Tag Archives: umar

Tanggal Hijriah Hari Ini 4 Juli 2025, Cek Konversi Sebulan di Sini



Jakarta

Kalender hijriah disebut juga dengan kalender Islam. Penanggalan ini menjadi acuan dalam menentukan hari-hari penting dan waktu ibadah dalam Islam. Tanggal 4 Juli 2025 jatuh pada tanggal berapa dalam kalender Hijriah?

Kalender Hijriah merupakan kalender yang sistemnya dimulai sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab dan tahun pertamanya dimulai pada saat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah yakni pada tahun 622 Masehi.

Melansir buku Kalender Agama Abrahamik tulisan Fathor Rausi menjelaskan tentang penentuan awal bulan Hijriah sangat erat kaitannya dengan ritual ibadah sehingga sangat kental dengan nuansa fiqh. Penentuan awal bulan Hijriah terus berkembang mengikuti tuntutan zaman, karena pada dasarnya hukum Islam (fiqh) bersifat elastis dan tidak kaku dalam merespons perkembangan zaman. Elastisitas fiqh melahirkan ragam gagasan ulama yang ditawarkan dalam kancah akademik.


Penentuan awal bulan Hijriah secara fiqh ditempuh dengan cara observasi hilal (ru’yah al-hilal) dan menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari (istikmal). Cara kedua merupakan alternatif manakala hilal tidak berhasil dirukyat karena keadaan langit mendung atau hilal memang belum lahir. Observasi hilal dan istikmal adalah dua cara penentuan awal bulan Hijriah yang disepakati oleh fuqaha (ittifaq).

Kalender Hijriah juga mengacu pada perputaran Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan kalender Masehi berdasarkan pada revolusi Bumi mengelilingi Matahari.

Hasil Konversi Tanggal Hijriah Bulan Juli 2025

Tanggal Hijriah perlu dikonversi terlebih dulu untuk mengetahui kesesuaian antara kalender Hijriah dengan kesesuaian dengan tanggal hari ini. Berikut rincian hasil konversi tanggal hijriah dalam bulan Juli 2025.

1 Juli 2025: 5 Muharram 1447 H
2 Juli 2025: 6 Muharram 1447 H
3 Juli 2025: 7 Muharram 1447 H
4 Juli 2025: 8 Muharram 1447 H
5 Juli 2025: 9 Muharram 1447 H
6 Juli 2025: 10 Muharram 1447 H
7 Juli 2025: 11 Muharram 1447 H
8 Juli 2025: 12 Muharram 1447 H
9 Juli 2025: 13 Muharram 1447 H
10 Juli 2025: 14 Muharram 1447 H
11 Juli 2025: 15 Muharram 1447 H
12 Juli 2025: 16 Muharram 1447 H
13 Juli 2025: 17 Muharram 1447 H
14 Juli 2025: 18 Muharram 1447 H
15 Juli 2025: 19 Muharram 1447 H
16 Juli 2025: 20 Muharram 1447 H
17 Juli 2025: 21 Muharram 1447 H
18 Juli 2025: 22 Muharram 1447 H
19 Juli 2025: 23 Muharram 1447 H
20 Juli 2025: 24 Muharram 1447 H
21 Juli 2025: 25 Muharram 1447 H
22 Juli 2025: 26 Muharram 1447 H
23 Juli 2025: 27 Muharram 1447 H
24 Juli 2025: 28 Muharram 1447 H
25 Juli 2025: 29 Muharram 1447 H
26 Juli 2025: 1 Safar 1447 H
27 Juli 2025: 2 Safar 1447 H
28 Juli 2025: 3 Safar 1447 H
29 Juli 2025: 4 Safar 1447 H
30 Juli 2025: 5 Safar 1447 H
31 Juli 2025: 6 Safar 1447 H

Perhitungan Hijriah dan Masehi Berbeda

Kalender Hijriah memiliki sistem perhitungan yang berbeda dengan kalender Masehi. Melansir laman IAIN Tuban, kalender Masehi mendasarkan perhitungan pada peredaran Bumi mengitari Matahari, sementara kalender Hijriah mengacu pada peredaran Bulan mengitari Bumi.

Dilansir detikSulsel, KH. Shofiyulloh, seorang ahli ilmu falak NU menjelaskan bahwa kalender Masehi dalam menyatakan panjang satu tahunnya didasarkan siklus tropis Matahari, yaitu 365,2222 hari. Dalam setahun dibagi menjadi 12 bulan. Januari terdiri dari 31 hari, Februari 28/29 hari, Maret 31 hari, April 30 hari, Mei 31 hari, Juni 30, Juli 31 hari, Agustus 31 hari, September 30 hari, Oktober 31 hari, November 30 hari, dan Desember 31 hari.

Khusus Februari, pada saat tahun basithah umur Bulan 28 hari, sementara saat tahun kabisat 29 hari. Dalam perhitungan kalender Masehi Gregori, setiap 4 tahun sekali ada tahun kabisat. Yakni tahun abad (ratusan atau ribuan) baru dianggap tahun kabisat jika habis dibagi 400 tahun.

Sementara pada kalender Hijriah, panjang satu tahunnya berdasarkan 12 kali siklus sinodis bulan atau 12 kali fase bulan yang sama/hilal. Siklus sinodis Bulan bervariasi, rata-ratanya 29,53 hari. Sehingga umur Bulan dalam satu bulan Hijriah terkadang 29 hari, terkadang 30 hari. Tidak tentu, tergantung apakah saat tanggal 29 hilal terlihat atau tidak.

Sehingga pada kalender Hijriah, dalam setahun umur harinya terkadang 354 hari dan terkadang 355 hari.

Selengkapnya baca di sini.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Hikmah Zakat bagi Umat Islam, Salah Satunya Mendatangkan Rahmat


Jakarta

Banyak hikmah yang terkandung dalam zakat. Amalan wajib yang satu ini dikeluarkan dari penghasilan serta harta simpanan yang sudah mencapai nisabnya.

Setidaknya ada dua jenis zakat, yaitu zakat mal dan zakat fitrah. Kewajiban zakat tercantum dalam beberapa dalil, salah satunya surah At Taubah ayat 103,

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


Artinya: “Ambil-lah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Menukil dari Fiqh As-Sunnah oleh Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap dan Masrukhin, para ulama fikih sepakat bahwa kewajiban zakat fitrah diwajibkan pada akhir Ramadan. Hal ini berbeda dengan zakat mal yang dikeluarkan jika telah mencapai nisabnya.

