Tag Archives: tarawih

BKM Diminta Bawa Pesan Damai dalam Isi Khutbah Jumat dan Tarawih



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) meminta secara khusus pada pengurus Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tiap tingkat untuk membawa pesan perdamaian dalam mimbar Jumat maupun tarawih Ramadan. Hal ini disebut sebagai upaya menciptakan kondusivitas umat setelah pemilihan umum (pemilu).

“BKM provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, kelurahan/desa juga harus mengisi mimbar kultum tarawih dan khutbah Jumat dengan membawa pesan-pesan persaudaraan dan kerukunan/perdamaian. Contoh khutbah tersebut dapat diakses di aplikasi PUSAKA dan Elipski,” kata Ketua Harian BKM Pusat, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dalam keterangannya yang diterima detikHikmah, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, Adib secara khusus meminta kepada BKM tingkat provinsi untuk melakukan kegiatan pembinaan sumber daya manusia (SDM) kemasjidan atau pelatihan manajemen masjid.


“Dirangkai dengan Rakerda BKM provinsi, dan melibatkan peserta dari BKM provinsi dan kabupaten/kota,” tutur dia.

Selain itu Kemenag juga melakukan konsolidasi dengan ribuan pengurus BKM menjelang Ramadan. Saat ini, sudah ada 23.125 BKM daerah yang tergabung.

Untuk itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin meminta agar BKM daerah bisa mulai menjalankan programnya. Sementara itu, ia mendorong Ketua Umum BKM Pusat mendorong lembaga BKM daerah aktif menggelar syiar agama di masjid dan musala.

Secara umum, Kamaruddin mengimbau pengurus BKM untuk melakukan safari Ramadan dan bersilaturahmi dengan ormas-ormas keagamaan hingga audiensi ke pemerintah daerah. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Coffee Morning BKM di Jakarta.

“Kita mendorong kepada pengurus BKM dapat membuka komunikasi, audiensi, atau sosialisasi dengan pemerintah daerah setempat/forkopimda/ormas terkait telah hadirnya BKM daerah dan siap berkolaborasi lebih jauh,” ujarnya.

Agenda Coffee Morning BKM yang digelar Kemenag diikuti lebih dari seribu peserta. Peserta yang dimaksud terdiri dari pengurus BKM pusat, BKM provinsi, BKM kabupaten/kota, BKM kecamatan, dan BKM kelurahan/desa.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat Berbagai Tema


Jakarta

Bulan Ramadan yang penuh dengan kemuliaan telah tiba. Salah satu ibadah yang biasa dikerjakan umat Islam pada bulan Ramadan yaitu salat Tarawih. Ketika salat Tarawih, khatib banyak menyampaikan kultum. Berikut tiga contoh kultum Tarawih Ramadan.

Kultum yang disampaikan khatib dapat membahas berbagai topik seperti adab puasa, amalan ketika bulan Ramadan, keutamaan bulan Ramadan, dan sebagainya. Berikut contoh kultum Tarawih Ramadan dikutip dari Kultum 23 Ramadhan karya Heri Suprapto dan Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya A.R. Shohibul Ulum.

Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat


Kultum Pertama

Dua Esensi Puasa

Esensi atau hakikat dari puasa Ramadan ada banyak, hanya saja karena keterbatasan waktu maka kita hanya membahas dua saja yaitu berperilaku jujur dan menahan amarah.

Pertama, berperilaku jujur.

Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita, dan puasa melatih atau mengajari kita agar jujur dalam segala hal sehingga kita tidak berani berkata bohong pada saat berpuasa. Mengapa demikian? Itu karena kita tahu kalau kita berbohong maka pahala puasa kita akan hilang dan kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja dari puasa yang kita telah lakukan.

Perintah agar selalu jujur ini sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “berbuatlah jujur karena kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan akan mendapatkan surga.” Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim.

Dari sahabat Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.”

Begitu besar karunia Allah SWT kepada orang yang berbuat jujur.

