Tag Archives: tata cara sholat

Tata Cara Sholat Berjamaah di Kendaraan saat Bepergian


Jakarta

Islam adalah agama yang memudahkan, terutama dalam hal ibadah bagi mereka yang mengalami kesulitan atau kondisi darurat. Salah satu bentuk kemudahan itu adalah dibolehkannya melaksanakan sholat saat dalam perjalanan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 78,

“Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan kesulitan untukmu dalam agama.”

Ayat ini menjadi landasan bahwa dalam kondisi tertentu seperti bepergian, umat Islam diberi keringanan dalam menjalankan ibadah, termasuk sholat. Ketika seseorang tidak bisa turun dari kendaraan atau tidak ada tempat sholat yang memadai, maka sholat tetap dapat dilaksanakan di dalam kendaraan, baik secara sendiri maupun berjamaah, dengan beberapa penyesuaian.


Tata Cara Sholat di Kendaraan

Dalam buku Fiqih karya Hasbiyallah, disebutkan bahwa sholat saat bepergian tergolong dalam keadaan darurat (rukhsah), sehingga pelaksanaannya bisa disesuaikan dengan kondisi. Sholat tetap sah dilakukan di kendaraan seperti mobil, kapal, atau pesawat selama memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Berikut adalah tata cara sholat di dalam kendaraan:

  1. Niat sholat dalam hati sebelum memulai.
  2. Melakukan takbiratul ihram dalam posisi duduk.
  3. Tangan disedekapkan, lalu membaca doa iftitah, diikuti dengan surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya.
  4. Untuk gerakan rukuk, cukup menundukkan badan ke depan sambil tetap duduk.
  5. Gerakan sujud dilakukan dengan lebih menundukkan kepala dibanding saat rukuk, agar perbedaannya terlihat.
  6. Duduk di antara dua sujud tetap dilakukan dalam posisi duduk di kursi.
  7. Rangkaian gerakan sholat untuk rakaat selanjutnya dilakukan sama seperti rakaat pertama.
  8. Setelah rakaat terakhir, duduk untuk tasyahud akhir.
  9. Menutup sholat dengan salam.

Bagaimana Jika Sholat Berjamaah di Kendaraan?

Sholat berjamaah juga bisa dilakukan di kendaraan, dengan catatan posisi imam dan makmum memungkinkan untuk saling mengikuti. Penjelasan tentang hal ini disampaikan oleh Buya Yahya, pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon, dalam salah satu tayangan kanal YouTube Al-Bahjah TV,

“Imam bisa berada di bagian depan kendaraan. Misalnya, sopirnya yang menjadi imam, atau seseorang yang duduk di kursi depan,” jelas Buya Yahya. detikHikmah telah mendapatkan izin dari Tim Al-Bahjah TV untuk mengutip ceramah Buya Yahya.

Namun, beliau menegaskan bahwa apabila kondisi tidak memungkinkan untuk berjamaah, maka sholat secara individu pun sah dilakukan.

“Kalau merasa tidak memungkinkan untuk berjamaah, maka sholat sendiri juga tidak masalah,” lanjutnya.

Arah Kiblat saat di Kendaraan

Dalam kondisi tertentu, terutama untuk sholat sunnah, arah kiblat dapat mengikuti arah kendaraan berjalan.

“Untuk sholat sunnah, arah kiblat itu disesuaikan dengan kemampuan. Jadi, ke mana kendaraan melaju, itulah kiblatnya,” terang Buya Yahya.

Namun, beliau juga memberikan catatan penting:

“Boleh menghadap ke arah mana saja. Yang tidak diperbolehkan adalah ketika kendaraan sudah menghadap ke kiblat, namun kita justru menghadap ke belakang. Itu yang tidak boleh,” tegasnya.

Contohnya, jika kendaraan bergerak ke utara, maka sholat dapat dilakukan dengan menghadap ke arah utara tersebut, kecuali dalam kondisi kendaraan memang mengarah ke kiblat, maka sebaiknya tidak membelakangi kiblat.

Syarat Sah Sholat Tetap Berlaku

Meskipun dalam perjalanan, syarat-syarat sah sholat tetap wajib dipenuhi, seperti berwudhu dan menutup aurat dengan benar.

“Sholat tetap harus dilakukan dengan wudhu dan memenuhi syarat-syarat yang sah, termasuk menutup aurat,” jelas Buya Yahya.

Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan bahwa perempuan bisa sholat di kendaraan dengan mengenakan pakaian muslimah yang longgar dan menutup seluruh tubuh dengan baik, termasuk mengenakan kaos kaki bila diperlukan. Sedangkan bagi laki-laki, busana yang dikenakan harus menutupi aurat secara sopan selama pelaksanaan sholat.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara Sholat Tahajud, Waktu dan Jumlah Rakaatnya


Jakarta

Sholat tahajud memiliki kedudukan istimewa karena dilakukan di sepertiga malam terakhir, saat kebanyakan manusia masih terlelap tidur. Tidak hanya membawa keberkahan dan ampunan dari Allah SWT, sholat tahajud juga menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sholat tahajud adalah sholat sunnah malam yang dilakukan setelah tidur, meskipun hanya sebentar. Ia termasuk bagian dari qiyamul lail, tetapi tidak semua qiyamul lail adalah tahajud.