Menurut buku Fikih Zakat Indonesia oleh Nur Fatoni, zakat mal adalah zakat yang dikeluarkan berkenaan dengan kepemilikan harta tertentu dan memenuhi syarat. Zakat mal wajib bagi seluruh jenis harta yang diperoleh secara halal dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, seperti uang, emas, surat berharga, pendapatan profesi, aset perdagangan, hasil barnag tambang, dan lain sebagainya.

Lantas, apa saja hikmah zakat yang diwajibkan bagi seluruh umat Islam?

Hikmah Zakat bagi Kaum Muslimin

Mengutip buku Manajemen Pengelolaan Zakat tulisan Dr Nurfiah Anwar dan Fiqih Islam wa Adilatuhu susunan Prof Wahbah Az Zuhaili terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani dkk, berikut beberapa hikmah zakat bagi umat Islam yang penting dipahami.

1. Menegakkan Ibadah yang Disyariatkan Islam

Dengan berzakat, muslim telah menegakkan ibadah yang menjadi bagian pokok agama. Sebab, hukum pemberian zakat adalah wajib.

2. Menyempurnakan Keislaman Seseorang

Muslim yang berzakat berarti menyempurnakan keislamannya karena zakat termasuk ke dalam rukun Islam. Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Islam dibangun di atas lima pondasi; syahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad Rasul Allah, menegakkan salat, mengeluarkan zakat, haji, dan puasa Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Bentuk Syukur atas Nikmat

Hikmah zakat lainnya adalah termasuk bentuk rasa syukur terhadap nikmat harta yang Allah SWT berikan. Terlebih, Sang Khalik memuji hamba-Nya yang senantiasa bersyukur seperti tercantum dalam surah Ibrahim ayat 7,

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧

Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”

5. Menyucikan Jiwa

Zakat dapat menyucikan jiwa seorang muslim dan mencegah penyakit hati atau akhlak yang tercela. Dengan mengeluarkan zakat, niscaya muslim terhindar dari sifat kikir dan tamak. Selain itu, harta zakat juga diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

6. Keberkahan Harta

Hikmah zakat yang lain adalah menambah rezeki dan keberkahan harta. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Saba’ ayat 39.

قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗوَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٣٩

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.” Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.”

7. Menggugurkan Dosa

Muslim yang menunaikan kewajiban zakat akan dihapuskan dosanya. Sebab, zakat sama halnya seperti sedekah.

Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah itu dapat memadamkan dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR Tirmidzi)

8. Menenangkan Hati dan Melapangkan Jiwa

Hikmah zakat yang akan diperoleh muslim adalah memperoleh ketenangan hati dan kelapangan jiwa. Mengeluarkan zakat oleh seseorang karena kerelaan hati menjadi bentuk penyerahan diri dan lambang keislaman sebagaimana bunyi firman Allah SWT dalam surah Az Zumar ayat 22,

اَفَمَنْ شَرَحَ اللّٰهُ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِ فَهُوَ عَلٰى نُوْرٍ مِّنْ رَّبِّهٖ ۗفَوَيْلٌ لِّلْقٰسِيَةِ قُلُوْبُهُمْ مِّنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ٢٢

Artinya: “Maka, apakah orang yang Allah bukakan hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka, celakalah mereka yang hatinya membatu dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.”

9. Mendatangkan Rahmat

Menunaikan kewajiban zakat dapat mendatangkan rahmat dari Allah SWT. Terkait hal ini turut dijelaskan dalam surah Al A’raf ayat 156,

۞ وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ قَالَ عَذَابِيْٓ اُصِيْبُ بِهٖ مَنْ اَشَاۤءُۚ وَرَحْمَتِيْ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍۗ فَسَاَكْتُبُهَا لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ وَيُؤْتُوْنَ الزَّكٰوةَ وَالَّذِيْنَ هُمْ بِاٰيٰتِنَا يُؤْمِنُوْنَۚ ١٥٦

Artinya: “Tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau. (Allah) berfirman, “Siksa-Ku akan Aku timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa dan menunaikan zakat serta bagi orang-orang yang beriman pada ayat-ayat Kami.”

10. Sebab Turunnya Pertolongan Allah SWT

Zakat termasuk ke dalam sebab turunnya pertolongan Allah SWT kepada hamba-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Hajj ayat 40-41,

الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّآ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ ٤٠ اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ ٤١

Artinya: “40. (Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya, tanpa alasan yang benar hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. 41. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.”

Itulah beberapa hikmah zakat yang dapat dipahami kaum muslimin. Jangan lupa ditunaikan, ya!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Hadiri Forum WZWF, Menag Nasaruddin Berharap Zakat dan Wakaf bisa Jadi Solusi Masalah Global



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) bersama Bank Indonesia menggelar Konferensi dan Pertemuan Tahunan World Zakat and Waqf Forum (WZWF). Acara yang dirangkai dengan perhelatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) itu juga didukung Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Forum ini mengusung tema “Tatanan Global Zakat-Wakaf Baru: Komunitas Global yang Bersatu Berdasarkan Keadilan, Kasih Sayang, dan Kesejahteraan Bersama.” Kegiatan yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta pada Jumat-Sabtu (1-2/11/2024) disambut antusias oleh peserta forum.

Konferensi ini dihadiri peserta dari 43 negara anggota dan menjadi media yang mempertemukan pemimpin global, praktisi, pengusaha, dan generasi muda untuk membahas inovasi dan masa depan pengelolaan zakat dan wakaf.


Menteri Agama Nasaruddin Umar berharap, konferensi ini menghasilkan gagasan baru yang memaksimalkan pemberdayaan zakat dan wakaf sebagai solusi atas masalah global. “Kita perlu mengkaji bagaimana zakat dan wakaf dapat menjadi jawaban atas berbagai tantangan dunia,” ungkapnya dalam konferensi pers usai membuka acara secara resmi, Jumat (1/11/2024).

