Tag Archives: umar mujtahid

Pertemuan Haru Yusuf AS dengan Sang Adik, Bunyamin


Jakarta

Surat Yusuf ayat 69 berisi tentang kisah pertemuan Nabi Yusuf AS dengan para saudaranya. Sebagaimana diketahui, Yusuf AS terpisah dari saudara-saudaranya karena rasa iri hati mereka.

Dikisahkan dalam Qashashul Anbiya susunan Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, Nabi Yusuf AS dibuang ke dalam sumur oleh para saudaranya. Ia kemudian ditolong keluar dari sumur oleh musafir yang melintas.

Sayangnya, Nabi Yusuf AS justru dijual oleh rombongan musafir tersebut seharga 20 dirham, ada juga yang menyebut 40 dirham. Yusuf AS kemudian dibeli Menteri Mesir dan semenjak itulah ia tak pernah lagi bertemu dengan saudara-saudaranya.


Surat Yusuf Ayat 69: Arab, Latin dan Arti

وَلَمَّا دَخَلُوا۟ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيْهِ أَخَاهُ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَنَا۠ أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Wa lammā dakhalụ ‘alā yụsufa āwā ilaihi akhāhu qāla innī ana akhụka fa lā tabta`is bimā kānụ ya’malụn

Artinya: “Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata: “Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Tafsir Surat Yusuf Ayat 69

Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag RI), pada surat Yusuf ayat 69 diceritakan bahwa Nabi Yusuf AS bertemu dengan para saudara kandungnya, termasuk Bunyamin yang tak lain merupakan adiknya. Yusuf AS langsung mengenali beliau seraya berkata,

“Jangan sedih dan gundah. Saya ini adalah saudara kandungmu, tapi hal ini jangan kamu ceritakan kepada saudara-saudara yang lain,” kata Yusuf AS.

Melalui sebuah riwayat dijelaskan bahwa ketika saudara-saudara Nabi Yusuf AS masuk ke tempat sang nabi, mereka memperkenalkan Bunyamin sambil berkata,

“Inilah saudara kami Bunyamin yang diminta datang bersama-sama dengan kami, sekarang kami memperkenalkannya kepada Baginda,”

Yusuf AS menjawab, “Terima kasih banyak, dan untuk kebaikan ini niscaya kami akan menyediakan balasannya,”

Kemudian, Nabi Yusuf AS menyediakan hidangan makanan untuk mereka yang jumlahnya sebelas rang. Setiap meja untuk dua orang, sehingga semuanya sudah duduk hadap-hadapan pada lima meja dalam lima buah kamar yang tertutup.

Hanya Bunyamin lah yang tidak duduk berpasangan dengan saudaranya. Yusuf berkata kepada tamu-tamunya, “Kamu yang sepuluh orang masing-masing berdua masuklah ke dalam kamar. Karena yang seorang ini, yaitu Bunyamin tidak mempunyai kawan, maka baiklah saya yang menemaninya,”

Setelah Yusuf AS dan Bunyamin berdua dalam sebuah kamar, maka beliau merangkul saudaranya dan berkata, “Apakah kamu suka menerima aku sebagai saudaramu, ganti dari saudaramu yang hilang itu?”

Bunyamin menjawab, “Siapa yang akan menolak mendapatkan saudara seperti engkau yang mulia ini? Namun engkau tidak dilahirkan dari bapakku Yakub dan ibuku Rahil,”

Karena tidak tahan dengan ucapan itu, Nabi Yusuf AS lalu menangis dan merangkul Bunyamin sambil berkata, “Akulah Yusuf, saudaramu yang diaktakan hilang itu,”

Kemudian, Yusuf AS menasehati saudaranya agar tidak bersedih atas apa yang telah dikerjakan oleh saudara-saudaranya terhadap-nya. Nabi Yusuf AS memberitahu pula kepada Bunyamin mengenai rencana terhadap saudara-saudaranya untuk menguji mereka apakah akhlaknya masih seperti dahulu atau berubah.

