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).

Sejarah Tahun Baru Islam

Tahun Baru Islam mengacu pada sistem penanggalan kalender Hijriah. Melalui kalender tersebut, awal tahun dimulai dari 1 Muharam yang sudah menginjak tahun ke-1445 Hijriah.

Kalender Hijriah adalah sistem penanggalan Islam berdasarkan peredaran bulan. Sistem penanggalan kalender Hijriah dengan rotasi bulan ini dijelaskan pula dalam surah Yunus ayat 5,

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَآءً وَّا لْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَا زِل لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَا لْحِسَا بَ ۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِا لْحَـقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْاٰ يٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), penanggalan Islam menggunakan kalender Hijriah pertama kali dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Saat itu, kalender Hijriah juga berfungsi sebagai produk politik Umar dalam mendukung kelancaran sistem negara.

Setelah menetapkan kalender Hijriah sebagai penunjuk waktu, penentuannya diiringi dengan ketetapan awal waktu tahun Hijriah atau yang kemudian dikenal dengan 1 Muharram 1 Hijriah. Ada empat opsi yang diusulkan kepada Umar yakni, tahun Gajah saat Rasulullah lahir, tahun wafatnya Rasulullah, tahun Rasulullah diangkat menjadi rasul, dan juga tahun hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Pada akhirnya, tahun hijrahnya Rasulullah SAW terpilih menjadi 1 Muharram dalam kalender Hijriah karena dianggap menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Hingga sampai saat ini, hari hijrah itu pun diperingati sebagai atau Tahun Baru Islam.

Sekian adalah sekilas pembahasan mengenai tentang Tahun Baru Islam 2023 dan dalilnya. Semoga bermanfaat ya detiker!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Dibaca Kapan? Ini Ketentuan Waktunya


Jakarta

Doa akhir tahun dan awal tahun berisi permohonan agar Allah SWT melimpahkan nikmat dan karunianya di tahun yang akan datang. Amalan ini dapat diamalkan muslim pada pergantian tahun baru Islam yaitu hijriah.

Muharram menjadi bulan paling awal pada kalender hijriah. Dikutip dari buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Puasa, Zakat, dan Haji yang ditulis Syamsul Rijal Hamid, Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram (suci) selain Rajab, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.

Rasulullah SAW bersabda,


“Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

Mengacu pada Kalender Hijriah terbitan Kementerian Agama (Kemenag RI), 1 Muharram 1446 H jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Jelang pergantian tahun itu, ada doa akhir tahun dan awal tahun yang bisa diamalkan muslim.

Lantas, kapan waktu membaca doa-doa tersebut?

Waktu Membaca Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Baru Islam

Melansir Majalah Aula Nahdlatul Ulama Edisi Juli 2024, setidaknya ada dua waktu mengamalkan doa akhir tahun dan awal tahun baru Islam, yaitu:

1. Sebelum Salat Maghrib

Doa akhir tahun Islam dapat dibaca sebelum salat Maghrib. Berikut bunyi doanya,

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Arab latin: Allaahumma maa ‘amiltu min ‘amalin fii haadzihis sanati ma nahaitanii ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fiihaa ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alaa ‘uquubatii wa da’autanii ilat taubati min ba’di jaraa-atii ‘alaa ma’shiyatika. Fa innii astaghfiruka, faghfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimmaa tardha, wa wa’attanii ‘alaihits tsawaaba, fa-as-aluka an tataqabbala minnii wa laa taqtha’ rajaa-ii minka yaa kariim.

Artinya, “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”

2. Setelah Salat Maghrib

Jika doa akhir tahun dibaca sebelum salat Maghrib, maka doa awal tahun baru Islam diamalkan seusai salat Maghrib. Berikut lafaznya,

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Arab latin: Allaahumma antal abadiyyul qadiimul awwal. Wa ‘alaa fadhlikal ‘azhiimi wa kariimi juudikal mu’awwal. Haadzaa ‘aamun jadiidun qad aqbal. As-alukal ‘ishmata fiihi minas syaithaani wa auliyaa-ih, wal ‘auna ‘alaa haadzihin nafsil ammaarati bis suu-i, wal isytighaala bimaa yuqarribunii ilaika zulfaa, yaa dzal jalaali wal ikraam.

Artinya, “Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.”

3. Dibaca pada Akhir Tahun

Mengutip dari buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit susunan H Hamdan Hamedan, doa akhir tahun versi kedua ini juga dapat diamalkan muslim. Bacaan tersebut bersumber dari kitab Kanzun Najah was Surur karya Syeh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus bin Abdil Qadir.

Kaum muslimin dianjurkan membacanya sebanyak tiga kali tanpa keterangan setelah salat Ashar atau salat Maghrib.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي السَّنَةِ الْمَاضِيَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَنَسِيْتُهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلُمْتَ عَيْ مَعَ التَّوْبَةِ بَعْدَ جَرَاءَتِيْ عَلَيْكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ مِنْهُ فَاغْفِرْ لِي اللَّهُمَّ وَمَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ وَالْغُفْرَانَ تَقْطَعْ رَجَايْ مِنْكَ يَا كَرِيمُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مَعَ قَدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي ودعوني الله مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Arab latin: Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Wa shallallaahu ta’ala ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi washahbihi wasallam. Allahumma maa ‘alimtu min ‘amalin fis-sanatil maadhiyati mimma nahaitanii `anhu wa lam atub minhu wa lam tardhahu wa nasiituhu wa lam tansahu wahalumta ‘annii ma’a qudratika ‘alaa ‘uquubatii wada’autanii ilat-taubati ba’da jaraa’atii ‘alaika. Allahumma innii astaghfiruka minhu faaghfirlii. Allahumma wa maa `amiltu min `amalin tardhaahu wa wa’adtanii `alaihits-tsawaaba wal ghufraana fataqabbalhu minnii wa laa taqtha` rajaa-ii minka yaa kariimu yaa arhamar rahimiin. Wa shallallaahu ta`aala `alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Ya Allah, amal yang telah aku lakukan pada tahun lalu dari sekian amal yang Engkau cegah diriku darinya, yang aku belum tobat darinya dan Engkau pun tidak meridainya, yang telah aku lupakan namun tidak Engkau lupakan, Engkau telah berbuat bijak kepadaku meskipun sebenarnya mampu untuk menghukumku, Engkau menyeru kepadaku untuk bertobat setelah kenekatanku (bermaksiat) kepada-Mu. Ya Allah sungguh aku memohon ampunan kepada-Mu dari amal itu, maka ampunilah diriku. YaAllah dan amal yang telah aku lakukan yang Engkau ridai dan Engkau janjikan pahala dan ampunan atasnya, maka terimalah amal itu dariku, dan jangan Engkau putus harapanku kepada-Mu, wahai Zat yang Maha Mulia, wahai Zat yang Maha Pengasih dari para kekasih. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan shalawat dan keselamatan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.”

Hukum Membaca Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun

Tidak ada dalil yang menyebut secara eksplisit terkait doa akhir tahun dan awal tahun baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah SAW. Walau demikian, bacaan ini merujuk pada anjuran berdoa secara umum seperti diterangkan dalam surah Ghafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠

Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Itulah ketentuan waktu membaca doa akhir tahun dan awal tahun. Jangan lupa diamalkan ya!

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com