Kedua, menahan amarah.

Esensi yang kedua adalah menahan amarah. Kita bisa marah kapan saja dan di mana saja, apa lagi dalam kondisi sedang mendapatkan tekanan. Dengan puasa kita diharapkan bisa menahan marah kita. Pernah sahabat bertanya kepada Nabi SAW untuk menasehatinya, dan Nabi SAW memerintahkannya untuk tidak marah. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan olah Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi.

Dari Abu Hurairah RA, ada seseorang yang berkata kepada Nabi SAW “Berilah aku nasihat,” kemudian beliau bersabda,

“Jangan marah. Kemudian orang tersebut mengulangi lagi beberapa kali. Rasulullah SAW bersabda: ‘Jangan marah'”.

Orang yang dapat menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskan kemarahan tersebut diperintahkan Allah SWT untuk memilih bidadari di surga mana yang dia suka. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi dan Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud, serta Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Dari sahabat Mu’az bin Anas Al Juhani RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat, dia akan dipanggil di depan seluruh makhluk kemudian disuruh memilik bidadari mana yang ia sukai.”

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua apabila seseorang marah hendaklah ia diam. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad Imam Ahmad dengan sanad shahih.

Dari sahabat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.”

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluar darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

Orang-orang yang mampu tidak marah bahkan akan dimasukkan ke surga. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Al Mu’jamul Ausath dengan sanad shahih.

Dari sahabat Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang sahabat,

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.”

Kesimpulannya adalah hendaklah kita menjaga diri dan keluarga kita agar selalu mengisi setiap hari dan malam Ramadan dengan amalan yang dicontohkan Nabi SAW yaitu dengan berusaha selalu jujur dan menahan marah ketika kita sedang dalam keadaan puasa. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk mendapatkan sifat jujur dan menahan marah setelah kita menjalani puasa Ramadan selama sebulan, dan implementasinya terlihat setelah Ramadan berlalu. Aamiin.

Kultum Kedua

Hikmah & Berkah Ramadan

Ramadan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah SWT telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa pada bulan itu, pada bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan pada bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan.”

Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Rasulullah SAW agar menyambut bulan Ramadan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, yaitu dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Syaban, dan hingga sampai di Ramadan yang mulia ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

“Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Syaban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadan.”

Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Sebab, keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan (ziyadat al-khair fi al-syai’), termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun nonmaterial. Dari segi materi seperti bertambahnya harta benda kita, dan usaha atau bisnis semakin maju. Sedangkan, secara nonmaterial yaitu seperti ketenteraman hati, kedamaaian jiwa, pengetahuan dan wawasan semakin bertambah hingga tercermin dalam sikap yang terpuji.

Di antara hikmah bulan Ramadan yaitu sebagai berikut.

Pertama,

Pada bulan Ramadan ada pengabulan doa bagi yang meminta, ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang memohon maghfirah-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, di dalam bagian hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Baihaqi ini disebutkan:

“Dalam setiap malam bulan Ramadan Allah ‘azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima tobatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?”

Kedua,

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat baik untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surah Ibrahim ayat 34, kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan.

Ketiga,

Pada bulan Ramadan terdapat setidaknya 3 manfaat yang bisa kita peroleh dengan menjalankan puasa pada bulan yang mulia ini, yaitu

1. Manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan. Misalnya, kita membiasakan diri agar berlaku sabar serta mengekang hawa nafsu, ekspresi, atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadan.
2. Manfaat sosial-kemasyarakatan, seperti pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam: antara yang kaya dan yang miskin, antara pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Juga faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan mafsadah.
3. Manfaat kesehatan, artinya dengan berpuasa itu dapat membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Oleh karena itu, marilah bulan Ramadan ini kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan, ucapan, dan hati dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji (qaul az-zur), gibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech (ujaran kebencian), dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial.