Hal ini dimaksudkan agar Bunyamin tidak terkejut bila ada hal-hal janggal yang akan dilakukan Nabi Yusuf AS. Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

2 Doa Nabi Sulaiman untuk Hewan yang Bisa Diamalkan Muslim


Jakarta

Doa Nabi Sulaiman AS untuk hewan termaktub dalam salah satu ayat suci Al-Qur’an. Sebagaimana diketahui, Sulaiman AS termasuk satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui umat Islam.

Nabi Sulaiman AS dikaruniai banyak mukjizat, salah satunya mampu berbicara dengan hewan dan mengerti bahasa mereka. Diterangkan dalam buku Rahasia Kekayaan Nabi Sulaiman: Amalan-amalan Pelimpah Rezeki Nabi Sulaiman yang ditulis Muhammad Gufron Hidayat, Sulaiman AS mengerti bahasa burung dan menjadikan mereka sebagai pembantu.

Selain itu, Nabi Sulaiman AS juga mampu berbicara dalam bahasa semut. Ini diterangkan dalam surah An Naml ayat 18-19.


Dikatakan, semut menjadi salah satu hewan yang dilarang untuk dibunuh. Menukil kitab Hadis Qudsi oleh Imam An-Nawawi dan Imam Qasthalani terjemahan Abu Firly Bassam Taqiy, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Ibnu Abbas RA berkata:

“Sesungguhnya nabi melarang membunuh empat binatang, yaitu semut, lebah, burung hudhud, dan burung shurad.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)

Doa Nabi Sulaiman AS untuk Hewan

Berikut doa yang dibaca Nabi Sulaiman AS untuk hewan seperti dinukil dari buku Dahsyatnya Doa Para Nabi oleh Syamsuddin Noor.

1. Doa Nabi Sulaiman AS Mengusir Semut

حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟ مَسَٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Arab latin: Hattaa idzaa atau ‘alaa waadin-namli qaalat namlatuy yaa ayyuhan-namludkhulụ masaakinakum, laa yahṭimannakum sulaimaanu wa junuduhụ wa hum laa yasy’urụn

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.” (QS An Naml: 18)

Doa Nabi Sulaiman AS untuk hewan lainnya dimaksudkan untuk membuat tunduk binatang tersebut. Berikut bunyinya sebagaimana tersemat dalam surah An Naml ayat 30,

اِنَّهٗ مِنۡ سُلَيۡمٰنَ وَاِنَّهٗ بِسۡمِ اللّٰهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡم بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمَنِ الرَّ حِيْماَلَّا تَعْلُوا عَلَىَّ وَاْتُونِى مُسْلِمِيْنَ

Arab latin: Innahuu min Sulaimaana wa innahuu bismil laahir rahmaanir rahiim. Bismillah hirrahmani rahiim, allaa ta’luu alayya wa’tuunii muslimin.

Artinya: “Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, ‘Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bahwa janganlah kamu berlaku sombong kepadaku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS An Naml ayat 30)

Kisah Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud

Ada sejumlah riwayat yang menceritakan kisah Nabi Sulaiman AS dengan hewan selain semut, yakni burung hudhud.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, dalam riwayat Ibnu Abbas dan lainnya dikatakan burung hudhud bertugas mencari tempat keberadaan air. Saat Nabi Sulaiman AS dan pasukannya tidak menemukan air di tengah padang pasir dalam perjalanan, burung hudhud lah yang biasanya datang dan mencarikan tempat tersebut.

Hudhud dikaruniai kemampuan mendeteksi keberadaan air dalam tanah. Ketika burung hudhud menunjukkan keberadaan air di suatu tanah, pasukan nabi Sulaiman AS langsung menggali air tersebut dan digunakan sesuai keperluan.

Suatu ketika, Nabi Sulaiman AS mencari burung hudhud namun ia tidak ada. Mengetahui itu, Nabi Sulaiman AS berkata, “Mengapa aku tidak melihat hudhud, apakah ia termasuk yang tidak hadir?”

“Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat,” lanjut Sulaiman AS.

