Tag Archives: tasu

12 Amalan Sunnah di Bulan Muharram yang Bisa Dilakukan Siapa Saja


Jakarta

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan mulia yang diagungkan dalam Islam. Pada bulan ini, umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan mengisi waktu dengan amalan kebaikan. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

Arab latin: Inna ‘iddatasy-syuhūri ‘indallāhiṡnā ‘asyara syahran fī kitābillāhi yauma khalaqas-samāwāti wal-arḍa minhā arba’atun ḥurum(un), żālikad-dīnul-qayyim(u), falā taẓlimū fīhinna anfusakum wa qātilul-musyrikīna kāffatan kamā yuqātilūnakum kāffah(tan), wa’lamū annallāha ma’al-muttaqīn(a).


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Dalam ayat tersebut, bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang dimuliakan, di mana amal kebaikan sangat dianjurkan dan perbuatan maksiat sangat dilarang.

Amalan yang Dianjurkan pada Bulan Muharram

Mengacu pada buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa dikerjakan oleh siapa saja pada bulan Muharram. Berikut penjelasannya.

1. Berpuasa di Penghujung Bulan Dzulhijjah dan Awal Muharram

Amalan pertama yang dianjurkan adalah melaksanakan puasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram. Ibadah puasa ini menjadi kesempatan berharga untuk memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah lalu.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari terakhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama bulan Muharram, maka Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya, meskipun ia telah berdosa selama lima puluh tahun.” (HR. Ibnu Abbas)

2. Membaca Doa Akhir Tahun

Doa akhir tahun biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Ashar atau sebelum masuk waktu Maghrib. Momen ini menjadi waktu yang tepat bagi umat Muslim untuk memohon ampunan atas segala dosa dan kekhilafan yang telah dilakukan sepanjang tahun.

Berikut bacaan doa akhir tahun yang diambil dari buku Majmu’ Ad-Da’awaat: Kumpulan Doa-Doa Pilihan karya Ust. Risky Aviv Nugroho, M.Pd.

اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Arab latin: Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da’autanî ilat taubati min ba’di jarâ’atî ‘alâ ma’shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa’attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha’ rajâ’î minka yâ karîm.

Artinya: Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.

3. Membaca Doa Awal Tahun

Setelah membaca doa akhir tahun, dianjurkan pula untuk membaca doa awal bulan Muharram. Doa ini dibaca setelah shalat Maghrib sebanyak tiga kali pada malam 1 Muharram.

Beberapa ulama menyampaikan bahwa siapa yang membaca doa ini sebanyak tiga kali setelah shalat Rawatib ba’diyah Maghrib, maka Allah SWT akan mengutus dua malaikat untuk melindunginya dari tipu daya dan godaan setan selama satu tahun ke depan.

Pelaksanaan doa ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti membaca doa secara langsung setelah shalat, mendahuluinya dengan shalat sunnah dua rakaat, melaksanakan sujud syukur terlebih dahulu, atau mengamalkannya selama sepuluh hari berturut-turut.
Berikut bacaan doa awal tahun yang dianjurkan:

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Arab latin: Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa ‘alâ fadhlikal ‘azhîmi wa karîmi jûdikal mu’awwal. Hâdzâ ‘âmun jadîdun qad aqbal. As’alukal ‘ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ’ih, wal ‘auna ‘alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû’I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya: Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

4. Menghidupkan Malam Pertama Bulan Muharram dengan Qiyamul Lail

Pada malam pertama bulan Muharram, dianjurkan untuk mengisi waktu dengan berbagai ibadah, di antaranya:

  • Memperbanyak membaca Al-Qur’an.
  • Memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.
  • Mengerjakan shalat sunnah seperti shalat Hajat, Tahajjud, Taubat, dan shalat sunnah lainnya.
  • Melaksanakan shalat sunnah seratus rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas pada setiap rakaat.
  • Mengerjakan shalat sunnah dua rakaat; pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Al-An’am, serta pada rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Yasin.
  • Melaksanakan shalat sunnah dua rakaat, dengan membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 11 kali di setiap rakaat.