Kultum Ketiga

Keberkahan Makan Sahur

Pada bulan Ramadan ada amalan sunnah yang bisa dijalani, yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206. Namun, amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah. Dalam hadits muttafaq ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud berkah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah SWT pada sesuatu. Keberkahan bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun, patut diketahui bahwa berkah itu datangnya dari Allah SWT yang hanya diperoleh jika seorang hamba menaati-Nya.”

Lantas, apa saja keberkahan yang didapatkan saat kita menyantap sahur?

Pertama,

Memenuhi perintah Rasulullah SAW sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan menaati beliau disebutkan dalam surah An-Nisa’ ayat 80, yang artinya, “Barang siapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah SWT. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”

Allah juga berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 71, “Dan barang siapa menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

Kedua,

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Dari ‘Amr bin al-‘Ash, Rasulullah SAW bersabda,

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim).”

Ini berarti Islam mengajarkan bara’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Sebab, puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

Ketiga,

Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206, berkata, “Berkah makan sahur amat jelas, yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa. Misalnya, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi ingin menambah lagi amalan puasanya, karena tampak ringan puasa baginya setelah makan sahur.”

Keempat,

Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah SWT dan doa dari para malaikat-Nya. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda,

“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad)

Kelima,

Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Menurut Imam Nawawi, dengan bangun sahur dapat menjadikannya berdoa dan berzikir di waktu yang mulia, yaitu waktu ketika turun Ar-Rahmah, dan diterimanya doa dan diampuninya dosa. Seseorang yang bangun sahur dapat berwudhu kemudian salat malam, kemudian mengisi waktunya dengan doa, zikir, salat malam, dan menyibukkan diri dengan ibadah lainnya hingga terbit fajar.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni”.” (HR. Bukhari dan Muslim)”

Keenam,

Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaiman orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat, di antaranya surah Ali ‘Imran ayat 17 yang artinya, “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.”

Disebut pula pada surah Adz-Dzariyat ayat 18 yang artinya,
“Dan selalu memohonkan ampunan pada waktu pagi sebelum fajar.”

Ketujuh,

Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab azan salat Subuh dan juga bisa mendapati salat Subuh pada waktunya secara berjamaah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.

Kedelapan,

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah SWT.

Demikianlah apa yang bisa disampaikan mengenai keutamaan makan sahur.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Lengkap dan Isi Kandungannya


Jakarta

Doa kamilin umumnya dibaca setelah salat tarawih pada bulan Ramadhan. Doa dimaksudkan untuk memohon kesempurnaan iman kepada Allah SWT.

Abu Maryam Kautsar Amru melalui karyanya yang berjudul Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan menjelaskan bahwa setelah salat tarawih dan memasuki witir, ada jeda di antara keduanya. Jeda itulah yang menjadi waktu pembacaan doa kamilin dan dipimpin oleh seorang bilal.

Ulama Muhammad bin Muhammad Al-Maghribi dalam kitab Jamul Fawaid menyatakan para ulama salafush shalih menyusun doa kamilin untuk dibaca setelah salat tarawih karena pada zaman Nabi SAW, shalat tarawih disebut dengan qiyam Ramadhan. Hal ini dijelaskan dalam buku Misteri Kedua Belah Tangan susunan Badruddin Hasyim Subky.


Lantas seperti apa bacaan doa kamilin?

Doa Kamilin: Arab, Latin dan Terjemahnya

Merujuk pada sumber yang sama, berikut bacaan doa kamilin yang disertai arab latin dan terjemahnya.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Arab latin: “Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalandakan sholat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang sholeh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Isi Kandungan Doa Kamilin

Dijelaskan dalam buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun oleh A R Shohibul Ulum, nama kamilin diambil dari salah satu kalimat awal dalam doa tersebut. Doa kamilin banyak mengandung permintaan dan harapan, lima di antaranya ialah sebagai berikut:

1. Kesempurnaan Iman

Cara meraih kesempurnaan iman dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang berlaku baik kepada istrinya.” (HR At-Tirmidzi)

Kandungan selanjutnya yang terdapat dalam doa kamilin ialah dapat menunaikan segala kewajiban. Hal ini dimaknai dengan bertakwa kepada Allah SWT dan menjauhi apapun yang dilarang oleh-Nya.