Sholat ini dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW dan termasuk ibadah yang sangat dianjurkan dalam Al-Qur’an dan Hadis.


Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.” (HR Muslim)

Bacaan Niat Sholat Tahajud

Dikutip dari buku Panduan Shalat Wajib dan Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah Saw karya Arif Rahman, berikut adalah bacaan niat shalat tahajud:

اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى

Arab latin: Ushalli sunnatat tahajjudi rak’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat sholat sunnah tahajud dua rakaat, menghadap kiblat, karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Tahajud

Pelaksanaan sholat tahajud secara umum tidak jauh berbeda dengan sholat lainnya. Berikut adalah tata cara sholat tahajud:

  1. Membaca niat sholat tahajud
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah dan surah Al-Fatihah
  4. Membaca salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an
  5. Rukuk
  6. Iktidal
  7. Sujud pertama pada rakaat pertama
  8. Duduk antara dua sujud
  9. Sujud kedua pada rakaat pertama
  10. Berdiri, lalu lakukan rakaat kedua dengan gerakan dan bacaan yang sama seperti rakaat pertama sampai sujud kedua
  11. Duduk dan membaca doa tahiyat akhir
  12. Salam

Waktu Pelaksanaan Sholat Tahajud

Mengutip buku Shalat Tahajud dan Shalat Hajat karya Mahmud asy-Syafrowi, sholat tahajud adalah sholat yang dikerjakan pada malam hari. Hal ini berdasar pada dalil dalam Al-Qur’a surah Al Isra ayat 79,

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Tahajud adalah sholat yang dilakukan setelah tidur di malam hari. Adapun waktu sholat tahajud ditetapkan sejak waktu isya hingga waktu subuh (sepanjang malam). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu:

  • Sangat utama: sepertiga malam yang pertama (Setelah isya sampai pukul 22.00)
  • Lebih utama : sepertiga malam yang kedua (pukul 22.00 sampai pukul 01.00)
  • Paling utama: sepertiga malam yang terakhir (pukul 01.00 sampai Subuh)

Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya doa) itu adalah sepertiga malam yang terakhir.

Diriwayatkan dari Abu Muslim RA, ia pernah bertanya kepada sahabat Abu Dzar, “Di waktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?” Sahabat Abu Dzar menjawab, “Aku telah bertanya kepada Rasulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini. Rasulullah SAW bersabda, “Perut malam yang masih tinggal adalah sepertiga yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)

Jumlah Rakaat Sholat Tahajud

Mengutip buku The Miracle Of Night Shalat Tahajjud karya Ustadz Hasan Albany, jumlah rakaat sholat tahajud tidak ada batasan maksimal, tetapi umumnya dilakukan 2 hingga 12 rakaat dan ditutup dengan sholat witir.

Dalam hadits disebutkan bahwasanya Rasulullah SAW biasa sholat malam sebanyak 11 atau 13 rakaat termasuk witir.

“Sholat malam itu dua rakaat-dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir masuk waktu Subuh, hendaklah ia sholat satu rakaat sebagai witir.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa Setelah Sholat Tahajud

Ada doa yang dapat diamalkan setelah melaksanakan sholat tahajud. Doa ini diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Berikut bacaan lengkapnya:

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Arab latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Niat, Tata Cara, dan Doa Setelahnya


Jakarta

Sholat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi hari, setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Zuhur. Sholat ini disebut juga sebagai sholat pembuka rezeki, karena dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa sholat Dhuha menjadi sebab dibukanya pintu-pintu keberkahan dan rezeki dari Allah SWT.

Dikutip dari buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW karya Ustadz Arif Rahman, secara bahasa, dhuha berarti waktu pagi saat matahari naik sepenggalah (kurang lebih 15-20 menit setelah matahari terbit).

Hukum sholat Dhuha adalah sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.


Waktu Pelaksanaan Sholat Dhuha

Waktu sholat Dhuha dimulai sejak matahari mulai naik setinggi satu tombak, sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit. Sementara waktu habisnya sholat Dhuha sekitar 10-15 menit sebelum masuk waktu Zuhur.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ali RA, ia mengatakan, “Rasulullah SAW mengerjakan sholat Dhuha dengan enam rakaat pada dua waktu. (1) Ketika matahari terbit kira-kira lima belas menit, Nabi SAW sholat dua rakaat (sholat ini disebut sholat isyraq). (2) ketika matahari bersinar penuh menghiasi kira-kira seperempat langit dan masih berada pada sisi timur, Nabi SAW sholat empat rakaat.” (HR At Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah).

Jumlah Rakaat Sholat Dhuha

Jumlah rakaat sholat Dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat, dilakukan setiap dua rakaat satu salam.