5. Amalan setelah Shalat Subuh

Selain amalan-amalan di atas, sebagian ulama juga menganjurkan amalan khusus setelah shalat Subuh di bulan Muharram. Siapa saja yang membaca basmalah sebanyak 360 kali dan ayat kursi sebanyak 360 kali setelah shalat Subuh, insya Allah akan diberikan kelapangan rezeki, dilindungi dari berbagai musibah, serta diberi keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

6. Berpuasa di Hari Pertama Bulan Muharram

Selain berpuasa di akhir Dzulhijjah, puasa di hari pertama bulan Muharram juga memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram, termasuk hari pertamanya. Amalan ini menjadi kesempatan untuk mengisi awal tahun dengan amalan puasa yang dicintai Allah SWT.

7. Puasa Tasu’ah

Puasa Tasu’ah adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, beliau menceritakan bahwa para sahabat berkata,

“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.” Lalu Rasulullah SAW bersabda:

“Tahun depan, insya Allah, kita akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)

Namun, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa tahun berikutnya belum sempat tiba, Rasulullah SAW telah wafat.

Berikut adalah niat puasa Tasu’ah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma tasu’aa sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.

8. Puasa Asyura

Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Keutamaan puasa ini disebutkan dalam beberapa hadits, salah satunya hadits dari Ibnu Abbas RA yang meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah SWT akan memberinya pahala seperti 10.000 malaikat. Barang siapa berpuasa pada hari Asyura, maka ia mendapatkan pahala seperti 10.000 orang yang berhaji dan berumrah, serta pahala seperti 10.000 orang yang mati syahid.

Barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari itu, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya satu tingkat untuk setiap helai rambut yang disentuhnya. Barang siapa memberi makan orang mukmin yang berbuka puasa pada hari Asyura, maka seolah-olah ia telah memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang sedang berbuka dan mengenyangkan mereka.” (HR. Ibnu Abbas)

Berikut adalah niat puasa Asyura:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ سُنَّةً لِلَِّهِ تَعَالَى

Arab latin: Nawaitu shauma ‘aasyuraa sunnatan lillâhi ta’âlâ

Artinya: Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.

9. Amalan Kebaikan pada Hari Asyura

Sebagian ulama menyampaikan bahwa terdapat banyak amalan yang dianjurkan pada hari Asyura. Amalan-amalan ini diyakini memiliki keutamaan dan pahala besar bagi yang mengerjakannya, di antaranya:

  • Mengusap kepala anak yatim.
  • Memuliakan dan membantu fakir miskin.
  • Memberikan ilmu atau manfaat kepada orang lain, seperti membantu menunjukkan jalan kepada yang tersesat.
  • Bersedekah.
  • Melapangkan rezeki dan memberikan hadiah kepada anak serta istri.
  • Melaksanakan mandi sunnah.
  • Menggunakan celak (bercelak).
  • Menjamu orang yang berbuka puasa.
  • Memperbanyak shalat sunnah empat rakaat.
  • Memperbanyak bacaan: Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir.
  • Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak 1000 kali.
  • Mengerjakan shalat Tasbih.
  • Menjalin silaturahmi dengan siapa saja, baik keluarga, kerabat dekat, tetangga, maupun para ulama.

10. Membaca Doa Asyura

Doa Asyura biasanya dibaca setelah melaksanakan shalat Maghrib. Beberapa ulama menjelaskan bahwa doa ini dapat dibaca secara langsung. Namun, ada juga anjuran untuk mendahuluinya dengan melaksanakan shalat sunnah terlebih dahulu sebanyak empat rakaat, dengan dua salam.

Pada setiap rakaat, dianjurkan membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak 50 kali. Setelah menyelesaikan shalat sunnah tersebut, barulah dilanjutkan dengan membaca Doa Asyura.

Doa Asyura ini dapat dibaca sebanyak 7 kali, namun akan lebih utama jika dibaca sebanyak 70 kali. Berikut adalah bacaan Doa Asyura:

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ. سُبْحَانَ اللهِ مِلْءَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوِتْرِ. وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا نَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ وَهُوَحَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Arab Latin: Hasbunallaah wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Subhaanallaahi mil-al miizaani wa muntahal ‘ilmi wa mablaghar ridhaa wazinatal ‘arsyi. Laa malja-a minallaahi illaa ilaihi subhaanallaahi ‘adadasy syaf’i wal witir. Wa ‘adada kalimatillaahit taammaati kullaha, nas-alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. Walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiim. Wahuwa hasbunaa wani’mal wakil, ni’mal maulaa wani’man nashiir. Washallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii wasallam.