Dalam kesempatan ini, Menag menekankan pentingnya kemajuan teknologi dalam pengelolaan zakat dan wakaf. Menurutnya, teknologi digital mendukung transparansi dan efektivitas distribusi bagi masyarakat yang membutuhkan.

“Justru teknologi bisa memperluas jangkauan pengumpulan zakat dan wakaf hingga skala global, serta memastikan pemanfaatan dana secara produktif dan tepat sasaran,” lanjutnya.

Kemenag saat ini mengimplementasikan empat program utama untuk memperkuat peran zakat dan wakaf, yaitu meliputi Kampung Zakat, KUA Pemberdayaan Ekonomi Umat, Inkubasi Wakaf Produktif, dan Kota Wakaf. Program-program ini bertujuan mengoptimalkan zakat dan wakaf sebagai alat pemberdayaan ekonomi, bukan hanya sebagai ibadah.

Menag turut menyoroti bonus demografi di Indonesia sebagai peluang untuk memberdayakan generasi muda melalui pendidikan dan keterampilan yang didukung oleh dana zakat dan wakaf.

“Jika berhasil, dampak jangka panjang dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat akan semakin terasa,” jelasnya.

Gerakan Indonesia Berwakaf

Dalam forum tersebut, Kamaruddin Amin selaku Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) memperkenalkan Gerakan Indonesia Berwakaf. Gerakan ini menjadi salah satu langkah strategis untuk memaksimalkan potensi aset wakaf nasional. Melalui pilar inklusivitas, keberlanjutan, dan inovasi, gerakan ini berupaya memanfaatkan aset wakaf yang luas demi kesejahteraan masyarakat.

Kamaruddin yang juga menjabat sebagai Dirjen Bimas Islam ini menyebut, Indonesia memiliki 445.410 lokasi tanah wakaf, termasuk 36.240 madrasah, 1.100 kantor KUA, 220.000 masjid, dan 266.413 musala.

“Gerakan ini akan fokus mengembangkan aset-aset tersebut dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan konservasi lingkungan. Selain mendukung madrasah, gerakan ini juga mendorong pendirian rumah sakit, pemberian beasiswa, serta inisiatif wakaf hijau untuk pelestarian alam,” jelasnya.

Kamaruddin juga mengajak negara-negara dan organisasi internasional untuk bekerja sama dalam mengoptimalkan dampak wakaf secara global. Dengan teknologi digital, Gerakan Indonesia Berwakaf dapat memastikan pengelolaan wakaf yang transparan dan berkelanjutan demi masa depan yang lebih inklusif.

Inovasi pengelolaan zakat dan wakaf, seperti wakaf korporasi dan wakaf saham, terus didorong agar relevan di dunia modern dengan peluang investasi yang semakin luas. Selain itu, kegiatan konferensi mencakup sesi pembelajaran dari para ahli yang berbagi praktik terbaik, solusi inovatif, dan kerangka kerja terbaru.

Forum ini turut dihadiri Menteri Agama Malaysia, Mohd Na’im Mokhtar, dan diikuti 250 peserta dari 43 negara anggota WZWF. Gelaran WZWF juga didukung sejumlah sponsor seperti Bank Mega Syariah, Bank CIMB Niaga Syariah, dan PT Paragon Technology and Innovation.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Jenis Sedekah yang Pahalanya Paling Dahsyat dalam Islam, Apa Itu?


Jakarta

Sedekah merupakan amalan yang dianjurkan bagi setiap muslim. Dengan bersedekah, maka kita berbagi kebahagiaan dengan orang-orang yang membutuhkan.

Dalam sebuah hadits, sedekah dikatakan sebagai amal yang paling utama. Dari Umar, ia berkata:

“Disebutkan kepadaku bahwa amal-amal (saleh) saling membanggakan diri, maka sedekah berkata, ‘Aku yang paling utama di antara kalian’.” (HR Ibnu Khuzaimah dan Hakim)


Menukil dari buku Mukjizat Sedekah Lipat Ganda Sampai 700 Kali oleh Aleeya S Al Fathunnisa, sedekah merupakan amal ibadah yang paling utama karena berkaitan dengan harta benda. Harta benda adalah salah satu ujian bagi manusia.

Agama Islam melarang umatnya untuk terlena dan jatuh berlebihan terhadap harta benda. Karenanya, bersedekah menjadi cara Allah SWT menguji setiap hamba-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 267, a

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

Berkaitan dengan itu, pada sejumlah hadits diterangkan terkait sedekah dengan ganjaran pahala yang dahsyat. Sedekah seperti apa yang dimaksud?

Jenis Sedekah yang Pahalanya Paling Dahsyat

Ada beberapa sedekah dengan ganjaran pahala luar biasa bagi muslim yang disebutkan dalam hadits. Berikut bunyinya yang dinukil dari Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 oleh Imam Nawawi terjemahan Misbah.

Abu Hurairah RA berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu berkata, “Ya Rasulullah, sedekah mana yang paling besar pahalanya?”

Beliau bersabda, “Yaitu jika engkau bersedekah, engkau itu masih sehat dan sebenarnya engkau kikir. Kau takut menjadi fakir dan engkau sangat berharap menjadi kaya. Tetapi janganlah engkau menunda-nunda sehingga apabila nyawamu telah sampai di kerongkongan lalu berkata, ‘Yang ini untuk fulan dan yang ini untuk fulan,’ padahal yang demikian itu memang untuk fulan.” (HR Muttafaq’alaih)

1. Sedekah dalam Kondisi Sehat

Menurut Imam Nawawi, hadits di atas menjelaskan bahwa kondisi sehat menjadi salah satu sedekah dengan pahala luar biasa bagi muslim. Sebab, sedekah ketika sehat membuktikan hatinya ikhlas dan cintanya besar kepada Allah SWT.

Tentu berbeda dengan kondisi orang yang tengah sakit atau di penghujung ajal. Imam Nawawi mengatakan, ketika manusia sakit dan segera menghadapi kematian maka pandangannya terhadap harta seperti bukan miliknya karena sudah putus asa akan hidup.

2. Sedekah ketika Sehat dan dalam Keadaan Kikir

Selain itu, sedekah yang diganjar pahala besar selanjutnya adalah diberikan ketika masih sehat dan dalam keadaan kikir. Seperti diketahui, kikir merupakan sifat yang terlihat dari manusia ketika mereka sehat.

