Tag Archives: thalhah bin ubaidillah

Saat Thalhah bin Ubaidillah Jatuh Cinta pada Istri Rasulullah



Jakarta

Salah seorang sahabat Nabi SAW pernah mengalami cinta yang tak semestinya. Adalah Thalhah bin Ubaidillah RA, ia jatuh cinta pada istri Rasulullah SAW.

Kisah seperti ini termasuk cinta yang terlarang dalam Islam. Apalagi Thalhah bin Ubaidillah RA sampai ingin menikahi istri Rasulullah SAW sepeninggalan beliau.

Bagaimana kisahnya?


Diceritakan dalam buku Rumah Tangga Seindah Surga karya Ukasyah Habibu Ahmad, pada saat itu, Thalhah RA menaruh hatinya pada salah satu istri yang paling disayangi dan dicintai oleh Rasulullah SAW, Sayyidah Aisyah RA.

Syekh Jalaludin As Suyuthi menulis dalam Lubabun Nuqul fi Ashhabin Nuzul, sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ibnu Sa’ad yang bersumber dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, ia menceritakan bahwa suatu hari Thalhah datang menemui kepada Aisyah RA.

Sebagaimana yang diketahui, Aisyah RA masih merupakan saudara Thalhah bin Ubaildillah RA. Ia merupakan saudara sepupu.

Thalhah bin Ubaidillah RA dan Aisyah RA pun terlibat dalam sebuah perbincangan. Hal ini lalu diketahui oleh suami Aisyah RA, Rasulullah SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW melihat hal tersebut, beliau memberi isyarat kepada Aisyah RA untuk masuk ke rumah. Beliau lalu berkata kepada Thalhah RA,

“Jangan engkau mengulangi tindakanmu itu untuk kedua kalinya!”

Thalhah bin Ubaidillah RA berkata,

“Wahai Rasulullah, ia adalah anak pamanku. Demi Allah, aku tidak mengucapkan kata-kata yang tidak baik kepadanya. Demikian juga ia tidak juga mengatakan kata-kata yang tidak kepadaku.”

Rasulullah SAW menjawab pembelaan Thalhah RA itu dengan berkata,

“Engkau telah mengetahui bahwa tidak ada yang lebih pencemburu dibanding Allah SWT dan, sesungguhnya tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu dibanding aku.”

Thalhah RA kemudian pergi dari rumah beliau. Ia berkata di dalam hati,

“Bagaimana mungkin beliau melarangku berbicara dengan anak perempuan pamanku sendiri. Sungguh, aku akan menikahinya setelah beliau wafat.”

Rasa cinta Thalhah bin Ubaidillah RA kepada Aisyah RA sebenarnya sudah diketahui oleh Rasulullah SAW. Beliau pun bisa merasa cemburu sebagaimana manusia lainnya.

Beliau sudah mencoba untuk mengingatkan Thalhah bin Ubaidillah RA perihal hal ini. Namun, Thalhah RA malah mengatakan bahwa ia kelak akan menikahi Aisyah RA jika Rasulullah SAW sudah meninggal.

Perkataan Thalhah RA ini menyakiti hati Rasulullah SAW. Tidak menutup kemungkinan bahwa kelak Aisyah RA benar-benar menjadi istri Thalhah RA. Mengetahui keduanya masih sangat muda.

Larangan Allah SWT atas Perbuatan Thalhah bin Ubaidillah

Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang paling disayangi dan dicintai Allah SWT. Tentu saja Dia tidak akan membiarkan hal yang menyakiti hati kekasih-Nya itu berlalu begitu saja.

Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 53 yang berbunyi,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَدْخُلُوْا بُيُوْتَ النَّبِيِّ اِلَّآ اَنْ يُّؤْذَنَ لَكُمْ اِلٰى طَعَامٍ غَيْرَ نٰظِرِيْنَ اِنٰىهُ وَلٰكِنْ اِذَا دُعِيْتُمْ فَادْخُلُوْا فَاِذَا طَعِمْتُمْ فَانْتَشِرُوْا وَلَا مُسْتَأْنِسِيْنَ لِحَدِيْثٍۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ يُؤْذِى النَّبِيَّ فَيَسْتَحْيٖ مِنْكُمْ ۖوَاللّٰهُ لَا يَسْتَحْيٖ مِنَ الْحَقِّۗ وَاِذَا سَاَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَسْـَٔلُوْهُنَّ مِنْ وَّرَاۤءِ حِجَابٍۗ ذٰلِكُمْ اَطْهَرُ لِقُلُوْبِكُمْ وَقُلُوْبِهِنَّۗ وَمَا كَانَ لَكُمْ اَنْ تُؤْذُوْا رَسُوْلَ اللّٰهِ وَلَآ اَنْ تَنْكِحُوْٓا اَزْوَاجَهٗ مِنْۢ بَعْدِهٖٓ اَبَدًاۗ اِنَّ ذٰلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمًا ٥٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi, kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya) tetapi jika kamu diundang, masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mengganggu Nabi sehingga dia malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Kamu tidak boleh menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-lamanya setelah Nabi (wafat). Sesungguhnya yang demikian itu sangat besar (dosanya) di sisi Allah.”