Tak lama kemudian, burung hudhud datang dan berkata bahwa mereka menyampaikan sebuah berita tentang kerajaan besar Saba di Yaman. Kerajaan itu beralih ke tangan putri raja yang diangkat sebagai penggantinya yaitu Ratu Balqis.

Kerajaan Ratu Balqis menyembah matahari seperti dilaporkan oleh burung hudhud. Mendengar hal itu, Nabi Sulaiman AS lalu mengirim surat berisi seruan agar taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Sang nabi juga memerintahkan Ratu Balqis dan seluruh rakyatnya tunduk serta menyerahkan kekuasaan kepada Sulaiman AS dan tobat dari kemusyrikan.

Setelah surat Sulaiman AS itu sampai kepada Ratu Balqis, sang ratu mengumpulkan para amir, menteri dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah mengenai surat dari Nabi Sulaiman AS. Burung hudhud memiliki peran penting di sini, ia menjadi pengantar surat yang menghubungkan Nabi Sulaiman AS dan Ratu Balqis.

Ratu Balqis menawarkan jalan damai kepada Sulaiman AS setelah menerima surat tersebut. Ia ingin memberikan sang nabi sebuah hadiah, namun Nabi Sulaiman AS menolaknya.

Nabi Sulaiman AS menjelaskan dirinya hanya ingin Ratu Balqis dan rakyatnya menyembah Allah SWT dan meninggalkan kemusyrikan. Terlebih, Sulaiman AS sudah memiliki kerajaan yang sangat megah dan besar.

Mendengar hal itu, Ratu Balqis tertarik untuk datang. Nabi Sulaiman AS lalu menanyakan kepada salah satu pekerjanya siapa yang bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis ke kerajaannya sebelum ratu tersebut datang. Mendengar hal itu, jin ifrit menyanggupinya dan dengan kecepatan kedipan mata.

Setibanya di kerajaan Nabi Sulaiman AS, Ratu Balqis pun amat tercengang melihat kemegahan serta kekayaan yang dimiliki beliau. Lebih terkejutnya Ratu Balqis saat tahu bahwa singgasananya sudah berada di sana.

Lalu, dirinya mengakui kekalahannya pada Nabi Sulaiman AS dan bersaksi akan beriman kepada Allah SWT. Setelah itu Nabi Sulaiman AS menikah dengan Ratu Balqis.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Isa Meminta Rezeki yang Tercantum dalam Al-Qur’an


Jakarta

Setiap manusia tentu menginginkan rezeki yang cukup dan berkah dalam hidupnya, begitu pun dengan para nabi. Meskipun mereka telah memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah SWT, para nabi tetap senantiasa berdoa dalam segala hal, terutama untuk meminta dilimpahkan rezeki.

Seperti halnya dengan Nabi Isa AS, beliau memiliki doa meminta rezeki yang ia panjatkan secara khusus. Namun, doa ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk para kaumnya. Berikut ini adalah bacaan doa Nabi Isa meminta rezeki.

Bacaan Doa Nabi Isa Meminta Rezeki

اللّٰهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ وَارْزُقْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ


Arab latin: Allaahumma rabbanaa anzil ‘alainaa maa-idatan minas samaa-i takuunu lanaa ‘iidan li-awwalinaa wa aakhirinaa wa aayatan minka, warzuqnaa wa anta khairur raaziqiin.

Artinya: “Ya Allah, ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu; berilah rezeki kepada kami, dan Engkau-lah pemberi rezeki yang paling utama.”

Doa Nabi Isa AS meminta rezeki tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Ma’idah ayat 114. Disebutkan dalam buku Kaya Melimpah Dengan Doa Para Nabi yang ditulis oleh Ustadz Ali Amrin Al-Qurawy, Nabi Isa AS memanjatkan doa tersebut setelah menunaikan salat dua rakaat.

Kisah Turunnya Doa Nabi Isa Meminta Rezeki

Dikisahkan dalam Qashash Al-Anbiya karangan Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, turunnya doa Nabi Isa meminta rezeki yang tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 114 bermula saat Nabi Isa AS memerintahkan para pengikut setianya berpuasa selama 30 hari.

