Tag Archives: umamah

Salat Syuruq dan Dhuha Apakah Sama?


Jakarta

Salat sunnah Syuruq yang juga dikenal dengan nama salat Isyraq adalah salat sunnah yang dilakukan pada pagi hari setelah terbitnya matahari. Waktu pelaksanaannya dimulai ketika matahari sudah naik setinggi satu tombak di atas ufuk.

Dalam buku Fiqih Salat Sunah karya Ali Musthafa Siregar dan tim, dijelaskan bahwa waktu terbit matahari yang dimaksud adalah ketika matahari telah berada pada posisi setinggi satu tombak di atas ufuk. Salat Syuruq bisa dikerjakan sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit, atau setelah waktu syuruq yang tertera di jadwal salat.

Menariknya, salat Dhuha juga ditunaikan di pagi hari dan dapat dimulai pada waktu yang sama dengan salat Syuruq Lantas, apakah salat Syuruq dan salat Dhuha sebenarnya adalah salat yang sama atau justru dua ibadah sunnah yang berbeda?


Apakah Salat Syuruq dan Dhuha Sama?

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai salat Syuruq, sebagian ulama berpendapat bahwa salat ini merupakan salat sunnah yang berdiri sendiri dengan keutamaan dan waktu khusus, sementara sebagian lainnya menganggapnya sebagai bagian dari salat Dhuha.

Sebagaimana dijelaskan oleh David Muhammad dalam buku Shalat-shalat Tathawwu’, sejumlah ulama berpendapat bahwa salat Syuruq tidak berbeda dengan salat Dhuha.

Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Al-Hakim dalam Al-Mustadrak serta didukung oleh Tafsir Imam Ath-Thabari dan Syaikh Ibnu Utsaimin dalam Liqa Al-Bab Al-Maftuh. Menurut mereka, salat Syuruq adalah salat Dhuha itu sendiri yang dikerjakan segera setelah matahari terbit dan naik setinggi tombak.

Jika salat tersebut dilakukan di pertengahan atau akhir waktu pagi, maka disebut salat Dhuha. Namun secara keseluruhan tetap tergolong salat Dhuha.

Berbeda dengan itu, Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa salat Syuruq dan salat Dhuha adalah dua ibadah sunnah yang terpisah.

Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, salat Syuruq dimulai tepat setelah waktu terlarang salat usai, yakni ketika matahari baru saja terbit, sementara waktu salat Dhuha dimulai ketika matahari sudah lebih tinggi hingga menjelang waktu zuhur.

Tata Cara Salat

Salat Dhuha atau Syuruq adalah ibadah sunah yang dikerjakan secara mandiri (tidak berjamaah), dengan jumlah rakaat minimal dua dan maksimal dua belas. Saat memulai salat, niat dibaca dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram.

Mengutip buku Keberkahan Sholat Dhuha, Raih Rezeki Sepanjang Hari karya Ustadz Arif Rahman, berikut tata cara pelaksanaannya:

  1. Membaca niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surah Al-Fatihah
  5. Membaca surah Asy-Syams
  6. Rukuk
  7. I’tidal
  8. Sujud pertama
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Bangkit dan mengerjakan rakaat kedua
  12. Membaca surah Al-Fatihah
  13. Membaca surah Ad-Dhuha
  14. Rukuk
  15. I’tidal
  16. Sujud
  17. Duduk di antara dua sujud
  18. Tasyahud akhir
  19. Salam

Tata cara ini dapat diulang sesuai jumlah rakaat yang diinginkan. Contoh, empat rakaat dapat dilakukan dalam dua kali salat (2-2), atau enam rakaat dalam tiga kali salat (2-2-2).

Keutamaan Salat Syuruq

Salat Syuruq memiliki sejumlah keutamaan istimewa bagi siapa pun yang menunaikannya dengan penuh keikhlasan. Salah satu keutamaannya adalah ganjaran pahala yang sebanding dengan ibadah haji dan umrah yang sempurna, sebagaimana disampaikan dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW.