Setelah ayat ini turun dan didengar oleh Thalhah RA, ia pun merasa terpukul dan menangis menyesali perbuatannya. Ia kemudian segera bertobat kepada-Nya atas perbuatannya tersebut.

Ibnu Abbas RA meriwayatkan, “Sebagai bentuk penyesalan dan tobatnya terhadap ucapannya, Thalhah kemudian memerdekakan seorang budak, menginfakkan hartanya di jalan Allah SWT seberat yang bisa diangkut sepuluh ekor unta, serta menunaikan haji dengan berjalan kaki.”

Meski menyesal telah berniat menikahi Aisyah RA, cintanya kepada istri Rasulullah SAW itu tidak bisa hilang begitu saja. Ia mewujudkan rasa cinta itu dengan memberi nama salah satu putrinya dengan nama Aisyah pula.

Putri Thalhah RA itu bernama Aisyah binti Thalhah. Ia adalah anak yang cantik, cerdas, dan cemerlang bagaikan permata. Ia pun juga berguru kepada bibinya, Aisyah RA, yang terkenal sebagai salah satu tabi’in dan periwayat hadits yang terpercaya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Sosok Burung Elang Hari Uhud yang Jadi Perisai Rasulullah


Jakarta

Burung elang hari Uhud adalah julukan salah satu sahabat nabi yang berperan besar dalam Perang Uhud. Ia tak gentar melawan musuh dan sigap melindungi Rasulullah SAW.

Sosok yang menjapat julukan Burung elang hari Uhd adalah Thalhah bin Ubaidillah RA. Thalhah RA merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga.

Lantas, bagaimana Thalhah RA bisa dijuluki dengan burung elang hari Uhud? Berikut kisahnya.


Gelar Thalhah bin Ubaidillah

Dirangkum dari buku Ensiklopedia Sahabat Nabi karya Muhammad Raji Hasan Kinas dan buku Al Akhbar Titisan yang Tertulis karya Tebyan A’maari Machalli, Thalhah bin Ubaidillah RA adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Tayyim. Thalhah RA termasuk sepuluh orang yang dijamin masuk surga.

Thalhah RA adalah pemuda yang berprofesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah RA memiliki kelebihan dalam strategi berdagang. Ia sosok yang cerdik dan pintar, sehingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.

Rasulullah SAW memberikan gelar untuk Thalhah RA saat Perang Dzatil Asyirah, “Thalhah al-Fayyadh” yang artinya yang berlimpah kebaikan. Saat Perang Uhud, Rasulullah SAW memberikannya gelar “Thalhah al-Khayr” yang artinya pemilik kebajikan. Saat Perang Hunain, Rasulullah SAW juga memberinya gelar “Thalhah al-Jud” yang artinya sang dermawan.

Keislaman Thalhah bin Ubaidillah

Thalhah RA termasuk salah satu dari delapan orang yang lebih dulu memeluk Islam. Suatu ketika, Thalhah RA datang menemui Abu Bakar As Siddiq RA. Mereka saling bercerita. Setelah giliran Thalhah RA bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra, Abu Bakar As Siddiq RA tercengang. Lalu Abu Bakar RA mengajak Thalhah RA untuk menemui Rasulullah SAW.

Di hadapan Rasulullah SAW, Thalhah RA langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika Thalhah RA dan al-Zubair RA memeluk Islam, Rasulullah SAW mempersaudarakan mereka di Makkah. Setelah hijrah ke Madinah, beliau mempersaudarakan Thalhah RA dengan Abu Ayyub al-Anshari RA.

Banyak rintangan yang dihadapi oleh Thalhah RA setelah ia masuk Islam. Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh Thalhah RA. Bahkan ibunya sendiri mencaci makinya.

Tak hanya itu, seorang lelaki Quraisy yang bernama Naufal bin Khuwailid menyeret dan mengikat Abu Bakar RA dan Thalhah RA dan mendorong mereka ke algojo sehingga darah mengalir dari tubuh mereka. Maka dari itulah mereka mendapatkan gelar “Al-Qarinain” yang artinya sepasang sahabat yang mulia.

