Tag Archives: tata cara ibadah

Cara Berdoa di Multazam yang Dikenal Mustajab dan Bacaannya


Jakarta

Salah satu ibadah yang dilakukan ketika beribadah di Tanah Suci yaitu berdoa di Multazam. Ketika berdoa di tempat tersebut, umat Islam perlu memperhatikan cara berdoa di Multazam agar mendapat keutamaannya.

Mengutip buku Bimbingan Lengkap Haji dan Umrah karya Syukron Maksum, Multazam berasal dari kata lazim yang berarti harus. Multazam adalah tempat di mana Allah SWT mengharuskan atas diri-Nya untuk menerima permohonan setiap orang yang tulus kepada-Nya.

Multazam adalah dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Jemaah haji ataupun umrah bisa berdoa di Multazam setelah selesai melakukan tawaf.


Cara Berdoa di Multazam

Menukil buku Panduan Beribadah Khusus Pria karya Syaikh Hasan Muhammad Ayyub, cara berdoa di Multazam dilakukan dengan meletakkan dada, perut, dan pipi kanan pada tembok Baitullah. Seorang muslim yang berdoa di Multazam juga hendaknya membentangkan kedua tangannya pada tembok.

Posisi tangan ketika berdoa di Multazam yaitu tangan kanan menghadap pintu Ka’bah dan tangan kiri menghadap Hajar Aswad. Hal ini berdasarkan keterangan Rasulullah SAW dalam hadits dhaif, bahwa beliau mendatangi Multazam dengan cara tersebut.

Cara ini juga dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seperti dikutip Ahmad Mustafa Mutawalli dalam Syama’il Rasulullah, “Apabila seseorang berada di Multazam yang berada di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah maka hendaklah ia meletakkan dada, wajah, lengan, dan kedua telapak tangan padanya, kemudian berdoa dan memohon kebutuhannya kepada Allah, sebelum tawaf wada’. Berdoa di Multazam sama baiknya dengan pada saat tawaf wada’ atau lainnya.”

Bacaan Doa di Multazam

Dinukil dari kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha, doa yang disunahkan untuk dibaca ketika berada di Multazam yaitu sebagai berikut.

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَكَ وَيُكَافِي مَزِيدَكَ أَحْمَدُكَ بِجَمِيعِ مَحَامِدِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ عَلَى جَمِيعِ نِعَمِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ اللَّهُمَّ أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وأَعِذْنِي مِنْ كُلِّ سُوءٍ وَقَنَعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي وَبَارِكْ لِي فِيهِ، اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَكْرَمِ وَفْدِكَ عَلَيْكَ وَأَلْزِمْنِي سَبِيْلَ الْاسْتِقَامَةِ حَتَّى أَلْقَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِينَ

Allahumma lakal hamdu hamday yuwaafi ni’amika wa yukaafiu maziidak, ahmaduka bi jamii-i mahaamidika maa ‘alimtu minhaa wa maa lam a’lam ‘alaa jamii-i ni’amika maa ‘alimtu minhaa wa maa lam a’lam wa ‘alaa kulli haal, allaahumma shalli wa sallim ‘alaa muhammadin wa’alaa aali muhammad, allaahumma a’idznii minasy syaithaanir rajiim, wa ‘aid- znii min kulli suu’, wa qanni’nii bi maa razaqtanii wa baarik lii fiih. Allaa- hummaj ‘alnii min akrami wafdika ‘alaika, wa alzimnii sabiilal istiqaamati hattaa alqaaka yaa rabbal ‘aalamiin.

Artinya: “Ya Allah, Segala puji bagi-Mu, dengan pujian yang menyampaikan pada kenikmatan-Mu dan menepati tambahan kenikmatan itu. Aku memuji-Mu dengan semua pujian baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui atas seluruh kenikmatan-Mu baik yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui, atas segala keadaan. Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Ya Allah, lindungilah aku dari setan-setan yang terkutuk, dan lindungilah aku dari segala keburukan dan jadikanlah aku qanaah menerima apa yang Engkau berikan dan berkahilah di dalamnya untukku. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang mulia yang Engkau utus, dan tetapkanlah istikamah sampai aku bertemu kepada-Mu, wahai Tuhan pemilik seluruh alam.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Itidal dan Artinya, Dibaca Berapa Kali?


Jakarta

Itidal adalah salah satu gerakan dalam salat yang menjadi rukun salat. Ketika melakukannya, terdapat doa itidal yang dapat dibaca.

Mengutip buku Ritual Shalat Rasulullah SAW Menurut 4 Mazhab karya Isnan Ansory, itidal adalah gerakan bangun dari ruku’ dengan berdiri tegak. Adapun secara bahasa, itidal bermakna istiqamah (lurus) dan istiwa’ (tegak lurus).