Rasulullah SAW bersabda, “Di pagi hari, setiap persendian salah satu di antara kalian wajib disedekahi. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, dan setiap takbir adalah sedekah. Dan cukuplah dari semua itu dengan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR. Muslim)

Niat Sholat Dhuha

Dikutip dari buku Sholat Dhuha Dulu, Yuk karya Imron Mustofa, berikut adalah bacaan niat sholat dhuha:

اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحٰى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً ِللهِ تَعَالَى

Arab latin: Ushalli sunnatadh dhuhaa rak’ataini mustaqbilal qiblati adaan lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat sholat dhuha dua rakaat, karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Dhuha

Tata cara sholat Dhuha sama seperti sholat sunnah pada umumnya. Berikut adalah langkah-langkahnya:

  1. Membaca niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surah Al-Fatihah
  5. Membaca salah satu surah Al-Qur’an
  6. Rukuk
  7. I’tidal
  8. Sujud pertama
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Bangkit dan melaksanakan rakaat kedua sesuai yang dilakukan pada rakaat pertama
  12. Tasyahud akhir dan salam.
  13. Tata cara ini bisa diulang sesuai total jumlah rakaat yang diinginkan. Contohnya empat rakaat secara terpisah 2-2 atau enam rakaat secara terpisah 2-2-2.

Doa Setelah Sholat Dhuha

Setelah selesai melaksanakan sholat dhuha, bisa dilanjutkan dengan membaca doa. Berikut doa yang dapat dipanjatkan:

اَللّٰهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ

اَللّٰهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقِى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Allahumma innad-duhaa’a duhaa’uka wal bahaa’a bahaa’uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal-qudrota qudratuka wal ‘ismata ‘ismatuka.

Allahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assaran fa yassirhu, wa in kaana haraaman fa tahhirhu wa in kaana ba’iidan fa qarribhu bi haqqi duhaa’ika wa bahaa’ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatinii maa ataita ‘ibaadakash-shalihiin.

Artinya: “Ya Allah, bahwasanya waktu dhuha itu waktu dhuhaMu, kecantikan ialah kecantikanMu, keindahan itu keindahanMu, kekuatan itu kekuatanMu, kekuasaan itu kekuasaanMu, dan perlindungan itu, perlindunganMu.

Ya Allah, jika rezeki masih di atas langit, turunkanlah, dan jika ada di dalam bumi, keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaanMu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambaMu yang shaleh.”

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Qobliyah dan Badiyah Zuhur, Lengkap dengan Tata Caranya


Jakarta

Dalam ajaran Islam, sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu. Dua di antaranya yang sangat dianjurkan adalah sholat qobliyah dan badiyah Zuhur, yakni sholat sunnah yang dilakukan sebelum dan sesudah sholat Zuhur.

Kedua sholat ini termasuk ke dalam sunnah muakkad, yaitu sholat sunnah yang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW dan hampir tidak pernah beliau tinggalkan.


Dikutip dari buku Adab dan Doa Sehari-hari untuk Muslim Sejati karya Thoriq Aziz Jayana, sholat qobliyah Zuhur adalah sholat sunnah yang dilakukan sebelum sholat Zuhur. Sedangkan sholat badiyah Zuhur adalah sholat sunnah yang dilakukan setelah sholat Zuhur.

Sholat qobliyah dan badiyah Zuhur memiliki hukum sunnah muakkad, yaitu sunnah yang sangat ditekankan. Rasulullah SAW hampir tidak pernah meninggalkan sholat ini, baik ketika dalam keadaan sehat maupun dalam kondisi perjalanan, selama tidak memberatkan.

Ummu Habibah, istri Nabi SAW mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa bisa menjaga empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat setelahnya maka Allah akan mengharamkannya masuk neraka.” (HR Abu Daud 1271, Tirmizi 430, Nasa’i 1816, hadits sahih)

Niat Sholat Qobliyah dan Badiyah Zuhur

Dikutip dari Buku Praktis Ibadah yang disusun oleh Irwan dan Ahmad Jafar, berikut bacaan niat sholat qobliyah dan badiyah Zuhur:

Niat Sholat Qobliyah Zuhur 2 Rakaat

أَصَلَّى سُنَّةَ الظهرِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadzh dzuhri rak’ataini qobliyatan lillaahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat sunnah dua rakaat sebelum Zuhur karena Allah ta’ala.”

Niat Sholat Qobliyah Zuhur 4 Rakaat

أَصَلَّى سُنَّةَ الظهرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلِيَةً لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatadzh dhuhri arba’a raka’atain qobliyatan lillaahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat mengerjakan sholat sunnah empat rakaat sebelum Zuhur karena Allah ta’ala.”

Niat Sholat Badiyah Zuhur 2 Rakaat

اُصَلِّيْ سُنَّةَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatad dhuhri rok’ataini ba’diyyatan mustaqbilal qiblati ada’an lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat sholat badiyah Zuhur dua rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala.”

Niat Sholat Badiyah Zuhur 4 Rakaat

أَصَلَّى سُنَّةَ الظهرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatad dhuhri arba’a rokataini ba’diyyatan mustaqbilal qiblati ada’an lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku niat sholat badiyah Zuhur empat rakaat menghadap kiblat karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Qobliyah dan Badiyah Zuhur

Tata cara sholat qobliyah dan badiyah Zuhur sama seperti mengerjakan sholat pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada bacaan niat dan waktu pelaksanaannya saja.