Dari banyaknya siksaan yang menimpa Thalhah RA, ia tetap mempertahankan dan menegakkan Islam. Hal ini menyebabkan Thalhah RA memiliki banyak gelar dan sebutan.

Kisah Thalhah Dapat Julukan Burung Elang Hari Uhud

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Thalhah RA mendapat kehormatan untuk menyertai mereka. Beberapa saat kemudian, Perang Uhud terjadi.

Saat itu barisan kaum Muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari sisi Rasulullah SAW. Hanya sebelas orang Anshar dan Thalhah RA yang tersisa.

Rasulullah SAW dan orang-orang yang mengawal beliau naik ke bukit, namun mereka dihadang oleh kaum musyrikin.

Rasulullah SAW berseru, “Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga.” Thalhah bin Ubaidillah RA berkata, “Aku Wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW kemudian menahannya dan berkata, “Tidak, jangan engkau, kau harus berada di tempatmu.”

Salah satu prajurit Anshar berkata, “Aku wahai Rasulullah.” Rasulullah SAW berkata, “Ya, majulah.” Kemudian prajurit Anshar itu maju melawan prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui kesyahidan.

Thalhah RA selalu menjadi orang pertama yang mengajukan diri, namun Rasulullah SAW menahannya agar untuk tetap ditempat. Hingga sebelas prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tinggal Thalhah RA bersama Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW berkata, “Sekarang engkau, wahai Thalhah.” Kemudian dengan semangat jihad yang berkobar, Thalhah RA menerjang menyerang kafir agar tidak menghampiri Rasulullah SAW. Hingga tak sedikit orang kafir yang tewas.

Ketika Abu Ubaidah bin Jarrah RA hampir sampai di dekat Rasulullah SAW, Rasulullah SAW memerintahkan untuk membantu Thalhah RA. Thalhah RA ditemukan tergeletak dan berlumuran darah. Tak kurang dari 79 luka bekas pedang, lembing, hingga panah.

Kaum musyrikin mengira bahwa Rasulullah SAW telah tewas. Akhirnya mereka pergi meninggalkan medan perang.

Kemudian Rasulullah SAW bersama Thalhah RA naik ke bukit di ujung medan pertempuran. Thalhah RA menciumi tangan, tubuh, dan kaki Rasulullah SAW seraya berkata, “Aku tebus engkau Ya Rasulullah dengan ayah ibuku.” Rasulullah SAW tersenyum dan berkata, “Engkau adalah Thalhah kebajikan.”

Di hadapan para sahabat, Rasulullah SAW bersabda, “Keharusan bagi Thalhah adalah memperoleh…” Yang dimaksud Rasulullah SAW adalah memperoleh surga. Sejak peristiwa Uhud itulah Thalhah RA mendapat julukan “Burung elang hari Uhud.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Wajah Ahli Puasa Terbakar, hingga Aisyah Disihir


Jakarta

Ada sejumlah kisah tentang mimpi yang nyata. Salah satunya adalah kisah seorang ahli puasa yang wajahnya menghitam karena mengakhirkan berbuka puasa. Wajahnya menghitam setelah bermimpi wajahnya terbakar.

Ada juga kisah Thalhah bin Ubaidillah yang bermimpi melihat dua sahabat yang masuk surga. Selain itu, ada kisah tentang istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah ra yang disihir. Aisyah mendapatkan petunjuk lewat mimpi tentang siapa yang melakukan sihir.

Simak kisah selengkapnya berikut ini.


Kisah Ahli Puasa yang Wajahnya Menghitam

Kisah ini dikutip dari buku Perjalanan Ruh terjemahan Masrukhin dan M Yusni Amru Al-Ghozali dari Al-Ruh karya Ibnu Qayyim Al-Jauzy.

Dikisahkan oleh Al-Qairuwani, dia menerima kabar dari seorang syekh yang memiliki banyak keutamaan. Syekh itu menerima kabar dari seorang ahli fiqih.

Dikisahkan, dahulu kala mereka mempunyai sahabat seorang lelaki ahli puasa. Lelaki tersebut banyak berpuasa, bahkan berpuasa tanpa henti.

Namun, lelaki itu terbiasa mengakhirkan berbuka. Padahal Rasulullah mengajarkan agar setiap orang berpuasa untuk menyegerakan berbuka.

Pada suatu malam, lelaki itu tidur kemudian bermimpi melihat dua orang hitam yang seolah menarik lengan atasnya dan bajunya untuk dibawa ke perapian dengan api menyala. Dia lalu dilemparkan ke dalamnya hingga wajahnya terbakar.