Setelah mereka berpuasa selama itu, mereka meminta Nabi Isa AS menurunkan hidangan makanan dari langit untuk mereka makan dan agar mereka tenteram dan percaya bahwa Allah SWT menerima puasa mereka dan memenuhi apa yang mereka minta. Hal itu sekaligus sebagai hari raya bagi mereka, untuk mereka makan pada hari itu, dan cukup untuk mereka semua, baik untuk yang kaya maupun yang miskin.

Mendengar permintaan itu, Nabi Isa AS kemudian menasihati mereka. Nabi Isa AS khawatir jika mereka tidak bisa bersyukur dan tidak bisa menunaikan hak syarat-syaratnya. Namun, mereka tetap bersikeras memintanya agar diturunkan hidangan makanan, kepada Allah SWT.

Karena mereka tidak juga berhenti meminta, akhirnya Nabi Isa AS pergi ke tempat salat, mengenakan pakaian berbahan tenun dari bulu yang kasar, lalu berdiri, menundukkan kepala, dan memohon sepenuh hati kepada Allah SWT dalam doanya di atas agar permintaan kaumnya dikabulkan, hingga bercucuran air mata.

Allah SWT kemudian menurunkan hidangan makanan dari langit, dan orang-orang melihat hidangan itu turun di antara dua awan secara perlahan. Setiap kali mendekat, Nabi Isa AS memohon kepada Allah SWT agar hidangan tersebut dijadikan rahmat, bukan azab, dan dijadikan berkah serta keselamatan.

Hidangan itu terus turun hingga tepat berada di hadapan Nabi Isa AS. Hidangan makanan yang tertutup sapu tangan, kemudian dibuka oleh Nabi Isa AS seraya mengatakan, “Dengan nama Allah, sebaik-baik Pemberi rezeki.”

Ternyata, di sana ada tujuh ekor ikan dan tujuh roti. Pendapat lain menyebut tsarid, ada pula yang menyebutnya delima dan buah-buahan. Aroma jamuan makanan ini pun sangat terasa. Allah SWT berfirman, “Jadilah!” Maka jadilah jamuan makanan itu berkat doa yang dipanjatkan Nabi Isa AS di atas.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Harun AS dan Kisah Wafatnya


Jakarta

Mukjizat Nabi Harun AS termasuk anugerah yang ia peroleh sebagai utusan Allah SWT. Harun AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diimani umat Islam.

Kisah mengenai Nabi Harun AS tak dapat dipisahkan dengan Nabi Musa AS. Keduanya adalah sosok yang selalu berdampingan dalam menegakkan agama Allah SWT.

Dijelaskan dalam buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi tulisan Eka Satria dan Arif Hidayah, keduanya memerangi Firaun yang kala itu menjadi pemimpin zalim. Firaun enggan beriman kepada Allah SWT.


Turut diterangkan oleh Ibnu Katsir dalam Qashashul Anbiya yang diterjemahkan Umar Mujtahid, para mufassir menyebutkan Nabi Harun AS lahir pada tahun sebelum hukuman mati bagi bayi lelaki berlaku, berbeda dengan Nabi Musa AS yang lahir ketika hukuman tersebut diberlakukan.

Dakwah Harun AS bersama Musa AS memerangi Firaun tercantum dalam surah Thaha ayat 47-48. Allah SWT berfirman,

فَأْتِيَاهُ فَقُولَآ إِنَّا رَسُولَا رَبِّكَ فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَلَا تُعَذِّبْهُمْ ۖ قَدْ جِئْنَٰكَ بِـَٔايَةٍ مِّن رَّبِّكَ ۖ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىٰ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلْهُدَىٰٓ إِنَّا قَدْ أُوحِىَ إِلَيْنَآ أَنَّ ٱلْعَذَابَ عَلَىٰ مَن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

Artinya: “Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah: “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.”

Mukjizat Nabi Harun AS

Berikut mukjizat yang Allah SWT karuniai kepada Nabi Harun AS sebagaimana merujuk pada sumber yang sama.