  1. Membaca niat sholat qobliyah atau badiyah Zuhur.
  2. Takbir.
  3. Membaca doa iftitah.
  4. Membaca Al-Fatihah.
  5. Membaca surat pendek.
  6. Ruku.
  7. I’tidal.
  8. Sujud pertama.
  9. Duduk di antara dua sujud.
  10. Sujud kedua.
  11. Mengulang urutan 4-10 di rakaat berikutnya.
  12. Tasyahud akhir.
  13. Salam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Lengkap Arab, Latin, dan Tata Caranya


Jakarta

Dalam kondisi tertentu, Islam memberikan keringanan (rukhshah) kepada umatnya untuk menjamak sholat, yakni menggabungkan dua waktu sholat dalam satu waktu pelaksanaan. Salah satu kombinasi yang dibolehkan adalah sholat Zuhur dan Ashar.

Penggabungan ini dibolehkan dalam kondisi tertentu seperti safar (perjalanan jauh), hujan, sakit, atau keadaan darurat lainnya. Rasulullah SAW sendiri pernah menjamak sholat saat safar sebagai bentuk kemudahan dari Allah SWT kepada hamba-Nya.


Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas RA, ia mengatakan,

“Rasulullah SAW jika bepergian sebelum matahari tergelincir menangguhkan sholat Zuhur sampai tiba waktu sholat Ashar, kemudian beliau menjamak keduanya. Lalu, jika matahari telah tergelincir sebelum beliau berangkat, beliau menunaikan sholat Zuhur (terlebih dahulu), kemudian beliau menaiki (hewan tunggangannya).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain dari Muadz RA, diriwayatkan,

“Kami pernah pergi bersama Rasulullah SAW dalam Perang Tabuk. Beliau sholat Dzuhur dan Ashar dengan jamak serta Maghrib dan Isya dengan jamak.” (HR Muslim)

Jenis-jenis Jamak Sholat

Dikutip dari buku Fiqh Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi karya Abu Utsman Kharisman, jamak dibagi menjadi dua jenis:

1. Jamak Taqdim

Menggabungkan dua sholat dan dikerjakan pada waktu sholat pertama, yaitu Zuhur dan Ashar dilakukan di waktu Zuhur.

2. Jamak Ta’khir

Menggabungkan dua sholat dan dikerjakan pada waktu sholat kedua, yaitu Zuhur dan Ashar dilakukan di waktu Ashar.

Niat Sholat Jamak Zuhur dan Ashar

Mengutip buku Panduan Sholat Rosulullah 2 karya Imam Abu Wafa, berikut bacaan niat sholat jamak Zuhur dan Ashar.

أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع العَصْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى

Latin: Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku sengaja sholat fardhu Dzuhur 4 rakaat yang dijamak dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala.”

Setelah melakukan sholat Zuhur dapat dilanjutkan dengan sholat Ashar dengan membaca niat sholat jamak Zuhur dan Ashar berikut,

أُصَلِّي فَرْضَ العَصْرِ أربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع الظُّهْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى

Latin: Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku sengaja sholat fardu Ashar 4 rakaat yang dijamak dengan Dzuhur, fardu karena Allah Ta’aala”

Tata Cara Sholat Jamak Zuhur dan Ashar

Disebutkan dalam Ahkam Ash-Sholah karya Syaikh Ali Raghib, saat mengawali sholat jamak, seseorang diwajibkan untuk berniat mendirikan sholat jamak. Apabila, sholat jamak itu adalah jamak taqdim, maka antara keduanya harus dikerjakan secara berurutan.

“Jika seseorang melakukan sholat dengan cara jamak taqdim dan ia lebih dulu sampai ke tempat tujuan, lalu ia bermaksud hendak tinggal di sana sebelum waktu kedua tiba, maka jika sholat tersebut telah usai didirikan, tetaplah sholat jamak tersebut dipandang sah,” kata Syaikh Ali Raghib sebagaimana diterjemahkan oleh M. Abdillah al-Faqih dan M. al-Mu’tashim Billah.

Berikut tata cara sholat jamak Zuhur dan Ashar selengkapnya:

1. Membaca niat jamak Zuhur dan Ashar

2. Takbiratul ihram

3. Membaca doa iftitah

4. Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat pendek

5. Rukuk

6. I’tidal

7. Sujud

8. Duduk di antara dua sujud

9. Sujud kedua

10. Berdiri untuk mengerjakan rakaat kedua dan seterusnya hingga rakaat keempat

11. Tasyahud awal

12. Tasyahud akhir

13. Salam

14. Berdiri dan berniat sholat Ashar

15. Mengerjakan sholat Ashar 4 rakaat seperti pada umumnya dan diakhiri dengan salam.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Lengkap dan Tata Caranya


Jakarta

Sholat Maghrib merupakan salah satu dari lima sholat wajib yang diperintahkan kepada umat Islam. Seorang muslim harus mengetahui bacaan niat dan tata cara sholat Maghrib sebelum mengerjakannya.