Ahli puasa itu bertanya, “Kenapa kalian melakukan ini?”

“Karena engkau menyalahi sunnah Rasulullah SAW. Sesungguhnya ia memerintahkan untuk mendahulukan berbuka, sedangkan engkau mengakhirkannya,” kata kedua orang hitam itu.

Keesokan paginya, wajah lelaki ahli puasa itu menghitam seperti terbakar api. Dia pun menutup wajahnya di hadapan orang-orang.

Kisah Thalhah Bermimpi Dua Sahabat Masuk Surga

Dilansir dari situs Kemenag Kepulauan Riau, ada kisah tentang mimpi seorang sahabat Nabi, yaitu Thalhah Bin Ubaidillah. Thalhah pada suatu malam bermimpi tentang dua orang sahabat yang sudah meninggal.

Dua orang sahabat ini termasuk orang bertakwa dari suku Qudha’ah. Mereka ringan tangan membantu dengan harta maupun tenaga untuk dakwah Islam. Keduanya juga berjihad dengan ikut berperang, sehingga dijamin masuk surga.

Kemudian salah satunya mati syahid dalam perang tersebut. Satu orang lainnya pulang membawa kemenangan. Kemudian dia meninggal satu tahun kemudian karena sakit.

Dalam mimpi, Thalhah melihat dua sahabat tersebut dipanggil untuk masuk ke dalam surga. Tetapi sahabat yang mati karena sakit diizinkan masuk lebih awal, baru kemudian terdengar suara memanggil sahabat yang mati syahid untuk masuk surga.

Lalu terdengar suara yang berkata kepada Thalhah, “Kembalilah karena belum waktumu masuk surga.” Setelahnya, Thalhah terbangun dari tidurnya.

Thalhah pun menceritakan mimpi itu kepada sahabat-sahabat lainnya. Para sahabat tidak percaya karena meyakini sahabat yang mati syahid seharusnya masuk surga terlebih dahulu.

Rasulullah yang mendengar kabar itu memanggil Thalhah. Rasulullah membenarkan mimpi Thalhah hingga membuat para sahabat heran.

“Mengapa sahabat yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu dari pada temannya yang meninggal karena mati syahid?” tanya para sahabat.

Rasulullah saw balik bertanya: “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab: “Betul.”

Rasulullah lalu bertanya: “Dan bukankah ia masih mendapati Ramadhan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?” Mereka menjawab: “Betul.”

Maka Rasulullah berkata: “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

Hal ini juga sesuai dengan sebuah riwayat tentang Rasulullah yang ditanya sahabat: “Siapakah manusia yang paling baik?” Rasulullah menjawab: “Siapa saja yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Kisah Aisyah Disihir

Dikisahkan bahwa istri Rasulullah pernah disihir. Imam Malik meriwayatkannya dari Abu Ar-Rijal, dari ‘Amrah, dari Aisyah, bahwa istri Rasulullah tersebut bermimpi ada seorang pelayan masuk ke kamar Aisyah yang sedang sakit.

Pelayan tersebut memberi tahu bahwa Aisyah sedang disihir. Aisyah bertanya siapakah yang menyihir dirinya. Pelayan itu menjawab, “Seorang budak perempuan yang di kamarnya ada anak kecil yang mengencinginya.”

Saat terbangun dari mimpi, Aisyah memanggil budak perempuannya. Budak perempuan tersebut berkata, “(Aku akan datang) setelah aku cuci dahulu kencing di bajuku.”

Merasa hal tersebut sesuai dalam mimpinya, Aisyah lalu bertanya padanya, “Apakah engkau menyihirku?” Budak perempuan itu pun mengakuinya.

Aisyah bertanya lagi, “Apa yang membuatmu melakukan itu?” Budak perempuan itu berkata, “Aku ingin segera dimerdekakan.”

Aisyah kemudian memerintahkan saudara lelakinya untuk menjual budak perempuan itu kepada orang Badui yang bersikap buruk pada budak yang dimilikinya. Maka dijuallah budak tersebut.

Aisyah kemudian bermimpi lagi. Dalam mimpi dia mandi dari air tiga sumur. Dia mengambil air dari masing-masing sumur itu dan mandi dengannya. Seketika ia sembuh dari sakitnya.

Itulah tadi beberapa kisah mimpi yang nyata, mulai dari wajah ahli puasa yang menghitam terbakar, mimpi Thalhah tentang dua sahabat masuk surga, serta kisah Aisyah yang disihir oleh budaknya. Wallahu a’lam.

(bai/inf)



Sumber : www.detik.com