Para ulama sepakat bahwa itidal adalah gerakan yang disyariatkan dalam salat. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Abu Humaid as-Sa’idi RA. Ia berkata,


“Bila Rasulullah SAW mengangkat kepalanya, beliau berdiri tegak hingga tulang-tulang punggungnya kembali ke tempatnya.” (HR Bukhari)

Bacaan Doa Itidal Sesuai Sunah

Menukil Ensiklopedia Hadits Ibadah Bersuci dan Shalat Wajib karya Syamsul Rijal Hamid, terdapat beberapa hadits yang menjelaskan bacaan doa itidal sesuai ajaran Rasulullah SAW.

Doa Itidal 1

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

Rabbana lakal hamdu.

Artinya: “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.”

Doa itidal ini bersandar pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah RA,

“Apabila imam mengucapkan, ‘Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang-orang yang yang memuji-Nya)’, maka katakanlah, ‘Rabbana lakal hamdu (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji)’. Sebab barang siapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, ia akan diampuni dari segala dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa Itidal 2

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Rabbana lakal hamdu mil-ussamaawaati, wa mil-ul ardhi, wa mil-umaa syi’ta min syai-in ba’du.

Artinya: “Wahai Tuhan kami. Bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu.”

Doa itidal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Ibnu Abu Awfa RA. Ia mengatakan,

“Jika Rasulullah SAW bangkit dari ruku’, beliau membaca, ‘Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-Nya). Rabbana lakal hamdu mil-ussamaawaati, wa mil-ul ardhi, wa mil-umaa syi’ta min syai-in ba’du (Wahai Tuhan kami. Bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudah itu)’.” (HR Muslim)

Doa Itidal 3

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Rabbana wa lakal hamdu hamdan katsiira thayyiban mubaarakan fiih.

Artinya: “Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang banyak, baik, dan mengandung berkah.”

Doa ini bersandar pada kisah yang diriwayatkan Rifa’ah bin Rafi’ Az-Zuraqiy RA. Ia berkata bahwa ia sering salat di belakang Rasulullah SAW. Ketika mengangkat kepala dari ruku’, Rasulullah SAW mengucapkan, “Sami’allaahu liman hamidah (Allah mendengar orang yang memuji-Nya).”

Lalu, seorang jemaah yang berada di belakang beliau mengucapkan, “Rabbana wa lakal hamdu hamdan katsiira thayyiban mubaarakan fiih (Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji yang banyak, baik, dan mengandung berkah).”

Usai salat, Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah orang yang mengucapkan kalimat tadi?”

“Aku,” seorang jemaah mengakui.

Rasulullah SAW pun bersabda, “Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat yang berebut mencatatnya.” (HR Malik, Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i)

Doa itidal dibaca satu kali, berbeda dengan doa rukuk dan sujud yang menurut hadits ada yang dibaca tiga kali.

Tata Cara Itidal

Berdiri Tegak

Menukil buku Panduan Shalat Rasulullah karya Imam Abu Wafa, itidal dilakukan dengan berdiri tegak setelah bangun dari ruku’. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda,

“Kemudian bangunlah (dari ruku’) hingga berdiri tegak.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad)

Bersedekap atau Tidak Bersedekap

Terdapat perbedaan pendapat di antara ulama mengenai hal ini. Ulama yang menyunahkan untuk bersedekap ketika itidal bersandar pada sebuah hadits.

“Orang-orang diperintahkan agar meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri di dalam salat.” (HR Bukhari)

Adapun ulama yang tidak menyunahkan untuk bersedekap bersandar pada tidak adanya nash khusus mengenai hal ini.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Iftitah Lengkap dengan Latin, Arti dan Keutamaannya


Jakarta

Doa iftitah adalah doa yang dibaca pada awal sholat, tepatnya setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surah Al-Fatihah. Ada beberapa macam bacaan doa iftitah.

Imam an-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar yang diterjemahkan Abu Firly Bassam Taqiy menjelaskan, membaca doa iftitah dalam sholat hukumnya sunnah bukan kewajiban. Sehingga jika seorang muslim meninggalkannya, sholatnya tetap sah tanpa perlu sujud sahwi.

Meskipun demikian, banyak yang menganggap penting untuk mengamalkan doa ini karena besarnya keutamaan yang terkandung.


Seandainya doa iftitah tertinggal pada rakaat pertama, baik karena lupa atau sengaja, ia tidak bisa dibaca pada rakaat berikutnya. Hal ini dikarenakan waktunya telah habis, dan mengerjakannya setelah itu akan menjadi makruh. Meskipun demikian, sholat yang dilakukan tetap sah.

Sebagai makmum yang telat melaksanakan sholatnya dan menjumpai imam pada salah satu rakaat, seorang muslim boleh mengerjakan doa iftitah jika ia merasa tidak akan melewatkan bacaan surah Al-Fatihah. Jika khawatir tertinggal, sebaiknya membaca Al-Fatihah karena hukumnya wajib, sedangkan doa iftitah hanya sunnah.