Sholat Maghrib memiliki kedudukan khusus karena menjadi penanda masuknya malam hari dan memiliki waktu yang sangat terbatas dibandingkan dengan sholat lainnya. Menunaikan sholat Maghrib tepat waktu dan sesuai tuntunan Rasulullah SAW adalah bagian dari wujud ketakwaan kepada Allah SWT.

Dikutip dari buku Panduan Sholat Rosulullah 1 karya Imam Abu Wafa, sholat Maghrib dimulai sejak tenggelam matahari hingga hilang garis kemerahan di ufuk. Sholat Maghrib adalah sholat fardhu (wajib) yang terdiri dari tiga rakaat.


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru RA bahwa Nabi SAW bersabda,

“Dan waktu sholat Maghrib sebelum hilang kemerahan (di ufuk barat), waktu sholat Isya hingga pertengahan malam.” (HR Muslim)

Karena waktu Maghrib sangat singkat, Rasulullah SAW sangat menekankan untuk segera menunaikannya setelah adzan.

“Umatku akan senantiasa berada dalam fitrah (kebaikan) selama mereka tidak menunda sholat Maghrib hingga muncul bintang-bintang.” (HR Abu Dawud)

Bacaan Niat Sholat Maghrib

Dikutip dari buku Praktis Ibadah karya Irwan dan Ahmad Jafar, berikut bacaan lengkap sholat Maghrib:

Niat Sholat Maghrib Sendiri

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لله تَعَالَى.

Ushalli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa,an lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat, pada waktunya karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Maghrib Berjamaah sebagai Imam

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لله تَعَالَى

Usholli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an imaman lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat sebagai imam, pada waktunya karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Maghrib Berjamaah sebagai Makmum

أُصَلِّى فَرْضَ المَغْرِبِ ثَلاَثَ رَكَعاَتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لله تَعَالَى.

Usholli fardhol maghribi tsalaatsa raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an makmuman lillaahi ta’aala.

Artinya: “Saya niat melakukan sholat fardhu Maghrib tiga rakaat menghadap kiblat sebagai makmum, pada waktunya karena Allah Ta’ala.

Tata Cara Sholat Maghrib

Berikut tata cara sholat Maghrib lengkap dengan bacaannya:

1. Melafalkan Niat Dilanjutkan Takbiratul Ihram

أصلي فرض المغرب ثلاث ركعات مستقبل القبلة أداء/مأموما/إماما لله تعالى

Arab Latin: Usholli fardhol magribi tsalasa rok’aati mustaqbilal qiblati adaa an (sholat sendiri)/Ma’muuman (menjadi ma’mum)/Imaaman (menjadi imam) Lillaahi Ta’ala.

Artinya: “Saya berniat sholat fardu magrib tiga rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala/Ma’mum karena Allah Ta’ala/Imam karena Allah Ta’ala”.

أَللهُ أَكْبَر

Arab Latin: Allâhu Akbar

Artinya: “Allah Maha Besar”

2. Membaca Doa Iftitah

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Arab Latin: Allaahu akbar kabirau walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa’ashiilaa, innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha haniifan musliman wamaa anaa minal musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil ‘aalamiina. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin.

Artinya: “Allah Maha Besar, Maha Sempurna Kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang muslim.”

3. Membaca Surah Al-Fatihah Pada Tiap-tiap Rakaat
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ

Ar-raḥmānir-raḥīm

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ

Māliki yaumid-dīn

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ

Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ

Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ

Sirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn

4. Ruku’
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal ‘adhimi wa bihamdihi.

Artinya: ” Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.”

5. I’tidal (berdiri setelah ruku’)
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Arab Latin: Sami’allahu liman hamidah.

Artinya: “Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”

Kemudian saat berdiri dilanjutkan membaca:

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

Arab Latin: Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du.

Artinya: “Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

6. Sujud Sambil Membaca Doa Sujud

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya.” (HR Abu Daud)

7. Duduk di Antara Dua Sujud Sambil Membaca

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَاعْفُ عَنِّىْ

Arab Latin: Rabighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa’ni, Warzuqnii, Wahdini, Wa’aafinii, Wa’fuannii

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, perbaikilah aku, berikanlah aku rezeki dan angkatlah derajatku.”

8. Sujud Kedua Sambil Membaca Doa Sujud

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Arab Latin: Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih

Artinya: “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya.” (HR Abu Daud)

9. Berdiri Ulangi Gerakan

Bangkit dari sujud lalu ulangi gerakan yang sama hingga bangkit dari sujud lanjutkan tasyahud awal.

10. Membaca Tasyahud Awal

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Arab Latin: Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah. Allahumma shalli ‘alaa muhammad.

Artinya: “Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.

Setelah tasyahud awal, berdiri untuk mengerjakan satu rakaat lagi (rakaat ketiga).

11. Tasyahud Akhir

Bacaan tasyahud akhir sama dengan tasyahud awal yang ditambah dengan sholawat nabi.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰىإِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Arab latin: Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alaina wa’alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah.