1. Kemampuan Bicara yang Hebat

Nabi Harun AS dianugerahi lisan yang fasih. Ia dikenal sebagai sosok yang pandai berbicara, karenanya dakwah yang ia sampaikan mudah diterima.

Selain itu, Nabi Harun AS juga sangat piawai dan tegas dalam berdakwah menyampaikan ajaran tauhid. Dialah sosok yang membantu Nabi Musa AS berdebat dengan raja Firaun kala itu.

2. Tongkat yang Berbunga

Mukjizat Nabi Harun AS lainnya adalah tongkat yang berbunga. Kala itu, bani Israil sedang memutuskan siapa orang yang bisa memimpin mereka sampai-sampai timbul perdebatan.

Atas perintah Allah SWT, setiap suku bani Israil diminta meletakkan tongkat di tempat suci. Begitu pula dengan Nabi Harun AS yang meletakkan tongkatnya.

Dengan kuasa Allah SWT, tongkat Nabi Harun AS ditemukan bertunas dan berbunga keesokan harinya. Inilah yang jadi pertanda bahwa ia terpilih sebagai pemimpin bani Israil.

3. Janggut Dua Warna

Nabi Harun AS dimukjizati janggut yang terdiri dari dua warna. Nasikin Purnama dalam buku Iman dan Takwa Peraih Muflihun menyebut warna janggut beliau adalah hitam dan putih.

Warna putih itu diperoleh Nabi Harun AS ketika Nabi Musa AS menarik janggutnya. Kala itu, Musa AS marah karena pengikutnya menyembah patung lembu dari emas ketika ia pergi.

Secara tiba-tiba, warna janggut yang ditarik berubah menjadi putih. Sementara itu, bagian janggut yang tidak ditarik masih berwarna hitam. Sejak saat itu, warna janggut sang nabi menjadi dua warna.

Wafatnya Nabi Harun AS

Mengacu pada Qashashul Anbiya, kisah wafatnya Nabi Harun AS diterangkan dalam sebuah riwayat. As Suddi meriwayatkan dari Abu Malik dan Abu Shalih dari Ibnu Abbas dari Marrah dari Ibnu Mas’ud dari sejumlah sahabat mereka berkata,

“Kemudian Allah mewahyukan kepada Musa, ‘Sungguh, Aku mewafatkan Harun. Bawalah dia ke gunung ini dan itu.’

Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS lalu pergi ke gunung yang dimaksud. Mereka berada di hadapan sebuah pohon asing yang belum pernah terlihat pohon seindah itu.

Tanpa diduga, mereka berada di sebuah rumah yang sudah dibangun. Mereka kemudian berada di atas kasur bertahtakan hamparan, lalu ada angin sepoi-sepoi menerpa.

Saat harun melihat gunung, rumah dan semua yang membuatnya kagum, ia berkata, ‘Hai Musa! Aku ingin tidur di atas kasur ini,’

Musa AS berkata padanya, ‘Silahkan!’

Nabi Harun AS mengatakan, ‘Aku takut jika tuan pemilik rumah ini datang lalu marah padaku.’

Musa AS berkata padanya, ‘Jangan takut, biar aku yang mengurus tuan pemilik rumah ini. Tidur saja kamu!’

Harun AS berkata, ‘Hai Musa! Mari tidur bersamaku. Jika tuan pemilik rumah ini datang, biar kita berdua kena marah,’

Saat keduanya tertidur, Harun AS dicabut nyawanya. Ketika merasakan kematian, Nabi Harun AS berkata, ‘Hai Musa! Kau telah menipuku,’

Setelah nyawa Harun AS dicabut, rumah tersebut dicabut dan pohon itu ikut lenyap bersamaan dengan kasur yang diangkat ke langit.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Sosok Nabi yang Punya Mukjizat Air Zamzam-Sosok Penunggang Kuda Pertama


Jakarta

Nabi Ismail AS adalah nabi dan rasul yang wajib diimani dalam Islam. Beliau merupakan keturunan seorang nabi juga yaitu Ibrahim AS.