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Artinya: “Siapa yang salat Subuh berjamaah, lalu duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, kemudian salat dua rakaat, ia akan mendapatkan pahala haji dan umrah sempurna (diulang tiga kali).” (HR Tirmidzi)

Dari Abu Umamah RA, Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa yang mengerjakan salat Subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan salat sunnah Dhuha (di awal waktu, syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna.” (HR Thabrani)

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa dan Amalan Malam 15 Rajab


Jakarta

Malam 15 Rajab termasuk malam istimewa sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali dalam beberapa kitabnya. Berikut sejumlah amalan yang bisa dilakukan untuk menghidupkan malam tersebut.

Bulan ini, umat Islam berada pada Rajab 1446 H. Menurut kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Kementerian Agama RI, malam 15 Rajab 1446 H dimulai pada Selasa, 14 Januari 2025 setelah maghrib.

Imam al-Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin memasukkan malam 15 Rajab sebagai malam istimewa yang punya keutamaan. Selain malam ini, ada dua malam lainnya yang istimewa pada bulan Rajab, yakni malam pertama dan malam 27 Rajab.


Menurut Imam al-Ghazali, memperbanyak amal ibadah pada malam yang punya keutamaan, seperti malam 15 Rajab, hukumnya sunnah. Sebab, malam tersebut adalah waktu beramal dan waktu terbaik untuk berniaga dalam perkara agama. Orang yang melalaikan malam itu tidak akan mendapat untung.

Amalan Malam 15 Rajab

Dijelaskan dalam buku Doa & Amalan di Bulan Rajab, Sya’ban & Ramadhan karya Tim Zahra, Imam Ja’far ash-Shadiq meriwayatkan amalan malam ke-13, 14, dan 15 Rajab. Pada malam 15 Rajab, dianjurkan salat 6 rakaat dengan membaca surah Al Fatihah dilanjutkan surah Yasin, Al-Mulk, dan Al-Ikhlas setiap rakaatnya.

Dikatakan, mengerjakan amalan tersebut akan mendapatkan keutamaan-keutamaan bulan Rajab serta diampuni segala dosanya selain syirik.

Pada hari ke-15 Rajab saat matahari tergelincir dianjurkan mandi. Setelah itu menunaikan salat Zuhur dan Ashar dan menyempurnakan rukuk dan sujud.

detikHikmah belum menemukan dalil kuat terkait amalan khusus malam 15 Rajab. Umumnya, amalan-amalan tersebut berasal dari para ulama terdahulu.

Terlepas dari itu, umat Islam bisa mengerjakan amalan seperti salat malam dan memperbanyak dzikir pada malam hari. Menurut sabda Rasulullah SAW, salat malam adalah salat yang paling utama setelah salat wajib.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ اللهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

Artinya: Abu Hurairah RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam’.” (HR Muslim)

Hadits tersebut terdapat dalam kitab Bulughul Maram yang disusun Ibnu Hajar al-Asqalani.

Dalam riwayat lain, salat malam sebaiknya dikerjakan per dua rakaat.

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: Ibnu Umar RA berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Salat malam itu dua rakaat, dua rakaat. Apabila salah seorang di antara kalian khawatir tiba waktu salat Subuh, salatlah meskipun satu rakaat untuk mengganjilkan salat sunnah yang telah dilakukan.” (Muttafaq ‘alaih)

Doa Bulan Rajab

Selain salat malam, umat Islam juga bisa memperbanyak doa di bulan Rajab. Menurut hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW membaca doa berikut saat memasuki bulan Rajab:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma baarik lanaa fii rajab wa sya’ban wa ballighna ramadhana

Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami dalam bulan Rajab dan Syakban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” (HR Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus, dan Imam an-Nawawi dalam al-Azkar)

Berdoa pada bulan Rajab disebut mustajab. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang dipaparkan Imam al-Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub.

Diriwayatkan dari Abu Umamah, Rasulullah SAW bersabda, “Ada lima malam di mana doa tidak ditolak, yaitu malam pertama pada bulan Rajab, malam Nisfu Syakban, malam Jumat, dan malam dua hari raya.” (HR Ad-Dailami)

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com