Allahumma shalli ‘alaa muhammad. Wa alaa aali muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim wa’alaa aali ibraahim wabaarik ‘alaa muhammad wa ‘alaa aali muhammad. Kamaa baarakta ‘alaa ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim fil’aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya: “Ya Allah limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia”.

12. Salam

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ

Arab Latin: Assalaamu alaikum wa rahmatullah

Artinya: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Qobliyah Jumat 2 Rakaat dan Tata Caranya



Jakarta

Salah satu amalan sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim pada hari Jumat adalah melaksanakan sholat qobliyah Jumat. Sholat ini dianjurkan sebagai pengganti sholat rawatib yang biasa dilakukan sebelum Dzuhur.

Di hari Jumat, terdapat beberapa ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan. Salah satunya adalah sholat sunnah qabliyah (sebelum) dan ba’diyah (setelah) Jumat.

Dalam buku “Panduan Shalat Sunnah Lengkap” karya KH. Muhammad Sholikhin, disebutkan bahwa sholat sunnah qobliyah Jumat dapat dilaksanakan dua hingga empat rakaat, sebagaimana sholat sunnah sebelum Dzuhur.


Sholat qobliyah Jumat merupakan ibadah sunnah yang dilakukan sebelum pelaksanaan sholat Jumat, dengan jumlah rakaat minimal dua.

Niat Sholat Qobliyah Jumat

Berikut bacaan niat sholat qobliyah Jumat 2 rakaat

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatal jumu’ati rak’ataini qabliyyatan lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku menyengaja sembahyang sunah qobliyah Jumat dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Qobliyah Jumat 2 Rakaat

Rakaat pertama:

Berdiri tegak menghadap kiblat dan membaca niat sholat qobliyah Jumat
Membaca niat
Takbiratul ihram
Membaca doa Iftitah
Membaca surat Al-Fatihah
Membaca surat pendek Al Quran
Rukuk
Iktidal
Sujud pertama
Duduk di antara dua sujud
Sujud kedua
Duduk untuk tasyahud awal
Bangkit untuk masuk ke rakaat kedua

Rakaat kedua:

Membaca surat Al Fatihah
Membaca surat pendek Al Quran
Rukuk
Iktidal
Sujud pertama
Duduk di antara dua sujud
Sujud kedua
Duduk untuk tasyahud akhir
Salam

Hukum Pelaksanaan Sholat Qobliyah Jumat

Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa sebelum sholat Jumat, seseorang dibolehkan melaksanakan sholat sunnah mutlak, yaitu sholat tanpa batasan rakaat tertentu yang bisa dikerjakan kapan saja, termasuk sebelum khatib naik mimbar.

Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa mandi di hari Jumat, lalu datang ke masjid dan melaksanakan sholat semampunya, kemudian diam mendengarkan khutbah hingga selesai dan ikut sholat bersama imam, maka dosanya akan diampuni antara Jumat tersebut dan Jumat berikutnya, ditambah tiga hari.” (HR Muslim no. 587)

Hadits-hadits lain dalam Sahih Bukhari dan Sunan Abu Dawud juga menyebutkan adanya sholat sunnah qobliyah Jumat seperti halnya sholat sunnah qobliyah Dzuhur, yang dikerjakan dua atau empat rakaat.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm, yang menjelaskan bahwa sholat sunnah sebelum Jumat telah umum dilaksanakan sejak masa Khalifah Umar bin Khattab RA. Beliau menjelaskan bahwa sholat sunnah qobliyah Jumat pada dasarnya adalah sholat sunnah yang dilakukan antara adzan dan iqamah sebelum khutbah dimulai.

(lus/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat Sholat Tahiyatul Masjid, Lengkap dengan Tata Caranya


Jakarta

Sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunnah yang dapat dikerjakan ketika seseorang masuk ke masjid. Kata tahiyat berarti penghormatan, sedangkan masjid adalah tempat sholat.

Sholat ini disebut tahiyatul masjid karena dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada masjid sebagai rumah Allah, dan lebih utama lagi sebagai bentuk pengagungan kepada Allah SWT.


Dikutip dari buku Rukun Islam karya Giri Wiarto & Supran Hadi, sholat tahiyatul masjid bisa dikerjakan kapanpun oleh setiap muslim yang berada di masjid. Sholat ini bisa dikerjakan sebelum melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

Hukum Sholat Tahiyatul Masjid

Cepi Burhanudin dalam bukunya yang berjudul Fasholatan Lengkap: Tuntunan Sholat Lengkap, menjelaskan mayoritas ulama sepakat bahwa sholat tahiyatul masjid hukumnya sunnah muakkadah (sangat dianjurkan), berdasarkan hadits-hadits shahih.

Namun, sholat ini tidak diwajibkan sehingga jika seseorang langsung duduk tanpa mengerjakannya, ia tidak berdosa, meskipun meninggalkan keutamaan.

Dalil utama perintah sholat tahiyatul masjid adalah hadits shahih dari Abu Qatadah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah ia duduk sebelum sholat dua rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Niat Sholat Tahiyatul Masjid

Berikut bacaan lengkap niat sholat tahiyatul masjid dalam tulisan Arab, latin dan artinya:

أصَلَّى سُنَّةَ التَّحِيَّةَ الْمَسْجِد رَكْعَتَيْنِ اللهِ تَعَالَى

Arab latin: Ushalli sunnatat tahiyyatal masjidi rak’ataini lillahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat salat sunah tahiyyatal masjid dua rakaat karena Allah ta’ala.”

