Tag Archives: umar bin abdul aziz

Sosok Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Sering Mengingat Kematian



Jakarta

Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah Bani Umayyah. Ia merupakan keturunan dari Umar bin Khattab dari ibunya.

Menurut buku Sejarah Peradaban Islam susunan Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah, nama lengkapnya adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin al-Hakam bin Abu Al-Ash bi Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Ayahnya bernama Abdul Aziz bin Marwan yang tak lain seorang gubernur Mesir.

Ia lahir pada 61 H di Madinah, tepatnya pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah dan memiliki 4 saudara kandung serta 6 saudara lain ibu.


Dikisahkan dalam buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi susunan Siti Nurlaela, jabatan khalifah yang diperoleh Umar bin Abdul Aziz didasarkan atas wasiat sang sepupu, Sulaiman bin Abdul Malik yang merupakan khalifah Bani Umayyah sebelumnya.

Meski demikian, mulanya Umar bin Abdul Aziz menolak menjadi khalifah. Ia ingin agar rakyat memilih sendiri pemimpinnya sehingga diadakan pemungutan suara.

Hasilnya, Umar bin Abdul Aziz mendapat suara yang bulat dari rakyatnya. Setelah itu, barulah ia menerima jabatan khalifah.

“Wahai, rakyatku! Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dalam memimpin kalian. Jangan sekali-kali kalian patuhi aku jika aku telah melenceng dari ajaran-Nya.
Sesungguhnya, aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Akan tetapi, aku adalah orang yang paling berat tanggung jawabnya di antara kalian!” serunya lantang.

Umar bin Abdul Aziz menganggap jabatannya sebagai amanah dari rakyat. Kelak, ia akan dimintai pertanggungjawaban dari Allah SWT.

Bahkan, Umar bin Abdul Aziz sering menangis apabila mengingat tanggung jawabnya. Selain itu, ia merupakan sosok yang kerap mengingat kematian.

Setiap malam, Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para ulama. Di sana, mereka membicarakan kematian dan keadaan di akhirat kelak.

Apabila larut dalam percakapan tersebut, mereka menangis seolah-olah ada jenazah di dekat mereka. Pada waktu lain, Umar bin Abdul Aziz tengah duduk di sisi sahabatnya.

“Aku selalu merenung setiap malam, sampai-sampai aku sulit tidur,” kata Umar bin Abdul Aziz.

“Apa yang engkau renungkan?” tanya sahabatnya.

“Tentang kubur dan penghuninya,” jawab sang khalifah.

Ia lalu menjelaskan, ketika seseorang wafat maka tiga hari setelah dimakamkan tubuhnya mulai membusuk. Bau tak sedap meruap di dalam liang diikuti belatung dan cacing yang berpesta pora menyantap jasad dengan nikmat. Kemudian, kafan yang semula putih berubah menjadi kotor hingga berujung rusak.

“Andai aku menyaksikan semua itu,” katanya. Belum sempat ia menyelesaikan kalimat, Umar bin Abdul Aziz pingsan.

Suatu ketika ia melihat iring-iringan orang yang mengantar jenazah. Matahari pada saat itu bersinar terik, angin pun bertiup kencang hingga debu-debu beterbangan.

Beberapa orang menyingkir, mereka mencari tempat berteduh agar terhindar dari debu dan sengatan terik matahari. Menyaksikan hal tersebut, Umar bin Abdul Aziz tampak sedih dan bersyair:

Barang siapa takut akan cacat dan kusut
ketika matahari atau debu menimpa keningnya
dan ia berteduh di bawah naungan agar tetap rupawan
suatu hari kelak ia akan hina dan tinggal dalam kubur

Dalam ruangan yang gelap berdebu dan menakutkan
ia akan lama berada dalam ruangan itu di bawah tanah
Wahai jiwa, bersiap-siaplah sebelum mati dengan perbekalan
yang menyampaikanmu padanya
Tidaklah engkau diciptakan sia-sia begitu saja

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Peran Umar bin Abdul Aziz di Balik Kesuksesan Bani Umayyah


Jakarta

Sejarah mencatat nama Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjadi sosok penting di balik kejayaan Islam era Bani Umayyah. Peran Umar bin Abdul Aziz selama menjadi Khalifah Bani Umayyah lebih berfokus kepada perbaikan secara internal di saat khalifah sebelumnya berfokus kepada perluasan daerah saja.

Keberhasilan Umar bin Abdul Aziz dalam memerintah membuatnya dijuluki Khulafaur Rasyidin kelima. Berikut uraian lengkapnya.

Biografi Umar bin Abdul Aziz

Menukil buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas 7 oleh Dr. H. Muradi dkk, Umar bin Abdul Aziz dilahirkan pada tahun 63 H di Halwan, dekat Kairo. Ia lahir ketika sang ayah, Abdul Aziz, menjabat sebagai Gubernur Mesir.


Berdasarkan garis keturunan, Umar memiliki hubungan darah dengan Khalifah Umar bin Khattab. Sebab ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab.

Pada masa kecilnya, Umar bin Abdul Aziz tinggal menetap di rumah paman-pamannya di Madinah dan memperoleh pendidikan yang baik dari mereka. Banyak ilmu agama yang diperolehnya, seperti ilmu hadits, Al-Qur’an dan lainnya.

Selain menguasai ilmu hadits, beliau juga menguasai ilmu Al-Qur’an. Umar bin Abdul Aziz sudah mampu menghafal dan mengkajinya sejak kecil.