Kikir, pelit, atau bakhil termasuk akhlak tercela yang dibenci Allah SWT. Larangan bersifat kikir disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 180,

وَلَا يَحْسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا۟ بِهِۦ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

3. Sedekah ketika Harta Berlimpah

Selanjutnya, sedekah yang diganjar pahala berlipat adalah yang diberikan dalam keadaan kaya atau harta yang berlimpah. Asy Syarqawi melalui Jawahir Al-Bukhari susunan Syaikh Muhammad Imarah yang diterjemahkan M Abdul Ghoffar menerangkan bahwa tujuan bersedekah adalah menguatkan keinginan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Lelaki



Jakarta

Diriwayatkan dari Hasan r.a., Rasulullah Saw. bersabda, ” Ada orang-orang dengan jumlah lebih banyak dari Bani Rabi’ah dan Mudhar, kelak akan masuk surga karena syafaat seorang laki-laki dari umatku. Maukah kalian aku beritahu nama lelaki itu ?”

Orang-orang menjawab, ” Tentu saja, wahai Rasulullah!.”
Rasulullah Saw. bersabda, ” Lelaki itu adalah Uwais al-Qarni.”
Kemudian beliau bersabda, ” Wahai Umar! Apabila engkau menemukannya, sampaikan salamku untuknya, berbincanglah dengannya hingga dia mendo’akanmu. Ketahuilah bahwa dia menderita penyakit kusta. Lalu dia berdo’a memohon (kesembuhan) kepada Allah Swt, kemudian Allah Swt mengangkat penyakitnya. Lalu, dia berdo’a kepada Allah Swt. (untuk dikembalikan penyakitnya), dan Allah Swt mengembalikan sebagian dari penyakitnya itu.”

Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang pernah disebut oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya. Ia seorang pemuda yang sangat dicintai oleh Allah Swt. dan terkenal di langit dan tidak dikenal di bumi. Saat Ibunya sakit lumpuh, ia pamit ke Madinah sangat rindu untuk bertemu dengan Rasulullah Saw. Ibunya berpesan jika sudah bertemu segera pulang. Sesuai takdirnya, ia tidak bertemu dengan Rasulullah Saw. karena lagi pergi berperang. Kemudian segera kembali ke rumahnya di Yaman dan menitip pesan pada Aisyah r.a.


Tatkala Sang Ibu ingin naik haji, meski tergolong miskin, Uwais menyanggupinya dengan menggendong Ibunya sampai ke Baitullah. Inilah bakti seorang anak pada Ibunya. Belum pernah berjumpa dengan junjungan-Nya, namun ia dikatakan dalam sabdanya sebagai orang yang memberi syafaat.

Saat Amirul Mukminin Umar bin Khatab dalam musim haji menyampaikan pesan untuk bertemu dengan Uwais, maka salah seorang yang berasal dari daerahnya menyanggupi untuk menyampaikan pesan itu kepada Uwais.
Kemudian Uwais datang menemui Umar.
Umar bertanya,” Apakah Anda Uwais ?” Uwais menjawab, ” Ya, benar, wahai Amirul Mukminin.”
Kemudian Umar berkata, ” Sungguh, Allah Swt dan Rasulullah Saw benar. Apakah anda memiliki penyakit kusta, lalu Anda berdo’a kepada Allah Swt. dan diangkat penyakitnya. Lantas Anda berdo’a kembali ( agar dikembalikan ) dan Allah Swt. mengembalikan sebagian penyakit Anda itu.”
Uwais menjawab, ” Benar. Siapa yang mengabari Anda tentang hal itu? Demi Tuhan, tak ada yang mengetahuinya selain Allah Swt.”
Umar menjawab, ” Yang memberitahuku Rasulullah Saw. Beliau memerintahkan untuk memohon kepada Anda berkenan mendo’akanku. Karena beliau bersabda tentang lelaki yang memasukkan surga dengan syafaatnya orang-orang yang jumlahnya lebih banyak dari Bani Rabi’ah dan Mudhar. Beliau menyebut nama Anda sebagai lelaki itu.”
Kemudian Uwais mendo’akan Umar, lalu berkata,” Wahai Amirulmukminin, saya punya keperluan kepada Anda berupa permohonan untuk menyembunyikan kabar tentang diri saya dan izinkan saya untuk beranjak dari tempat ini,”

Kemudian Umar mengabulkan permohonannya, lantas Uwais tetap tersembunyi dari umat manusia dan terbunuh syahid di hadapan Ali bin Abi Thalib dalam perang Shiffin.

Dalam kisah di atas, hal-hal yang baik seperti: patuh pesan Sang Ibu, tidak menolak atas permintaan Sang Ibu meski sangat berat karena keadaan yang miskin dan ingin menyembunyikan diri dari umat manusia, karena ia ingin berhubungan dan bersandar dengan Allah Swt. agar tidak terganggu. Namun demikian ia berakhir dengan syahid saat ikut berperang. Akhir yang menjadi idaman setiap orang yang beriman.

Berbakti kepada Sang Ibunda merupakan tuntunan utusan-Nya. Ingatlah bahwa begitu panjang Ibunda merawat saat bayi, membimbing saat remaja dan selalu berdo’a dalam tahajudnya saat engkau dewasa. Maka jauhilah sikap ingkar dan dekaplah semua permintaannya. Banyak contoh sahabat penulis yang begitu patuh, taat dan melayani sang Ibu, maka ia telah diberikan limpahan barokah serta dibimbing dalam mengisi kehidupan ini. Ada yang bersedih hingga beberapa pekan saat ditinggalkannya, ada yang menggendong Ibunya saat membutuhkan perpindahan tempat, tidak membuat hati Ibu bersedih dan berusaha selalu menyenangkan.

Penulis bermimpi, jika seseorang yang akan memimpin suatu negeri dengan karakter yang berbakti pada Ibundanya, maka rakyat atau warga akan dilayaninya seperti saat melayani Ibunya. Kebutuhan warga akan dipenuhinya seperti saat menenuhi kebutuhan Ibunya. ” Ya Allah, Engkau yang berkuasa, pilihlah pemimpin yang Engkau kehendaki dan bimbinglah ia agar menjadikan negeri yang Baldatun Thoyyibatun warobbun Ghofur. Jauhkanlah pemimpin yang tiada memberi contoh kebaikan, agar kehidupan harmonis selalu ada pada negeri tercinta ini.”