Tata Cara Sholat Tahiyatul Masjid

Dirangkum dari buku Muro’atul Ibadah Fi At-Thoharah Wa Sholat karya Ibnu Asrori Najib, sholat tahiyatul masjid berjumlah dua rakaat dan dilaksanakan secara munfarid atau sendiri. Tata caranya tak jauh berbeda dengan sholat sunnah lainnya. Hanya saja, sholat ini harus dilakukan di masjid.

1. Niat

اُصَلِّى سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Usholli sunnatan tahiyyatal masjidi rok’ataini lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku berniat sholat sunnat tahiyyatul masjid karena Allah ta’ala.”

2. Takbiratul Ihram

3. Membaca surat Al Fatihah

4. Membaca surat dalam Al Qur’an (disunnahkan membaca surat Al Kafirun)

5. Rukuk

6. I’tidal

7. Sujud pertama

8. Duduk di antara dua sujud

9. Sujud kedua

10. Bangkit dan melaksanakan rakaat kedua sesuai yang dilakukan pada rakaat pertama. (Disunnahkan membaca surat Al Ikhlas setelah Al fatihah)

11. Tasyahud akhir

12. Salam

Imam Nawawi RA berkata, “Sebagian ulama mengungkapkan dengan Tahiyyah Rabbil Masjid (menghormati Rabb Tuhan yang disembah alam masjid), karena maksud dari sholat tersebut sebagai kegiatan taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, bukan kepada masjidnya, karena orang yang memasuki rumah raja, ia akan menghormati kepada raja bukan kepada rumahnya.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholat Tahajud Rakaat Pertama dan Kedua, Lengkap dengan Tata Caranya


Jakarta

Tahajud berarti bangun malam. Sholat Tahajud merupakan sholat yang dilakukan ketika bangun pada waktu malam. Berdasarkan pengertian itu, sholat tahajud hanya boleh dilakukan setelah seseorang itu bangun dari tidur malam. Waktu malam dimaksud adalah waktu setelah masuk waktu Isya hingga terbit fajar.

Ustaz Ahmad Baei Jaafar dalam buku Terapi Shalat Sempurna menyebutkan bahwa Tahajud berbeda dengan orang yang berjaga malam, maka jika seseorang tidak tidur semalaman hingga fajar tidak bisa melakukan tahajud.

Dalam buku Fikih 4 tulisan Siti Khomisil Fatatil Aqillah dan Kiki Rejeki, Jumlah rakaat sholat tahajud tidak terbatas, tetapi kita boleh melaksanakan paling sedikit 2 rakaat.


Selagi mampu, kita boleh melaksanakan sholat tahajud dengan jumlah rakaat sebanyak-banyaknya. Jumlah raka’at sholat tahajud yang dianjurkan adalah tidak lebih dari 11 atau 13 raka’at. Jumlah rakat inilah yang menjadi pilihan Nabi SAW.

Dasarnya adalah riwayat Aisyah mengatakan,

مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلَا تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّى ثَلَاثًا

Artinya: “Rasulullah SAW tidak pernah menambah sholat malam di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau melakukan sholat empat rakaat, maka jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melaksanakan sholat empat rokaat lagi dan jangan tanyakan mengenai bagus dan panjangnya. Kemudian beliau melakukan sholat tiga rakaat.”

Tata Cara dan Bacaan Sholat Tahajud Rakaat Pertama dan Kedua

Mengutip buku Shalat Tahajud dan Shalat Hajat tulisan Mahmud asy-Syafrowi berikut tata cara sholat Tahajud lengkap dengan bacaan di rakaat pertama dan kedua:

a. Niat dalam hati, bersamaan ketika takbiratul ihram. Yakni dengan menghadirkan niat berikut di dalam hati, “Saya niat sholat sunnah tahajud dua rakaat karena Allah.”
b. Membaca doa iftitah
c. Membaca ta’awwudz.
d. Membaca Surat al-Fatihah.
e. Membaca surat apa saja yang dipilih.
f. Rukuk beserta tumakninahnya sambil membaca tasbih.
g. I’tidal beserta tumakninahnya sambil membaca doa.
h. Sujud yang pertama beserta tumakninahnya sambil membaca tasbih.
i. Duduk di antara dua sujud beserta tumakninahnya sambil membaca doa.
j. Sujud yang kedua beserta tumakninahnya sambil membaca tasbih.
Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara di atas. Kemudian tasyahud akhir, dan setelah itu uluk salam dua kali.

Surat yang Dibaca saat Sholat Tahajud

Dalam laman resmi Nahdlatul Ulama, disebutkan bahwa surah yang dibaca saat sholat Tahajud tidak ada ketentuan khususnya. Seseorang bisa membaca surah apa saja yang ada dalam Al-Qur’an.