3. Salat yang Terpelihara

Selanjutnya adalah harapan agar salat yang dikerjakan terpelihara. Yang perlu dipahami adalah Allah SWT tidak hanya memerintahkan salat, melainkan juga meminta kaum muslimin untuk memelihara dan menegakkannya.

Salat kaum muslimin harus lurus, tegak dan terpelihara. Dengan begitu, insyaAllah kita akan dijauhi dari perbuatan keji dan mungkar.

Zakat fitrah wajib hukumnya untuk dikeluarkan pada bulan Ramadhan. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Rasulullah mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih orang yang berpuasa dari ucapan yang tidak berfaedah dan jelek.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

5. Ikhlas Mencari Ridha Allah SWT

Ikhlas mencari ridha Allah menjadi harapan penyempurna. Artinya, semua amal ibadah harus ditujukan semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah SWT.

Demikian bacaan doa kamilin dan isi kandungannya. Semoga bermanfaat.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Kamilin Lengkap, Dibaca Seusai Salat Tarawih


Jakarta

Doa kamilin merupakan bacaan yang sering dipanjatkan pada bulan Ramadhan, tepatnya seusai salat tarawih. Doa ini berisi memohon permohonan kesempurnaan iman kepada Allah SWT.

Mengutip buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan susunan Abu Maryam Kautsar Amru, jeda seusai salat tarawih dan hendak memasuki witir ini menjadi waktu pembacaan doa kamilin. Biasanya, ada seorang bilal yang memimpin pembacaan doa kamilin.

Lantas, seperti apa bacaan doa kamilin?


Bacaan Doa Kamilin Lengkap

Berikut bacaan doa kamilin yang dikutip dari buku Misteri Kedua Belah Tangan karya Badruddin Hasyim Subky.

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allâhummaj’alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ’ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu’ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na’mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa ‘alâ sariirl karâmati qâ’idîn. Wa bi hûrun ‘in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha’âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka’sin min ma’în. Ma’al ladzîna an’amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj’alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su’adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah, tuhan semesta alam.”

Apa Isi Kandungan Doa Kamilin?

Diterangkan melalui buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya A R Shohibul Ulum, berikut isi kandungan dari doa kamilin.

1. Kesempurnaan Iman

Cara meraih kesempurnaan iman dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang berlaku baik kepada istrinya.” (HR At-Tirmidzi)

Kandungan selanjutnya yang terdapat dalam doa kamilin ialah dapat menunaikan segala kewajiban. Hal ini dimaknai dengan bertakwa kepada Allah SWT dan menjauhi apapun yang dilarang oleh-Nya.

3. Salat yang Terpelihara

Selanjutnya adalah harapan agar salat yang dikerjakan terpelihara. Yang perlu dipahami adalah Allah SWT tidak hanya memerintahkan salat, melainkan juga meminta kaum muslimin untuk memelihara dan menegakkannya.

Salat kaum muslimin harus lurus, tegak dan terpelihara. Dengan begitu, insyaAllah kita akan dijauhi dari perbuatan keji dan mungkar.

4. Ikhlas Mencari Ridha Allah SWT

Ikhlas mencari ridha Allah menjadi harapan penyempurna. Artinya, semua amal ibadah harus ditujukan semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah SWT.

Demikian bacaan doa kamilin dan bahasan terkaitnya. Semoga bermanfaat.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Tarawih dan Witir: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Salat Tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang biasa dilakukan pada bulan Ramadan. Selepas Tarawih, terdapat doa yang biasa dibaca oleh para ulama. Bagaimana bacaan doa Tarawih tersebut?