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Sikap Mulia



Jakarta

Sikap mulia yang lebih mementingkan orang lain dalam kerangka persaudaraan. Sikap ini menunjukkan kerelaannya dalam membantu, meskipun dirinya memerlukannya. Dikisahkan Amirul Mukminin Umar bin Khathab menyediakan uang sebanyak 400 dinar, dimasukkan ke dalam kantong. Dia berkata kepada pembantunya, ” Serahkan uang ini kepada Abu Ubaidah bin Jarrah ! Tunggu sebentar seolah engkau masih ada urusan lain dengannya, hingga engkau mengetahui apa yang diperbuat dengan uang ini !”

Sampai di rumah Abu Ubaidah, pembantu tersebut berkata, ” Aku datang kepadamu dengan membawa uang dari Amirul Mukminin. Dia memerintahkan agar engkau menggunakan uang ini untuk kebutuhanmu.” Jawab Abu Ubaidah, ” Semoga Allah tetap menyertai Umar dan merahmatinya !” Sesudah itu dia berkata kepada pembantunya, ” Bagikan uang ini kepada si A sebanyak tujuh dinar, kepada si B sebanyak lima dinar dan kepada si C,D dan seterusnya hingga jumlah tersebut tidak ada sisa sama sekali.

Pembantu tersebut segera kembali dan menceritakan kepada Umar apa yang dilihatnya. Kemudian Umar menyediakan sejumlah uang untuk diserahkan kepada Mu’adz bin Jabal, seperti ketika memberikan uang pada Abu Ubaidah dan berkata, ” Amirul Mukminin berpesan agar uang yang kuserahkan ini kau pergunakan untuk memenuhi kebutuhanmu.” Hal yang sama dilakukan oleh Mu’adz bahwa uang tersebut dibagikan pada orang-orang yang lebih membutuhkan. Kemudian istrinya datang dan berkata, ” Demi Allah kita juga orang miskin. Sisakan uang itu untuk kita.” Ternyata masih ada sisa 2 dinar dan diserahkan pada istrinya. Kemudian pembantunya segera kembali kepada Umar dan menceritakan apa yang dilihatnya. Amirul Mukminin merasa gembira dan berkata, ” Mereka semua bersaudara. Antara satu dan yang lain saling membantu.”


Kedua kisah tersebut di atas bukanlah kisah perorangan, tetapi sikap itu merupakan hakikat masyarakat Islam. Di dalam kisah itu mengandung gambaran yang melukiskan persaudaraan, kebiasaan hidup bergotong-royong dan meringankan satu sama lain, serta lebih mengutamakan kawan daripada dirinya sendiri. Seperti firman Allah dalam surah al-Hasyr ayat 9, ” Dan orang-orang yang telah menempati kota Madina dan telah beriman ( Anshar ) sebelum ( kedatangan ) mereka ( Muhajirin ); dan mereka mengutamakan ( orang-orang Muhajirin ) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan ( apa yang mereka berikan itu ). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Kebiasaan bergotong royong dan saling membantu meringankan, merupakan idaman dalam kehidupan bermasyarakat. Kebiasaan ini sudah terkikis sehingga kehidupan bermasyarakat lebih mementingkan dirinya sendiri. Alhamdulillah, Pada akhir-akhir ini mulai timbul gerakan untuk membantu anggota masyarakat yang lebih memerlukan, seperti ada kedai makan dengan gratis, dengan membayar seikhlasnya dan muncul gerakan sedekah jum’at berkah berupa nasi bungkus. Disamping itu adanya kesadaran dalam memenuhi kebutuhan sendiri untuk memproduksi barang-barang keperluan sehari-hari di kalangan umat Islam. Maka bersatulah dalam sektor ekonomi, agar tidak tergantung pada pihak lain. Rasa bangga, rasa cinta untuk menggunakan produk-produk dari kalangan sendiri. Kebersamaan dalam sektor ekonomi ini akan memunculkan kekuatan baru dan akan menjadikan keseimbangan yang berasa lebih adil. Selama ini kita hanyalah menjadi sasaran sebagai target pasar ( konsumen ), maka mulailah bangkit membangun ekonomi dengan niat untuk membantu pelaku ekonomi sekala mikro. Di desa dan kota, pelaku sekala mikro ini bertebaran, bersatulah laksana sapu lidi sebagai pengikat berupa mall, pasar retail virtual. Sebagai pelaku pasar retail ini tentu kontennya mendorong dan merangsang para anggotanya.

Sikap mulia lainnya adalah berlaku adil, meskipun terhadap musuh yang telah ditaklukkan. Peradilan adalah kewajiban asasi dan sunah yang harus diikuti. Dalam ajaran Islam, tiada membedakan perlakuan terhadap pihak-pihak yang berperkara. Sama ratakan pihak yang berperkara dalam majelis, dalam pandangan dan dalam keadilan. Hal ini dimaksudkan agar bagi orang-orang berkedudukan tinggi tidak membuat keadilan memperlakukan khusus dan bagi orang-orang lemah ( musuh yang takluk ) tidak putus asa. Ada kisah peradilan antara seorang Nasrani melawan Amirul Mukminan Ali bin Abu Thalib tentang baju besi. Ringkas cerita karena Amirul Mukminin tidak mempunyai bukti kepemilikan maka dimenangkan pada orang yang digugat. Orang itu mengambil baju besi sambil berkata, ” Aku mengakui bahwa ini adalah keputusan para Nabi. Amirul Mukminin mengadukanku pada Hakim, lalu dipertimbangkan dan Hakim memenangkanku. Sekarang aku bersaksi : Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba utusan-Nya. Demi Allah, baju besi ini benar kepunyaanmu, wahai Amirul Mukminin. Ia terjatuh ketika engkau dalam perjalanan menuju Shifin.” Ali berkata,” Karena engkau telah memeluk Islam, maka baju besi itu kuberikan kepadamu.”

