Tag Archives: Ubay bin Kaab RA

Bacaan Doa Qunut Witir 15 Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Salat Witir bulan Ramadan umumnya dikerjakan usai salat Tarawih. Ulama Syafi’iyah menganjurkan untuk membaca doa qunut Witir saat memasuki pertengahan akhir Ramadan.

Mengutip buku Dialog Lintas Mazhab: Fiqh Ibadah dan Muamalah karya Asmaji Muchtar, mazhab Syafi’i berpendapat bahwa salat Witir hukumnya sunnah muakkad dengan jumlah rakaat paling sedikit satu rakaat dan paling banyak sebelas rakaat.

Jika dilakukan lebih dari sebelas rakaat dengan sengaja tahu, salat tambahan tersebut tidak sah. Adapun jika melakukannya karena tidak tahu atau lupa, salatnya tidak batal dan menjadi salat sunah mutlak.


Waktu salat Witir dimulai setelah salat Isya sampai terbit fajar. Disunahkan untuk membaca doa qunut dalam rakaat terakhir di setengah dari bulan Ramadan.

Bacaan Doa Qunut Witir

Imam an-Nawawi dalam Kitab Al Adzkar mengatakan melakukan qunut pada pertengahan akhir dari bulan Ramadan, tepatnya dalam rakaat terakhir salat Witir. Ulama Syafi’iyah lainnya ada yang berpendapat melakukan qunut pada semua salat Witir pada bulan Ramadan.

Bacaan doa qunut Witir pada 15 malam terakhir Ramadan termaktub dalam hadits yang diriwayatkan dalam Kitab Sunan Abu Dawud, At-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan kitab lainnya dengan sanad yang shahih dari al-Hasan bin Ali RA. Berikut bacaannya:

للّٰهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِنَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضٰى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ
مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Arab latin: Allaahumah dinii fii man hadaits, wa ‘aafiinii fii man ‘aafaits, wa tawallanii fii man tawallaits, wa baarik lii fii maa a’thaits, wa qi nii syarra maa qadlait, fa innaka taqdli wa laa yuqdlaa ‘alaik, wa innahuu laa yadzil-lu mau waalaits, tabarakta rabbanaa wa ta’aaits

Artinya: “Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah kesejahteraan kepadaku di antara orang-orang yang Engkau beri kesejahteraan, tolonglah aku di antara orang-orang yang Kau beri pertolongan, berikanlah keberkahan kepadaku pada apa-apa yang Engkau berikan kepadaku, dan peliharalah aku dari keburukan yang Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkau memutuskan dan tidak diputuskan atas-Mu, dan tiada kehinaan kepada orang yang telah Engkau tolong, Mahasuci Engkau wahai Tuhan kami, lagi Maha tinggi.”

Dijelaskan dalam buku Meneladani Solat Sunat yang Diajarkan Rasulullah karya Syihabudin Ahmad, doa qunut ketika salat witir dibaca pada rakaat yang terakhir setelah membaca surah dan sebelum rukuk.

Hal tersebut bersandar pada sebuah riwayat dari Ubay bin Ka’ab, dia berkata,

“Bahwasanya Rasulullah SAW mengerjakan Witir lalu membaca qunut sebelum rukuk.” (HR Ibnu Majah dalam Sunan-nya, Kitab Iqaamatush Sholaah was Sunnah Fiiha)

Dijelaskan pula bahwa menurut Syaikh Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah bahwa pandangan ini bersandarkan pada riwayat dari Abu Dawud bahwa Umar bin Khattab RA mengumpulkan orang ramai untuk melaksanakan salat Tarawih dengan berimamkan kepada Ubay bin Ka’ab RA.

Selama dua puluh hari Ubay bin Ka’ab menjadi imam kepada mereka dan tidak pernah mengerjakan qunut melainkan pada pertengahan akhir pada bulan Ramadan.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kapan Waktu Mustajab untuk Berdoa di Malam Lailatul Qadar?