Artinya: Cukuplah Allah yang menjadi penolong dan kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Maha Suci Allah sepenuh mizan (timbangan), setinggi ilmu, sebanyak keridhaan, dan setimbang ‘Arsy. Tiada tempat untuk menyelamatkan diri, dan tiada tempat untuk bersandar, melainkan kepada Allah. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, dan sebanyak kalimat yang sempurna kesemuanya. Saya memohon keselamatan kepada-Mu dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan, tiada daya dan kekuatan, melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Cukuplah Allah yang memeliharaku, tempatku berpegang, dan sebaik-baiknya Pemberi pertolongan. Semoga Allah memberikan rahmat atas nabi kita, penghulu kami, Muhammad. Kemudian, juga kepada keluarga dan para sahabat nabi kesemuanya.

11. Puasa Tanggal 11 Muharram

Selain puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, sebagian ulama juga menganjurkan berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan beberapa ulama lainnya untuk membedakan puasa umat Islam dengan puasa kaum Yahudi.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah kaum Yahudi, yaitu dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.” (HR. Ahmad)

12. Puasa Ayyamul Bidh pada Tanggal 13, 14, dan 15 Muharram

Puasa yang dianjurkan pada pertengahan bulan Muharram dikenal sebagai puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa ini merupakan amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan dan menjadi bagian dari ibadah yang disarankan untuk rutin dilakukan setiap bulan dalam kalender Hijriah.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Checklist Ibadah Keluarga Selama Bulan Muharram


Jakarta

Bulan Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam. Pada bulan ini, kaum muslim dianjurkan memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi perbuatan maksiat.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah ayat 36:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.

Karena kemuliaannya, bulan Muharram menjadi momentum istimewa untuk menghidupkan berbagai ibadah.

Selain beribadah secara pribadi, menjalankan ibadah bersama keluarga memiliki keutamaan tersendiri. Kebersamaan dalam beribadah mempererat hubungan antaranggota keluarga, menciptakan suasana rumah yang lebih harmonis, serta menumbuhkan semangat beribadah, khususnya pada anak-anak. Rasulullah SAW pun mencontohkan banyak ibadah yang dilakukan bersama keluarga sebagai sarana pendidikan dan penanaman nilai-nilai kebaikan.

Mengacu pada buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustadz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, berikut adalah checklist ibadah yang dapat dijalankan bersama keluarga selama bulan Muharram:

Checklist Ibadah Bersama Keluarga pada Bulan Muharram

1. Puasa di Penghujung Dzulhijjah dan Awal Muharram

Puasa pada hari terakhir Dzulhijjah dan hari pertama Muharram dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang berpuasa pada kedua hari ini akan diampuni dosanya, meskipun dosanya sebanyak dosa lima puluh tahun. Namun, hadits ini dinilai lemah.

Melaksanakan puasa bersama keluarga tidak hanya menambah semangat, tetapi juga menanamkan nilai kesabaran dan kebersamaan.

2. Membaca Doa Akhir Tahun

Pada sore hari terakhir bulan Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan membaca doa akhir tahun. Doa ini memohon ampunan atas kesalahan dan dosa yang dilakukan selama setahun penuh. Membaca doa secara bersama-sama dengan keluarga menjadi momen refleksi bersama dan memperkuat ikatan spiritual dalam rumah tangga.

3. Membaca Doa Awal Tahun

Saat memasuki malam 1 Muharram, umat Islam dianjurkan membaca doa awal tahun sebanyak tiga kali. Terdapat riwayat bahwa Allah akan mengutus malaikat untuk menjaga orang yang membaca doa ini dari gangguan setan sepanjang tahun. Membaca doa bersama keluarga menumbuhkan semangat mengawali tahun baru Hijriah dengan penuh harapan dan tekad menjadi pribadi yang lebih baik.

4. Menghidupkan Malam Pertama Muharram

Malam pertama bulan Muharram termasuk malam yang mulia. Beberapa amalan yang bisa dilakukan bersama keluarga antara lain:

  • Membaca Al-Qur’an
  • Berdzikir bersama
  • Mengerjakan salat sunnah seperti Tahajud, Hajat, dan Taubat
  • Salat sunnah seratus rakaat, meskipun tidak wajib dilakukan bagi yang merasa berat
  • Salat sunnah dua rakaat dengan bacaan khusus seperti surat Al-An’am atau Yasin

Kegiatan ini sekaligus menjadi sarana mendidik anak-anak untuk mencintai ibadah malam sejak usia dini.