Ulama fikih Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina menjelaskan, salat Tarawih disunnahkan bagi laki-laki dan perempuan. Salat ini dikerjakan dua rakaat-dua rakaat setelah salat Isya sebelum mengerjakan Witir.

Batas pelaksanaan salat Tarawih hingga akhir malam. Ada sejumlah hadits tentang pensyariatan salat Tawarih. Berikut salah satunya.


“Sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam salat di masjid lalu para sahabat mengikuti salat beliau, kemudian pada malam berikutnya (malam kedua) Rasul salat lagi maka semakin banyak orang (yang mengikuti salat nabi), kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Namun, Rasulullah SAW keluar, lalu ketika pagi harinya beliau bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)

Doa yang dibaca setelah salat Tarawih biasa disebut doa kamilin. Dikutip dari Panduan Sholat untuk Perempuan karya Nurul Jazimah, berikut bacaan doa kamilin beserta artinya.

Bacaan Doa Tarawih

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i sayyidinâ Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalankan salat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang saleh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Pelaksanaan salat Tarawih disambung dengan salat Witir dengan rakaat ganjil, bisa satu atau tiga rakaat. Seperti salat Tarawih, ada juga bacaan doa setelah salat Witir. Berikut bacaan dan artinya dikutip dari Kumpulan Doa & Dzikir Ramadhan karya Ammi Nur Baits.

Bacaan Doa Witir

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Setelah Salat Tarawih, Bisa Dibaca Tiap Malam Ramadan


Jakarta

Selain menjalani kewajiban berpuasa, ada ibadah sunnah yang juga bernilai pahala besar, yakni tarawih. Setelah salat tarawih biasanya akan dilanjutkan dengan membaca doa.

Salat tarawih adalah salat sunnah yang istimewa karena hanya bisa dikerjakan pada malam-malam Ramadan.

Merangkum buku Fikih Salat Sunah oleh Ali Musthafa Siregar dan Dr. Nurhadi, salat tarawih adalah qiyamullail yang khusus dilaksanakan pada malam-malam bulan Ramadan.


Tarawih berasal dari bahasa Arab berbentuk jamak dari tarwiihah yang artinya istirahat, jadi tarawih artinya banyak istirahat.

Dari Siti ‘Aisyah, sesungguhnya Rasulullah SAW pada satu malam salat di mesjid, maka para sahabat mengikuti beliau salat. Kemudian beliau salat pada malam berikutnya, para sahabat yang ikut berjamaah menjadi semakin banyak. Selanjutnya pada malam ketiga atau keempat para sahabat berkumpul ternyata Rasulullah SAW tidak keluar menemui mereka. Keesokan harinya beliau berkata: “Aku mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam. Tidak ada yang menghalangiku keluar menemui kalian selain dari kekhawatiranku kalau-kalau salat itu diwajibkan atas kalian.”

Banyak keutamaan salat tarawih, salah satunya yakni diampuni dosa di masa lalu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (HR Bukhari, Muslim, dan lainnya).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَة

Artinya: “Barang siapa yang ikut melaksanakan sholat tarawih berjamaah bersama imam sampai selesai maka baginya akan dicatat seperti salat semalam penuh.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi).

Doa Setelah Salat Tarawih

Setelah salat tarawih, ada doa yang bisa dipanjatkan. Melansir laman NU Online, berikut bacaan doa setelah salat tarawih,

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab Latin: Allâhummaj’alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ’ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu’ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na’mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa ‘alâ sariirl karâmati qâ’idîn. Wa bi hûrun ‘in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha’âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka’sin min ma’în. Ma’al ladzîna an’amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj’alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su’adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya, “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Demikian bacaan doa setelah salat tarawih, bisa dibaca secara berjamaah ataupun sendiri ketika salat tarawih munfarid.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Kamilin Tarawih Lengkap Arab, Latin dan Waktu Membacanya


Jakarta

Doa kamilin Tarawih merupakan bacaan yang dipanjatkan ketika jeda memasuki salat witir. Nantinya, ada seorang bilal yang memimpin pembacaan doa kamilin diikuti para jemaah.