Setelah ayahnya wafat, Umar bin Abdul Aziz diminta Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk ke Damaskus. Di kota ini, Umar bin Abdul Aziz menikahi Fatimah, putri Khalifah Abdul Malik bin Marwan.

Dari kota inilah ia meniti karier politiknya sebagai pejabat penting pemerintahan, ia dipercaya menjadi gubernur di Hijaz, yakni Makkah dan Madinah. Meskipun kariernya berjalan lancar tanpa cacat, ia mendapat fitnah dari Hajjaj bin Yusuf yang menuduhnya melindungi pemberontak yang berasal dari Iraq. Umar bin Abdul Aziz akhirnya dipecat.

Pemecatan tersebut tidak diambil pusing oleh Umar bin Abdul Aziz. Dirinya tidak sama sekali memiliki ambisi sebagai pemimpin.

Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah

Mengutip kembali dari buku yang sama, sebelum wafat, Sulaiman bin Abdul Malik telah menunjuk sepupunya, Umar bin Abdul Aziz, sebagai Khalifah Bani Umayyah. Penunjukkan Umar bin Abdul Aziz dilakukan setelah Sulaiman melakukan diskusi dengan para penasihatnya.

Setelah menjadi khalifah, Umar bin Abdul Aziz merubah seluruh sikap dan gaya hidupnya. Hal ini disebabkan oleh perasaan sedihnya memikirkan masih banyak masyarakat yang miskin dan kelaparan, orang-orang yang sakit, orang-orang yang tertindas dan teraniaya.

Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai seseorang yang menyukai kemewahan dan musik. Tetapi, setelah menjadi khalifah, semua hal itu ditinggalkan, memilih hidup sederhana bahkan harta miliknya dipergunakan untuk kepentingan masyarakat umum.

Sayangnya, Umar bin Abdul Aziz hanya menjabat sebagai khalifah selama 29 bulan. Ia meninggal tragis akibat diracuni oleh budaknya.

Banyak pejabat dari masa kekhalifahan sebelumnya yang dirugikan oleh kebijakan baru Umar bin Abdul Aziz, dan diduga terlibat dalam konspirasi untuk membunuhnya. Dengan janji seribu dinar dan kebebasan, budak Umar setuju untuk meracuni majikannya.

Peran Umar bin Abdul Aziz saat Menjadi Pemimpin

Menukil buku Biografi Umar bin Abdul Aziz karya Muhammad Ash-Shallabi, berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya yang berfokus pada perluasan wilayah, Umar bin Abdul Aziz fokus pada perbaikan internal. Pada bidang perekonomian berusaha menstabilkan dan mensejahterakan masyarakatnya.

Hal yang pertama ia lakukan saat menjadi khalifah adalah mengembalikan seluruh harta-hartanya yang berjumlah 40.000 dinar ke Baitul Mal. Ia sadar bahwa harta peninggalan ayahnya adalah hak masyarakat sebab harta tersebut di antaranya adalah harta yang didapatkan dari perkampungan Fadak, sebuah desa yang berada di utara Makkah yang sejak Rasulullah wafat dijadikan milik negara.

Namun Marwan bin Hakam (Khalifah keempat Bani Umayyah) telah memasukkan harta tersebut sebagai milik pribadi dan diwariskan ke anak-anaknya. Umar memandang bahwa harta itu bukan milik pribadi melainkan milik negara, sehingga harus dikembalikan ke negara.

Selain itu, agar masyarakat dapat berdagang dengan baik, Umar bin Abdul Aziz juga memberikan fasilitas seperti pembangunan jembatan dan perbaikan jalan umum yang dilewati masyarakat. Pembangun tersebut tidak memungut biaya kepada masyarakat sepeser pun.

Untuk menaikkan produksi di bidang pertanian, ia melarang adanya jual beli tanah kharaj dan menjadikan sebagai harta fai, sebab tanpa kharaj adalah tanah milik masyarakat bukan milik pribadi. Dengan adanya larangan jual beli tanah kharaj membuat masyarakat dapat mengembangkan lahannya sehingga tidak hanya bergantung pada bantuan saja melainkan juga dapat meningkatkan perekonomiannya sendiri.

Kemudian dibangunnya fasilitas untuk menunjang proses pertanian seperti membangun sumber air baru, saluran air untuk membantu pengairan pada pertanian. Para petani dikenakan pajak sesuai dengan kemampuan yaitu melihat kondisi musim, apakah dalam posisi musim subur atau tidak.

Kebijakan tersebut membuahkan hasil yang menguntungkan di pasar global untuk perdagangan, mengingat biaya produk pertanian jadi lebih mudah diakses oleh konsumen. Hal ini menyebabkan lonjakan permintaan pasar dan transaksi keuangan.

Pada bidang perdagangan, selain menghapus pajak petani, Umar bin Abdul Aziz membangun tempat peristirahatan untuk para pedagang. Ia bekerja sama dengan negara-negara tetangga untuk membangun akomodasi bagi muslim yang bepergian, termasuk penginapan, perawatan kesehatan dan bantuan keuangan untuk korban perampokan, bersama dengan bantuan perawatan kesehatan bagi hewan mereka.

Pada pengalokasian pengeluaran Umar bin Abdul Aziz benar-benar mengutamakan untuk keperluan masyarakatnya dan juga mensejahterakan masyarakatnya. Kesejahteraan rakyat adalah yang utama bahkan dalam sejarah Umar bin Abdul Aziz hanya meninggalkan harta warisan 18 dinar untuk 11 orang anaknya.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com