5. Dzikir setelah Salat Subuh

Sebagian ulama menganjurkan membaca basmalah dan Ayat Kursi masing-masing 360 kali setelah Subuh di bulan Muharram. Jika dilakukan bersama keluarga, bacaan bisa dibagi, sehingga terasa lebih ringan. Amalan ini diyakini membuka pintu rezeki dan melindungi dari berbagai mara bahaya.

6. Puasa Hari Pertama Muharram

Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah, yaitu Muharram.” Melaksanakan puasa di awal Muharram dapat menjadi awal yang baik dalam memulai tahun baru hijriah bersama keluarga.

7. Puasa Tasu’a (9 Muharram)

Tanggal 9 Muharram dikenal dengan puasa Tasu’a. Rasulullah SAW ingin berpuasa pada hari tersebut agar berbeda dari kebiasaan kaum Yahudi. Puasa ini bisa dijadikan kebiasaan baik bersama keluarga untuk meneladani sunnah Nabi.

8. Puasa Asyura (10 Muharram)

Puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram memiliki banyak keutamaan. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa orang yang berpuasa di hari Asyura akan mendapatkan pahala yang sangat besar, bahkan setara dengan pahala para malaikat, haji, umrah, dan para syuhada.

9. Mengerjakan Amalan di Hari Asyura

Selain berpuasa, amalan lainnya yang dianjurkan di hari Asyura antara lain:

  • Mengusap kepala anak yatim
  • Bersedekah
  • Memberi makan orang yang berbuka
  • Menjalin silaturahmi
  • Membaca surat Al-Ikhlas sebanyak seribu kali
  • Mengajak keluarga melakukan amalan-amalan ini menjadi sarana menanamkan nilai kepedulian dan solidaritas sosial.

10. Membaca Doa Asyura

Doa Asyura dianjurkan dibaca setelah Maghrib pada tanggal 10 Muharram. Doa ini bisa dibaca minimal tujuh kali, atau lebih utama dibaca hingga tujuh puluh kali. Membaca doa bersama keluarga menumbuhkan kekhusyukan dan rasa kebersamaan dalam berdoa kepada Allah SWT.

11. Puasa Tanggal 11 Muharram

Beberapa ulama, termasuk Ibnu Qayyim, menganjurkan puasa pada tanggal 11 Muharram agar berbeda dengan kebiasaan kaum Yahudi. Puasa ini dapat menjadi amalan bersama keluarga yang memperkuat tekad menjalankan sunnah Rasulullah SAW.

12. Puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 Muharram)

Selain Asyura, umat Islam juga dianjurkan berpuasa pada tanggal 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa Ayyamul Bidh adalah salah satu puasa sunnah yang memiliki keutamaan besar. Melakukannya bersama keluarga bisa menjadi latihan disiplin spiritual sekaligus sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keutamaan Beribadah Bersama Keluarga

Menjalankan ibadah bersama keluarga bukan sekadar melaksanakan ritual agama, tetapi juga memiliki banyak keutamaan, di antaranya:

  • Memperkuat ikatan emosional dan spiritual dalam rumah tangga
  • Menjadi sarana saling mengingatkan dalam kebaikan
  • Menanamkan nilai-nilai agama sejak dini kepada anak-anak
  • Menciptakan suasana rumah yang penuh berkah dan ketenangan
  • Membiasakan kebersamaan dalam melakukan kebaikan

Rumah yang di dalamnya dipenuhi lantunan doa, bacaan Al-Qur’an, dan aktivitas ibadah akan menjadi rumah yang tenteram dan dirindukan para penghuninya. Bulan Muharram menjadi momen yang tepat untuk memulai kebiasaan baik ini.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Hari Asyura dan Tasu’a: Mana yang Lebih Utama?


Jakarta

Bulan Muharram merupakan bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di dalamnya terdapat dua hari penting yang dianjurkan untuk berpuasa: Hari Tasu’a (9 Muharram) dan Hari Asyura (10 Muharram).

Namun sering muncul pertanyaan di kalangan umat Islam: mana yang lebih utama, puasa Tasua atau Asyura?

Berikut penjelasan lengkap mengenai keutamaan keduanya berdasarkan hadits Nabi, penjelasan ulama, hingga manfaatnya bagi kesehatan.