Mengutip buku Misteri Kedua Belah Tangan karya Badruddin Hasyim Subky, ulama Muhammad bin Muhammad Al-Maghribi dalam Kitab Jamul Fawaid-nya menyatakan bahwa doa kamilin disusun oleh para ulama salaf. Sebab, pada zaman Nabi Muhammad SAW tidak ada salat Tarawih, melainkan qiyam Ramadan.

KH Ahmad Zarkasih melalui buku Sejarah Tarawih mengatakan bahwa kata “tarawih” itu adalah bentuk plural (jamak) dari tarwiih. Tarwiih adalah bentuk mashdar (kata sifat/hasil kerja) dari kata kerja rawwaha-yurawwihu.


Dahulu, Rasulullah SAW menyebutnya bukan dengan istilah Tarawih, tapi dengan nama qiyam Ramadan, yakni penghidupan malam Ramadan. Maksudnya ibadah untuk menghidup malam-malam Ramadan.

Dalam buku Panduan Lengkap Ibadah oleh Muhammad Al-Baqir dikatakan bahwa istilah salat Tarawih baru dipakai sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Kala itu Umar RA adalah orang pertama kali mengumpulkan kaum muslim untuk mengerjakan tarawih yang dipimpin imam dengan berjamaah di masjid. Tindakan Umar RA ini kemudian diikuti oleh para khalifah selanjutnya, hingga umat Islam sampai sekarang.

Sementara itu, istilah kamilin diambil dari kalimat pertama dalam doa seusai salat Tarawih ini. Apabila diterjemahkan ke bahasa Indonesia, doa kamilin dapat disebut sebagai doa memohon kesempurnaan iman.

Dalam doa kamilin banyak permohonan yang dimaksudkan untuk meneguhkan iman seorang muslim. Mengutip buku Tutorial Shalat Bagi Jama’ah ‘Umrah & Haji yang disusun oleh H. Brilly El-Rasheed, berikut bacaan doa kamilin tarawih lengkap dengan artinya.

Doa Kamilin Tarawih Arab, Latin dan Artinya

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِي الْاٰخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْن، وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا، ذٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هٰذِهِ لَيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِه وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allâhummaj’alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfizhîn. Wa liz-zakâti fâ’ilî n. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu’ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na’mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta liwâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa alal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa minan nâri nâjîn. Wa ‘alâ sariirl karâmati qâ’idîn. Wa bi hûrun ‘in mutazawwijîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha’âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka’sin min ma’în. Ma’al ladzîna an’amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj’alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su’adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban-kewajiban, yang memelihara salat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat, yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra, yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan sahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Kapan Waktu Membaca Doa Kamilin?

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, doa kamilin dibaca ketika jeda Tarawih memasuki witir. Nantinya, doa dipimpin oleh seorang bilal dan diikuti oleh para jemaah.

Mengutip buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun oleh A R Shohibul Ulum, doa kamilin mengandung banyak harapan dan permintaan.

Isi Permohonan dalam Doa Kamilin

Merujuk pada sumber yang sama, setidaknya ada banyak permohonan yang terkandung dalam doa kamilin. Empat di antaranya sebagai berikut,

1. Kesempurnaan Iman

Cara meraih kesempurnaan iman dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang berlaku baik kepada istrinya.” (HR At-Tirmidzi)

Kandungan selanjutnya yang terdapat dalam doa kamilin ialah dapat menunaikan segala kewajiban. Hal ini dimaknai dengan bertakwa kepada Allah SWT dan menjauhi apa pun yang dilarang oleh-Nya.

3. Salat yang Terpelihara

Selanjutnya adalah harapan agar salat yang dikerjakan terpelihara. Diterangkan dalam sumber tersebut, hal yang perlu dipahami adalah Allah SWT tidak hanya memerintahkan salat, melainkan juga meminta kaum muslimin untuk memelihara dan menegakkannya.