Namun demikian, menurut Al-Habib Abdullah Al-Haddah, bacaan yang dianjurkan hendaklah membaca bacaan Al-Qur’an secara berurutan mulai awal hingga seterusnya. Dengan demikian setiap bulan, atau setiap 40 hari, atau setiap jangka waktu tertentu seseorang bisa mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sholat Tahajudnya.

Meskipun begitu, seseorang bisa membaca surah Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT,

فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ

Artinya, ” … Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an.” (QS al-Muzammil: 20). (Ad-Dimyathi, Hâsyiyyah I’ânatuth Thâlibîn, juz I, halaman 267).

Selain itu, dikutip dari buku Rahasia Terlengkap Dahsyatnya Mukjizat Sholat Tahajud oleh Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani, saat mengerjakan sholat Tahajud disunnahkan untuk membaca surat yang lebih panjang di rakaat pertama daripada bacaan surat rakaat kedua.

Bahkan Nabi Muhammad SAW pernah membaca surat Al-Baqarah, Ali ‘imran, dan An-Nisaa’ dalam satu rakaat sekaligus.

أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ الْبَقَرَةَ وَآلَ عِمْرَانَ وَالنِّسَاءَ فِي رَكْعَةٍ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا سَأَلَ, وَلَا بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا اسْتَجَارَ.

Artinya: “Sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW. (ketika qiyamul lail) membaca al-Baqarah, Ali ‘Imran, dan an-Nisaa’ dalam satu rakaat. Beliau tidak melewati ayat rahmat kecuali memohon (rahmat kepada Allah SWT), dan tidak melewati ayat azab kecuali beliau memohon perlindungan.” (HR. Muslim no. 772, dan Nasa’i no. 1006, dengan lafazh versi Nasa’i)

Bacaan Doa Sholat Tahajud

Setelah menunaikan ibadah sholat tahajud, sebaiknya panjatkan doa kepada Allah SWT untuk meminta ampunan dari segala dosa di dunia ini.

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq.

Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata, neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.”

“Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Oleh karena itu, ampuni dosaku yang telah lalu dan di kemudian hari, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah SWT.” (HR Bukhari dan Muslim).

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

Tata Cara Sholat dengan Posisi Duduk, Boleh Dilakukan saat Ada Uzur


Jakarta

Sholat menjadi ibadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang muslim dalam kondisi apapun. Allah SWT memberikan keringanan kepada hamba-Nya yang tidak mampu melaksanakan sholat dengan berdiri, yakni diperbolehkan sholat dengan posisi duduk, bahkan dalam keadaan tertentu boleh dengan posisi berbaring. Hal ini menunjukkan betapa Islam adalah agama yang penuh rahmat dan tidak memberatkan pemeluknya.

Dikutip dari buku Fiqhun-nisa Thaharah-shalat karya Adil Sa’di, Rasulullah SAW bersabda,
“Sholatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu maka duduklah, jika tidak mampu maka berbaringlah.” (HR. Al-Bukhari)

Hadits ini menjadi dasar keringanan sholat bagi orang sakit atau yang tidak mampu berdiri.


Hukum Sholat dengan Posisi Duduk

Dikutip dari buku Tuntunan Shalat Lengkap dan Benar karya Dra. Neni Nuraeni M.Ag., Rasulullah SAW bersabda tentang hukum sholat ketika dalam keadaan,

“Bila seorang hamba sakit atau dalam perjalanan, maka Allah akan mencatat pahala amalnya sebesar apa yang dikerjakannya sewaktu lagi sehat dan mukim (tidak sedang bepergian).”

Dalam hadits lain, dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ
“Barangsiapa sholat dengan berdiri, itu lebih utama. Barangsiapa sholat sambil duduk, maka baginya separuh pahala orang yang sholat berdiri.” (HR. Al-Bukhari)

Tata Cara Sholat Posisi Duduk

Nurul Jazimah dalam bukunya yang berjudul Panduan Sholat Untuk Perempuan menjelaskan tata cara sholat dengan posisi duduk.

1. Duduk dengan posisi yang nyaman, bisa duduk bersimpuh atau duduk bersila dengan posisi menghadap kiblat.

2. Membaca niat dalam hati. Kemudian melakukan takbiratul ihram sambil mengangkat kedua tangan dan mengucap takbir.

3. Letakkan tangan dengan posisi bersedekap seperti salat pada umumnya. Dilanjutkan dengan membaca doa iftitah, membaca salat Al-Fatihah dan surat-surat pendek.

4. Bertakbir untuk melakukan ruku’. Posisi ruku’ ketika sholat posisi duduk adalah dengan sedikit membungkukkan badan ke depan. Lakukan gerakan ruku’ sambil membaca doa ruku’.

5. Bangkit dari ruku’ dan membaca doa i’tidal.

6. Lanjutkan dengan sujud. Posisi sujud bisa dilakukan dengan sujud seperti sholat pada umumnya. Namun jika tidak memungkinkan, maka sujud bisa dilakukan dengan menundukkan kepala sebagai isyarat sujud. Jika tidak mampu juga memakai isyarat dengan kepala, boleh dengan kedipan mata.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com