Inilah kemuliaan sikap dan tidak mau diperlakukan khusus dalam peradilan oleh hakim. Padahal saat ini Dia sebagai pemimpin suatu negara. Sikap ini menjadikan timbulnya rasa simpati lawan peradilannya dan akhirnya mengikuti keyakinan Amirul Mukminin. Semoga kita semua dapat mencontoh sikap mulia tersebut dan menggapai keridha’an-Nya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Kucium Engkau dengan Bismillah…



Jakarta

Usai melaksanakan thawaf mengelilingi Kakbah tujuh kali putaran, pria itu berdiri sejajar dengan Hajar Aswad. Sejarak 15 depa, pandangannya seperti tak ingin berpaling dari batu hitam yang diyakini berasal dari surga itu. Meski beberapa kali pandangannya terhalang oleh puluhan bahkan ratusan jemaah yang berebut ingin menyentuh atau menciumnya.

Ini adalah ketigakalinya pria berusia 44 tahun itu berkesempatan kembali ke tanah suci. Selama itu sebenarnya dia memiliki beberapa kali kesempatan untuk berjuang mencium Hajar Aswad. Namun hal itu tak dia lakukan.

Teringat dia akan perkataan Amirul Mukminin, Umar bin Khattab tentang Hajar Aswad. “Sungguh aku tahu bahwa kau hanya batu, tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat. Sungguh, andai aku tidak melihat Nabi SAW menciummu, niscaya aku pun tidak akan menciummu!” begitu kata Umar bin Khattab seperti yang pernah dibaca pria itu dalam hadits Riwayat Imam Bukhari dan disebut dalam Kitab Ihya ‘Ulumiddin karya Imam Al Ghazali.


Kata-kata Umar inilah yang menjadi alasan pria tersebut tak pernah berusaha semaksimal mungkin untuk mencium Hajar Aswad. Selain itu, dari ustaz pembimbing haji atau umrah dan sejumlah tokoh agama dia dianjurkan untuk tidak memaksakan diri mencium Hajar Aswad. Apalagi jika harus berdesak-desakan dan beradu fisik dengan jemaah lain.

Seorang pembimbing umrah, seingat dia mengatakan, mencium atau sekadar mengusap Hajar Aswad memang sangat dianjurkan. Namun jangan sampai upaya untuk mendekati lalu mencium Hajar Aswad tersebut menyebabkan dirinya atau jemaah lain celaka.

Area mendekat Hajar Aswad selalu padat. Hampir setiap waktu, apalagi ketika musim haji atau umrah lautan manusia akan berdesakan berebut untuk mencium Hajar Aswad. Tak jarang terjadi aksi saling sikut, dorong dan tarik antar jemaah bahkan hingga saling berkelahi atau menyakiti.

Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga diri dari berbagai bentuk ancaman yang membahayakan baik diri sendiri maupun orang lain. Ada sebuah hadits yang cukup popular diriwayatkan oleh HR. Ibnu Majah dan Daruquthni sebagaimana dikutip dari kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Imam Nawawi yang berbunyi, Laa dharara wa laa dirara.

Arti hadits tersebut kurang lebih, ‘Janganlah memberikan kemudaratan pada diri sendiri, dan jangan pula memudarati orang lain’. Ada juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam al-Tirmidzi, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melakukan kemudaratan pada seorang Muslim, maka Allah akan menimpakan kemudaratan kepadanya.”

Di sisi lain, pria tersebut juga pernah mendapat penjelasan dari seorang ustaz tentang keutamaan mencium Hajar Aswad. Rasulullah tidak mewajibkan umat Islam untuk mencium Hajar Aswad. Jika memang memungkinkan dibolehkan mencium, tapi kalau tak bisa cukup menyentuh dengan tangan.

Apabila menyentuhpun tidak mungkin, cukup dengan memberi isyarat dari jauh, dengan tangan atau tongkat yang dibawanya, kemudian menciumnya. “Mencium Hajar Aswad mencerminkan sikap kepatuhan seorang Muslim mengikuti sunnah Rasulullah SAW,” kata ustaz tersebut.

Ketika mencium atau menyentuh Hajar Aswad, umat Islam diingatkan untuk mengingat bahwa Allah subḥānahu wataʿālā, adalah satu-satunya Dzat yang patut disembah. Saat mencium Hajar Aswad harus dengan niatan seutuhnya berserah diri dan tunduk kepada Allah SWT.

Sesaat pria tersebut mengalami dilema, antara melanjutkan mencium Hajar Aswad atau tidak. Saat itu persis awal Ramadhan 1445 Hijriyah selepas sholat tarawih. Suasana pelataran Kakbah di Masjidil Haram, Makkah cukup padat. Puluhan bahkan mungkin ratusan orang dengan postur tinggi besar berebut untuk mencium Kakbah.

Nyalinya ciut. Sebab dia harus berhadapan dengan jemaah pria dengan postur tinggi besar dan kuat untuk mendekat ke area Hajar Aswad. Mustahil bisa menyentuh Hajar Aswad tanpa saling sikut, tarik dan menyakiti jemaah lain. Dan kalau pun dipaksakan berdesak-desakan dia yang posturnya kecil pasti kalah.

Beberapa saat lamanya dia terus memandang kerumunan jemaah yang berjubel saling berebut untuk mencium Hajar Aswad. Nyaris tak ada ruang tersisa di dinding Kakbah, dari Rukun Yamani, Hajar Aswad hingga Multazam. Penuh dan padat dengan jemaah.

Tiba tiba dia seperti melihat peluang mendekat ke Hajar Aswad dengan seminimal mungkin menyakiti jemaah lain. Ada ruang yang bisa digunakan untuk secara perlahan lahan mendekat ke Hajar Aswad. Ruang itu bukan dari titik depan sejajar Hajar Aswad, melainkan dari Rukun Yamani atau setelah pintu Hijr Ismail.

Dari Hijr Ismail melawan arah jarum jam berjalan perlahan sambil berusaha merapat ke dinding Kakbah. Setelah bisa merapat ke dinding Kakbah, terus berjalan menuju ke arah Hajar Aswad. Dalam jarak 2 sampai 3 meter menjelang titik di mana Hajar Aswad berada, jemaah akan semakin padat dan aksi saling dorong semakin kuat.

Nah di titik ini pria tersebut melihat bahwa aksi saling dorong dan desak desakan antar jemaah hanya melibatkan bagian dada ke atas. Seperti dada, tangan, lengan dan punggung. Ada titik kosong yakni bagian bawah. Artinya ada peluang mendekat ke Hajar Aswad dengan cara sedikit menunduk.