Salat kaum muslimin harus lurus, tegak dan terpelihara. Dengan begitu, insyaallah kita akan dijauhi dari perbuatan keji dan mungkar.

4. Ikhlas Mencari Ridha Allah SWT

Ikhlas mencari ridha Allah menjadi harapan penyempurna. Artinya, semua amal ibadah harus ditujukan semata-mata hanya karena mengharap ridha Allah SWT.

Itulah bacaan doa kamilin Tarawih dan pembahasan terkaitnya. Jangan lupa dipanjatkan, ya!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Tarawih dan Witir Versi Pendek dan Lengkap


Jakarta

Salat Tarawih adalah salah satu ibadah sunah yang dilakukan di bulan Ramadan dan biasa diikuti dengan salat witir. Pada pelaksanaannya, terdapat doa Tarawih dan witir yang bisa dipanjatkan.

Salat Tarawih dilakukan setelah salat Isya dan dapat dilakukan sebanyak 8 rakaat atau 20 rakaat, lalu diikuti salat witir sebanyak 3 rakaat. Berikut kumpulan doa salat Tarawih dan witir yang bisa dipanjatkan.

Doa Tarawih Pendek

Dikutip dari buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar karya Neni Nuraeni, berikut doa setelah salat Tarawih versi pendek yang bisa dibaca.


اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَوَالِدَيْنَا وَعَنْ جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ والمُسْلِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allahumma inná nas-aluka ridhaka wal jannata wa na’ûdzu bika min sakhathika wan näri, Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anná wa walidaina wa ‘an jami’il muslimina wal muslimáti birahmatika yá arhamar rahimina.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau suka ampunan, maka ampunilah kami, dan ampunilah ibu bapak kami, serta semua kaum muslimin dan muslimat dengan kasih sayang-Mu, wahai Tuhan yang Maha Penyayang.”

Doa Tarawih Lengkap

Dinukil dari buku Doa-doa Mustajabah karya AbuQalbina, berikut bacaan doa setelah salat Tarawih atau biasa disebut doa kamilin.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i sayyidinâ Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalankan salat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang saleh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Doa di Antara Salat Tarawih

Hamidah Jauhary dalam bukunya Anak Rajin Puasa menjelaskan bahwa terdapat doa setelah setiap kali salam saat salat Tarawih, seperti yang dibaca Rasulullah SAW. Berikut doanya.

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma Innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanni

Artinya: “Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang memberi ampun dan Engkaulah Tuhan yang gemar memberi pengampunan, karena itu ampunilah kami.”

Doa Witir

Seperti salat Tarawih, salat witir juga dapat ditutup dengan membaca doa. Dinukil dari Buku Pintar Shalat karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, berikut bacaan doa setelah salat witir.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنَا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِينًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ السُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْعِنَاءَ عَنِ النَّاسِ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَحْشُعَنَا وَتَضَرُّ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيرَنَا يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا اللَّهُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Allaahumma innaa nas-aluka iimaanan daa-iman wanas-aluka qalban khaasyi’an wanas aluka ‘ilman naafi’an wa nas-aluka yaqiinan shaadiqan wa nas-aluka ‘amalan shaalihan wa nas-aluka diinan qayyiman wa nas-aluka khairan katsiiran wa nas-alukal ‘afwa wal’aafiyata wanas-aluka tamaamal ‘aafiyati wa nas-alukasy syukra ‘alal ‘aafiyati wa nas alukal ghinaa ‘aninnaasi, allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa allaahu yaa allaahu yaa allaahu yaa arhamar raahimiina wa shallallaahu ‘alaa khairi khalqihi muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iina wal hamdu lillaahi rabbil’aalamiina