Muharram: Bulan Mulia untuk Berpuasa

Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan Muharram sebagai puasa terbaik setelah Ramadan, dalam sebuah hadits sahih disebutkan:

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR Muslim)

Di antara amalan puasa di bulan Muharram, puasa Tasu’a (9 Muharram) dan Asyura (10 Muharram) menjadi ibadah yang sangat dianjurkan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW secara langsung menganjurkan puasa ini:

“Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10.” (HR Al Khallal dengan sanad yang bagus dan dipakai hujjah oleh Ahmad)

Inilah dasar mengapa puasa Tasua dan Asyura memiliki keutamaan tinggi. Lalu, apa saja keutamaan dari kedua puasa ini dan adakah di antara keduanya yang lebih utama? Mari kita telusuri lebih jauh.

Keutamaan Hari Tasu’a dan Asyura dalam Syariat Islam

Dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari karya Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El Sutha, disebutkan beberapa keutamaan hari Tasu’a dan Asyura. Bagi yang berpuasa di hari tersebut, mereka akan mendapatkan keuntungan yang luar biasa sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah SAW. Berikut penjelasannya.

1. Penghapus Dosa Setahun Lalu

Salah satu keutamaan paling signifikan dari puasa Asyura adalah kemampuannya menghapus dosa setahun yang lalu. Ini menunjukkan betapa besar rahmat Allah SWT bagi hamba-Nya yang berpuasa di hari Asyura, Rasulullah SAW bersabda:

“Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim)

2. Puasa Terbaik Kedua Setelah Ramadan

Bulan Muharram secara keseluruhan merupakan bulan terbaik untuk berpuasa setelah Ramadan. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai ibadah puasa yang dikerjakan di bulan Muharram, termasuk puasa Tasu’a dan Asyura.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW pernah ditanya: “Salat manakah yang lebih utama setelah salat fardhu?”, kemudian Rasulullah menjawab, “Yaitu salat di tengah malam.” Lalu ada lagi yang bertanya kepadanya, “Puasa manakah yang lebih utama setelah puasa Ramadhan?”, dan Rasulullah bersabda, “Puasa pada bulan Allah yang kamu namakan bulan Muharram.” (HR Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)

3. Pahala Setara 10 Ribu Orang Berhaji

Dalam kitab Fadha ‘Ilul Quqat (Edisi Indonesia) karya Imam Baihaqi, salah satu keutamaan puasa Asyura adalah mendapatkan pahala yang setara dengan ibadah haji. Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Asyura, ditulis untuknya pahala ibadah enam puluh tahun termasuk di dalamnya ibadah puasa dan salatnya; barangsiapa berpuasa pada hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu malaikat; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala yang setara dengan pahala seribu orang yang haji dan umrah; barangsiapa berpuasa di hari Asyura akan diberi pahala sepuluh ribu mati syahid; barangsiapa berpuasa Asyura sesungguhnya ia seperti orang yang memberi makan seluruh orang fakir dari umat Muhammad SAW dan membuat mereka semua kenyang; barangsiapa membelai anak yatim dengan tangannya pada hari Asyura, maka akan diberikan untuknya untuk setiap rambut satu derajat di surga.”

4. Pembeda dengan Bangsa Yahudi

Pelaksanaan puasa Tasu’a pada tanggal 9 Muharram memiliki makna penting sebagai pembeda dari bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi berpuasa hanya pada hari Asyura (10 Muharram) sebagai bentuk syukur atas kemenangan Nabi Musa AS atas Firaun. Dengan berpuasa Tasu’a bersama Asyura, umat Muslim menunjukkan identitasnya dan membedakan diri dari mereka. Dari Ibnu Abbas RA:

“Nabi SAW datang di Madinah, tiba-tiba beliau mendapati orang-orang Yahudi pada berpuasa Asyura (10 Muharram). Mereka berkata, ‘Ini adalah hari kemenangan Musa terhadap Firaun.’ Lalu Nabi SAW bersabda kepada sahabat-sahabatnya, ‘Kamu adalah lebih berhak atas Musa daripada mereka, oleh sebab itu berpuasalah’!” (HR Bukhari)

Mana yang Lebih Utama: Tasu’a atau Asyura?

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura (10 Muharram) memiliki keutamaan yang lebih besar dalam hal penghapusan dosa dan pahala yang berlipat ganda. Namun, puasa Tasu’a (9 Muharram) memiliki peran penting sebagai pelengkap dan pembeda dari praktik Yahudi.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menggabungkan keduanya, yaitu berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, untuk mendapatkan seluruh keutamaan dan manfaatnya. Ini sesuai dengan sunah Nabi Muhammad SAW yang ingin berpuasa pada kedua hari tersebut jika beliau masih hidup hingga tahun depan.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com