Dengan sedikit menunduk akan terhindar dari aksi sikut sikutan atau dorongan dari jemaah lain. Hanya diperlukan sedikit pertahanan fisik agar tidak justru terseret menjauh dari Hajar Aswad. “Mesti dicoba,” pikir pria tersebut.

Setelah mengucap Bismillah, sholawat dan yakin bahwa usahanya mencium Hajar Aswad akan berhasil pria tersebut berjalan melawan arah jarum jam menuju Hijr Ismail. Melintasi Hijr Ismail dia sudah berhasil menyentuh dinding Kakbah.

Dia terus berjalan menuju Rukun Yamani lalu Hajar Aswad melintasi puluhan jemaah yang histeris karena berhasil menyentuh dinding Kakbah. Tiba di Rukun Yamani dia berhenti sejenak untuk berdoa. Di titik ini tak begitu padat dan berdesak desakan sehingga dia bisa cukup lama berdoa, hampir 2 menit.

Dari Rukun Yamani dia berjalan sedikit menunduk, dengan posisi di bawah ketiak jemaah lain agar terhindar dari aksi saling dorong. Doa dan usahanya berhasil. Dalam waktu yang tak lama, tanpa perlu menyikut atau mendorong jemaah lain dia berhasil merapat ke Hajar Aswad.

Cukup lama dia menatap Hajar Aswad seolah tak percaya bisa leluasa di depan batu surga itu. Sementara di atas kepalanya puluhan tangan saling sikut, dia bisa sepuasnya berdoa di depan Hajar Aswad.

Bergetar suaranya mengucap takbir dan sholawat berkali kali, lalu diciumnya Hajar Aswad. “Kucium engkau (Hajar Aswad) dengan Bismillah.”

Erwin Dariyanto

Redaktur Pelaksana detikHikmah

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Malam Hari yang Menjamin Orang Masuk Surga


Jakarta

Ada satu doa yang apabila dibaca pada malam hari dan keesokan harinya orang itu meninggal maka dia masuk surga. Doa ini terdapat dalam riwayat shahih.

Riwayat ini dipaparkan Imam Bukhari dalam kitab Shahih Adabul Mufrad yang diterjemahkan Abu Ahsan. Diriwayatkan dari Syaddad ibnu Aus, dari Nabi SAW bersabda,

سَيِّدُ الاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُوْلَ : اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ،


قَالَ : مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

Artinya: “Sayyidul Istighfar adalah seseorang yang mengucapkan ‘Allahumma anta rabbii laa ilaaha ilia anta, khalaqtanii wa ana abduka, wa ana ala ahdika wa wa’dika mastatha’tu, wa a’udzu min syarri maa shana tu, abuu’u laka bi ni’matika, wa abuu’u laka bi dzanbii, faghfirli, fa innahu laa yaghfirudz-dzunuba illa anta.’

Nabi berkata, ‘Barang siapa membaca doa itu pada siang hari dengan yakin, lalu dia meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Barang siapa mengucapkan kalimat tersebut pada malam hari dengan yakin, lalu dia meninggal sebelum waktu Subuh (pagi), maka dia termasuk penghuni surga’.”

Doa tersebut dikenal dengan Sayyidul Istighfar. Bacaan Sayyidul Istighfar berisi tobat seorang hamba. Berikut artinya,

“Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Engkau, Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku senantiasa menepati janji-Mu selama aku mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan saya yang jelek, aku mengakui kepada-Mu nikmat-Mu, dan aku mengakui dosaku kepada-Mu maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Doa yang memiliki keutamaan menjamin pembacanya masuk surga ini shahih. Hal ini terdapat dalam Ash-Shahihah Bukhari, kitab Ad Da’awah, bab Ma Yaqulu Idza Ashbah.

Rasulullah Tobat 100 Kali Sehari

Dalam kitab tersebut, Imam Bukhari juga mengeluarkan sejumlah hadits shahih tentang tobat yang dilakukan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Ibnu Umar,

إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ فِي الْمَجْلِسِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَبِّ اغْفِرْ لي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ مِائَةَ مَرَّةٍ

Artinya: “Sesungguhnya kami pernah menghitung majelis untuk Nabi SAW, ‘Rabbighfirlii, watub ‘alayya, innaka antat tawwabur rahiim.’ (Ya Allah, ampunilah aku, terimalah tobatku, karena sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang) seratus kali.”

Hadits tersebut juga terdapat dalam kitab Sunan. Abu Daud mengeluarkannya dalam Al Witri bab Istighfar dan At-Tirmidzi dalam Ad Da’awah.

Sa’id bin Abi Burdah turut meriwayatkan hadits serupa dari bapaknya dari kakeknya yang mengatakan, “Kami kedatangan Rasulullah ketika kami sedang duduk-duduk. Beliau langsung bersabda, ‘Aku tidak pernah bangun pagi kecuali aku beristighfar seratus kali’.” (HR Muslim, As-Suyuthi)

Dalam riwayat Aisyah RA, Rasulullah SAW membaca, “Allahummaghfirlii watub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim,” setelah salat Duha. Beliau mengucapkannya hingga 100 kali.

Wallahu a’lam.

(kri/rah)



Sumber : www.detik.com

Malam Asyura 10 Muharram Baca Apa? Ini Amalan Doanya


Jakarta

Malam Asyura atau malam 10 Muharram termasuk waktu yang memiliki keutamaan. Ada bacaan yang bisa dipanjatkan umat Islam untuk mengisi waktu tersebut.

Keutamaan malam Asyura ini dijelaskan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto. Sang Hujjatul Islam memasukkan malam Asyura dalam malam-malam khusus bersama malam 1 Muharram, malam 1 Rajab, malam 15 Rajab, dan malam 27 Rajab.

Imam al-Ghazali kemudian memaparkan hadits yang menyebut keutamaan mengerjakan amal kebajikan pada malam tersebut.


“Siapa saja yang mengerjakan amal kebajikan pada malam-malam ini, niscaya ia akan memperoleh kebaikan seratus tahun.” (HR Muslim dengan redaksi sedikit berbeda)

Terkait amal kebajikan seorang hamba, Allah SWT berfirman dalam surah Al Bayyinah ayat 7,

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ ٧

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk.”