Artinya: “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya kami memohon kepada-Mu iman yang langgeng, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, kami memohon kepada-Mu keyakinan yang benar, kami memohon kepada-Mu amal yang shaleh, kami memohon kepada-Mu agama yang lurus, kami memohon kepada-Mu kebaikan yang banyak, kami memohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kami memohon kepada-Mu kesehatan yang sempurna, kami memohon kepada-Mu bersyukur atas kesehatan, dan kami memohon kepada-Mu kecukupan dari semua manusia. Wahai Tuhanku! Tuhan kami, terimalah salat kami, puasa kami, rukuk kami, khusyuk kami, kerendahan kami, dan pengabdian kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami. Wahai Allah! Wahai Allah! Wahai Allah! Wahai Dzat Yang Maha Penyayang! Berilah kesejahteraan kepada sebaik- baik makhluk yakni Nabi Muhammad, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam”

Keutamaan Salat Tarawih dan Witir

Ahya A. Shobari dalam bukunya Kunci-kunci Surga menjelaskan bahwa keutamaan salat Tarawih yaitu dapat menjadi sebab ampunan dosa-dosa yang telah lalu. Hal tersebut sebagaimana diriwayatkan dalam salah satu hadits.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa beliau berkata, “Biasanya Rasulullah SAW memotivasi orang-orang untuk mengerjakan qiyam Ramadan, walaupun beliau tidak memerintahkannya dengan tegas. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang salat Tarawih karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan keutamaan dari salat witir, dinukil dari Buku Pintar Salat, Doa, dan Zikir Sesuai Tuntunan Rasulullah karya Darul Insan, yaitu salat witir lebih baik dari harta yang paling baik. Hal tersebut seperti dijelaskan dalam sebuah hadits.

Kharijah bin Khudzafah al-Adawi berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Mahamulia lagi Mahaperkasa telah membekali kalian dengan satu salat, di mana ia lebih baik bagi kalian daripada binatang yang paling bagus, yaitu salat witir. Dan Dia menjadikannya untuk kalian antara salat Isya sampai terbit fajar.” (HR Abu Dawud)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Kamilin Pendek dan Terjemahannya, Dibaca Saat Salat Tarawih


Jakarta

Tarawih adalah salat yang hanya dikerjakan di malam bulan Ramadan. Tarawih bisa dikerjakan sendiri maupun berjamaah.

Dilansir dari buku Pintar Shalat karya M. Khalilurrahman Al Mahfani inilah dalil mengenai keutamaan bulan Ramadan:

“Siapa saja yang melaksanakan qiyamu Ramadan (Salat tarawih) karena iman dan hanya mengaharap pahal dari Allah. Maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ” (HR. Jamaah dari Abu Hurairah).


Selain itu, biasanya ketika melaksanakan shalat tarawih berjamaah di masjid, ketika di sela-sela antara sesudah Tarawih dan sebelum Witir, imam atau bilal akan membacakan doa. Berikut ini doa kamilin pendek dan lengkap.

Doa Kamilin

Doa Kamilin Pendek

Dilansir dari buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar ditulis oleh Dra. Neni Nuraeni M.Ag berikut ini bacaan doa kamilin pendek.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَوَالِدَيْنَا وَعَنْ جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ والمُسْلِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allahumma inná nas-aluka ridhaka wal jannata wa na’ûdzu bika min sakhathika wan näri, Allahumma innaka ‘afuwwun karimun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anná wa walidaina wa ‘an jami’il muslimina wal muslimáti birahmatika yá arhamar rahimina.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keridhaan-Mu dan surga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau suka ampunan, maka ampunilah kami, dan ampunilah ibu bapak kami, serta semua kaum muslimin dan muslimat dengan kasih sayang-Mu, wahai Tuhan yang Maha Penyayang.”

Doa Kamilin Panjang

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Arab latin: “Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalankan sholat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang sholeh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Demikian bacaan doa kamilin pendek dan panjang, semoga detikers bisa mengamalkannya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com