Bacaan Doa Iftitah Lengkap: Arab, Latin dan Artinya

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيراً، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيراً، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفاً مُسْلِمِاً وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Allāhu Akbaru Kabīrā, wal-ḥamdu Lillāhi Kathīrā, wa subḥāna Allāhi bukratan wa asīlā, wajjahtu wajhīya lilladhī faṭara as-samāwāti wal-arḍa ḥanīfāan musliman wamā anā mina al-mushrikīn, inna ṣalātī wa nusukī wa maḥyāya wamamātī Lillāhi rabbil-‘ālamīn, lā sharīka lahu wabi-dhālika umirtu wa anā mina al-muslimīn.

Artinya: “Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, dan segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pagi dan petang. Aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi dengan meluruskan ketaatan kepada-Nya dan berserah diri, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, semua ibadahku, hidup dan matiku hanyalah bagi Allah, Rabb semesta alam; tiada sekutu bagi-Nya. Dan dengan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah termasuk orang-orang yang muslim.”

Doa iftitah ini adalah doa iftitah yang sering dibaca oleh umat Islam saat melaksanakan sholat. Namun, untuk versi lengkapnya, dapat melanjutkan dengan membaca doa berikut ini.

، اللَّهُمَّ أَنْتَ المَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعاً، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُالذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ والخَيْرُ كُلَّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

Allahumma Anta al-Malik, la ilaha illa Anta, Anta rabbi wa ana abduka, zhalamtu nafsi wa i’tarafhtu bidhambi, faghfir li dhunubi jami’an, fa’innahu la yaghfiru adhdhunuba illa Anta, wahdini li ahsani al-akhlaqi la yahdi li ahsaniha illa Anta, wa asrif ‘anni sayyi’aha la yasrifu sayyi’aha illa Anta, labbaik wa sa’daik wal-khayru kulluhu fi yadika, wal-sharru laysa ilayk, ana bika wa ilayk, tabarakta wa ta’alayt, astaghfiruka wa atubu ilayk.

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan selain Engkau. Engkau adalah Rabbku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah berbuat aniaya terhadap diriku sendiri dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah segala dosaku; tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik, tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepada akhlak yang paling baik kecuali Engkau, dan palingkanlah diriku dari akhlak yang buruk, tiada seorang pun yang dapat memalingkan dari akhlak yang buruk kecuali Engkau. Aku penuhi seruan-Mu dan aku merasa bahagia dengan menjatahkan seruan-Mu. Semua kebaikan berada di tangan kekuasaan-Mu, dan kejahatan itu bukan bersumber dari-Mu, aku memohon pertolongan kepada-Mu dan berserah diri kepada-Mu, Maha Agung lagi Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan bertobat kepada-Mu.”

Selain itu, ada juga bacaan doa iftitah dengan lafaz berikut,

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقْنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

Allahumma ba’id bayni wa bayna khatayaya kama ba’adta baynal-mashriqi wal-maghrib. Allahumma naqni min khatayaya kama yunakka at-thawbul-abyadu minad-danas. Allahumma ighsilni min khatayaya bith-thalji wal-ma’i wal-barradi.

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan dosa-dosaku, sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotorannya. Ya Allah, cucilah diriku dari dosa-dosaku dengan salju, air, dan embun.”

Keutamaan Membaca Doa Iftitah

Doa iftitah memiliki banyak keutamaan. Berikut beberapa keutamaan doa uftitah dikutip dari buku Kutemukan Engkau dalam Tahajjudku karya Muhammad Ainur Rasyid dan arsip detikHikmah.

1. Pintu Langit Dibuka

Salah satu keutamaan doa iftitah yang paling dikenal adalah dibukanya pintu-pintu langit saat doa ini dibaca. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW sangat mengagumi bacaan ini karena dengan membaca doa iftitah, pintu-pintu langit dibuka. “Sungguh aku sangat kagum dengan ucapan tadi sebab pintu-pintu langit dibuka karena kalimat itu.” (HR Muslim)

2. Bacaan yang Disukai Nabi Muhammad SAW

Doa iftitah adalah doa yang sangat disukai Rasulullah SAW, bahkan menjadi bacaan utama beliau ketika memulai sholat malam. Aisyah RA mengisahkan bahwa setiap kali Rasulullah SAW bangun malam untuk sholat, beliau selalu memulai dengan doa iftitah.

3. Pujian kepada Allah SWT

Doa iftitah dimulai dengan pujian-pujian untuk Allah SWT. Dengan memulai sholat menggunakan doa ini, seorang muslim mengagungkan dan menyucikan Allah SWT.

4. Penyerahan Total kepada Allah SWT

Doa iftitah juga mengandung komitmen untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Ketika kita mengucapkan kalimat “wamaa ana minal musyrikin” (dan aku tidak termasuk orang-orang yang mempersekutukan-Nya), kita menegaskan bahwa hanya kepada-Nya lah kita menyerahkan segala urusan, menjauhkan diri dari syirik dan keyakinan yang salah.

5. Komitmen untuk Tidak Menyekutukan Allah SWT

Selain penyerahan diri, doa ini juga mengingatkan akan komitmen untuk tidak menyekutukan Allah SWT. Dengan kalimat “laa syariika lahu” (tidak ada sekutu bagi-Nya), menunjukkan keyakinan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dan berjanji untuk tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com