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut menjelaskan keadaan orang-orang yang berbakti, yakni hatinya beriman dan badan mereka mengamalkan perbuatan yang saleh. Mereka ini adalah sebaik-baiknya makhluk Allah SWT. Abu Hurairah dan segolongan ulama menyimpulkan firman Allah SWT dalam surah Al Bayyinah ayat 7 itu adalah orang-orang yang beriman dari kalangan manusia lebih utama daripada para malaikat.

Anjuran Berdoa pada Malam 10 Muharram

Umat Islam dianjurkan memperbanyak doa pada malam Asyura atau 10 Muharram. Sebab, menurut hadits, doa pada malam tersebut tidak akan tertolak. Hadits ini terdapat dalam buku Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah karya Ibnu Watiniyah.

Rasulullah SAW bersabda, “Lima waktu yang doa tidak ditolak, yaitu pada malam Jumat, malam 10 Muharram, malam Nisfu Syaban, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.” (HR Bukhari dan Muslim)

Doa Malam Asyura 10 Muharram

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab latin: Hasbunallah wani’mal wakiil ni’mal maulaa wani’man-nashiir

Artinya: “Allah-lah yang mencukupi kami, Dia-lah sebaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik Penolong.”

Doa tersebut dibaca sebanyak 70 kali. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca doa berikut sebanyak 7 kali,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ سُبْحَانَ اللهِ مِلْأَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَامَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا . نَسْتَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ.

Arab latin: Bismillaa hirrahmaa nirrahiim, subhaanallaahi mil’al-miizaani wamuntahal ‘ilmi wamablaghar ridhaa wazinatal’arsyi. laa malja’a walaa manja minallaahi illaa ilaiih, subhaanallaahi ‘adadasy syaf’i wal watri wa ‘adada kalimaatillaahit taammaati kullihaa, nas’alukas salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. walaa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil azhiim, wa huwa hasbunaa wa nimal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir, wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii wasallama ajma’iin

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Suci Allah sepenuh timbangan, puncak ilmu, dan keridhaan-Nya, serta seberat timbangan ‘Arasy. Tidak ada tempat berlindung dan keselamatan dari Allah selain kepada-Nya. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, serta seluruh bilangan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna. Kami memohon rahmat-Mu, wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang. Tak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Dialah Allah yang mencukupi kami, sebaik-baik tempat berserah diri, sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik Penolong. Rahmat dan keselamatan semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya semuanya.”

Doa malam Asyura atau 10 Muharram tersebut terdapat dalam buku Doa-doa dalam Acara Resmi, Keagamaan dan Kemasyarakatan karya M Ali Chasan Umar.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Sebelum dan Sesudah Makan, Dibaca Sebagai Ungkapan Syukur


Jakarta

Makanan adalah bentuk rezeki yang diberikan Allah SWT kepada makhluk-Nya, termasuk manusia. Sebagai ungkapan terima kasih, sudah sepatutnya umat Islam mensyukuri makanan dengan doa.

Makanan yang halal merupakan bagian dari nikmat. Sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mencari rezeki yang halal, termasuk dalam bentuk makanan.

Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Sa’ad, perbaikilah (murnikanlah) makananmu, niscaya kamu menjadi orang yang terkabul doanya. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih layak membakarnya. (HR. Ath-Thabrani)


Merangkum buku Makanan dan Minuman dalam Islam oleh Fahd Salem Bahammam, dijelaskan hukum dasar semua makanan dan minuman adalah mubah dan haalal kecuali yang diharamkan dan membahayakan baagi kesehatan, anggota tubuh manusia dan agamanya.

Allah telah memberikan anugerah tak terhingga kepada manusia dengan menjadikan semua yang diciptakan di muka bumi ini boleh digunakan kecuali yang diharamkannya.

Doa Sebelum dan Setelah Makan

Dalam beberapa hadits dijelaskan anjuran membaca doa sebelum dan setelah makan. Doa ini ditujukan sebagai ungkapan syukur sekaligus mengharapkan keberkahan dari makanan yang disantap.

Rasulullah SAW berkata kepada Umar bin Abi Salamah, “Wahai anak, ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa yang ada di hadapanmu”. (HR. Bukhari)

Kemudian dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu lupa menyebut “Bismillah” pada awal makan hendaklah mengucapkan: ‘Bismillaahi awwalahu waa hizah’. “Bismillah pada awal dan akhirnya”. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Doa sebelum Makan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Arab-latin: Allaahumma baarik lanaa fiima rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban nar.

Artinya: “Ya Allah, berkahilah kami dengan rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.”

Doa sesudah Makan

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Arab-latin: Alhamdulillaahil ladzii ath’amanaa wa saqoonaa wa ja’alanaa minal muslimiin.

Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan dan minum, dan telah menjadikan kami sebagai seorang muslim.”

Doa ketika Lupa Membaca Doa Makan

بِسْمِ اللهِ أَوَّلُهُ وَ آخِرُهُ

Arab-latin: Bismillaahi awwaluhu wa aakhiruhu.

Artinya: “Dengan nama Allah (di) permulaannya dan (di) akhirnya.”

Adab Makan dalam Ajaran Islam

Merangkum buku Adab Muslim Sehari Semalam karya al-Qismul Ilmi Bi Madaril Wathan, berikut beberapa adab makan yang diajarkan Rasulullah SAW.

1. Memilih makanan halal

Ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 168. Allah SWT berfirman,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ١٦٨

Artinya: “Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.”

2. Mencuci tangan

Mencuci kedua tangan sebelum dan setelah makan merupakan adab yang harus diperhatikan ketika makan.

3. Tidak menggunakan wadah emas dan perak

Dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Huzaifah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“… Dan janganlah kalian minum dengan emas dan perak, dan janganlah kalian makan dengan wadah tersebut, maka sesungguhnya bejana tersebut bagi mereka di dunia dan bagi kita di akhirat.”

4. Makan menggunakan tangan

Disunnahkan makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilatinya sesudah makan. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ka’ab bin Malik dari ayahnya, ia berkata,
“Rasulullah SAW makan dengan tiga jari lalu menjilat-jilat tangannya sebelum membersihkannya.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com