Jakarta

Berdoa di malam lailatul qadar merupakan anjuran Rasulullah SAW. Lantas, jam berapa sebaiknya memanjatkan doa agar diijabah?

Malam lailatul qadar adalah malam yang istimewa di bulan Ramadan. Syekh Syihabuddin al-Qalyubi dalam Kitab An Nawadir mengatakan bahwa malam lailatul qadar termasuk waktu mustajab untuk berdoa.

Menurut sejumlah riwayat, malam lailatul qadar terletak di antara malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadan. Malam tersebut memiliki kemuliaan yang lebih baik daripada seribu bulan.


Masriyah Amwa dalam buku Indahnya Doa Rasulullah Bagiku mengatakan, kita dianjurkan untuk banyak berdoa pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Oleh karena itu, orang yang ingin menjumpai lailatul qadar hendaklah seseorang yang terjaga dari tidurnya dengan banyak beribadah serta berdoa sepanjang malam tersebut.

Berdoa pada Waktu Sahur Disebut Mustajab

Salah satu waktu mustajab untuk berdoa adalah pada sepertiga malam terakhir. Dikatakan dalam buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki dan Kesuksesan karya Deni Lesmana maksud dari sepertiga malam yang akhir ini merupakan waktu malam hari yang mendekati waktu Subuh atau di waktu sahur.

Meskipun, pada waktu ini banyak orang yang mengalami kesulitan bangun, akan tetapi di waktu tersebut merupakan waktu yang tepat untuk beribadah kepada Allah SWT.

Selain itu, waktu ini juga merupakan waktu dibukanya pintu rahmat dan dikabulkannya doa, kepada siapa saja yang terbangun dan beribadah kepada-Nya. Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku-kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Ku-berikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Ku-ampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam Kitab Manaqib Imam Asy-Syafi’i karya Imam Fakhruddin Ar-Razi dikatakan, seseorang yang beristighfar di waktu sahur memiliki keutamaan yang besar. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah SWT yang berbunyi,

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ١٨

Artinya: “Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Az Zariyat: 18)

Allah SWT juga berfirman,

اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ ١٧

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS Ali Imran: 17)

Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan, ayat tersebut adalah pujian bagi orang-orang yang beriman yang memiliki sifat-sifat tersebut dan menjadikan beristighfar pada waktu sahur sebagai penutup dari sifat-sifat tersebut.

Sepertiga malam terakhir dimulai sekitar jam 1 dini hari hingga memasuki waktu salat Subuh.

Terlepas dari waktu tersebut, malam lailatul qadar sendiri sudah termasuk waktu mustajab untuk berdoa. Hal ini turut dijelaskan Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani dalam buku Fiqh Shalat Terlengkap.

Disebutkan dalam Kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi, Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak doa berikut ketika malam lailatul qadar,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ، تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma innala ‘afuwwun kariim, tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah & Ahmad, dari Aisyah)

Doa tersebut termaktub dalam Kitab At-Tirmidzi, Kitab An-Nasa’i, dan Kitab Ibnu Majah dari riwayat Aisyah RA. Imam At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini adalah hasan shahih.”

Abdul Gofar dalam buku Fiqih Wanita Edisi Lengkap, menjelaskan bahwa malam lailatul qadar berada pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan, hal ini sesuai dengan hadis dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,

هي فِي الْعَشر الأواخر منْ رَمَضَانَ

Artinya: “Lailatul qadar itu berada pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Ahmad, Bukhari, dan Abu Dawud)

Tepatnya, pada malam-malam ganjil dari bulan tersebut, yaitu pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Ubay bin Ka’ab RA pernah bersumpah bahwa lailatul qadar jatuh pada malam kedua puluh tujuh. Lalu ditanyakan kepadanya: “Dengan apa engkau mengetahui hal itu? Ubay menjawab: Aku mengetahuinya melalui tanda-tanda yang diberikan oleh Rasulullah SAW, bahwa matahari akan terbit pada pagi harinya seperti bejana tembaga yang tidak memancarkan sinarnya.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com