Menukil dari Ibrahim Khalilullah: Da’iyah At-Tauhid wa Din Al-Islam wa Al-Uswah Al-Hasanah oleh Ali Muhammad Ash-Shallabi yang diterjemahkan Muhammad Misbah, ibu dari Ismail AS adalah Siti Hajar. Kala itu, Nabi Ibrahim AS belum juga dikaruniai keturunan meski sudah puluhan tahun pindah ke Palestina.

Sang nabi lalu berdoa sebagaimana tercantum dalam surah Ash-Shaffat ayat 100-101. Berikut bunyinya,


رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّلِحِينَ * فَبَشَّرْنَهُ بِغُلَمٍ حَلِيمٍ

Artinya: “(Ibrahim berdoa), ‘Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh.” Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun.”

Kelahiran Nabi Ismail AS

Kelahiran Nabi Ismail AS disambut dengan bahagia. Meski demikian, kelahirannya ini juga menjadi ujian bagi Ibrahim AS dan sang istri.

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa Siti Hajar dan Ismail AS bayi ke sebuah lembah tandus, yaitu Makkah. Kala itu, Makkah masih belum berpenghuni.

Saking tandusnya, lembah itu bahkan tanpa tanaman dan air. Hanya ada batu dan pasir kering yang terlihat di sana.

Siti Hajar dan Nabi Ismail AS diuji dengan rasa haus karena tak adanya air. Pada kondisi tersebut, Siti Hajar berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah untuk mencari air hingga akhirnya malaikat Jibril tiba dan air zamzam memancar dari tanah dekat kaki Ismail AS.

Perintah Menyembelih Nabi Ismail AS

Masih dari sumber yang sama, Nabi Ibrahim AS menerima wahyu lainnya dari Allah SWT dalam mimpi. Ia diperintahkan menyembelih sang putra, Nabi Ismail AS yang masih remaja.

Mendengar hal itu, Nabi Ismail AS rela menerima nasib sebagai bentuk kepatuhan terhadap Allah SWT. Kisah ini termaktub dalam surat As Saffat ayat 102,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Ibrahim AS lantas membawa Ismail AS ke tempat yang ditentukan. Ketika ia hendak menyembelih putranya, tiba-tiba Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor hewan. Peristiwa tersebut menjadi asal muasal ibadah kurban yang kini dilakukan oleh umat Islam.

Diterangkan dalam Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, ulama nasab dan sejarah peperangan mengatakan bahwa Nabi Ismail AS adalah orang pertama yang naik kuda. Sebelumnya, kuda merupakan hewan liar dan dijinakkan oleh Ismail AS untuk ditunggangi.

Sa’id bin Yahya Al-Umawi menuturkan dalam Al Maghazi sebagai berikut, “Seorang syaikh Quraisy bercerita kepada kami, Abdul Malik bin Abdul Aziz bercerita kepada kami, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda: “Pergunakan kuda (sebagai tunggangan) naiklah secara bergantian , karena ia adalah warisan ayah kalian, Ismail.”

Wafatnya Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS semasa hidupnya membimbing suku Amalika di Yaman. Selama lebih dari 50 tahun masa kenabian beliau, Ismail AS menyampaikan firman Allah SWT kepada orang-orang musyrik. Ia mengajak mereka untuk memeluk Islam dan mempercayai keberadaan Allah SWT.

Berkat jasanya itu, Islam menyebar luas di Yaman. Beliau lalu kembali ke Makkah setelah sebagian besar masyarakat Yaman memeluk Islam.

Nabi Ismail AS wafat pada usia 137 tahun, tepatnya pada 1779 SM di Makkah, Arab Saudi. Beliau dimakamkan di dekat ibunya.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS ketika Bayi yang Dihanyutkan di Sungai Nil



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui muslim. Kisah mengenai Musa AS identik dengan kekejaman Firaun, raja Mesir yang berkuasa kala itu.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Namun, kalangan Qibhti mengeluh karena minimnya populasi bani Israil akibat pembunuhan bayi laki-laki.

Akhirnya, Firaun mengubah memerintahkan untuk membunuh anak laki-laki secara bergantian setiap dua tahun sekali. Para mufassir menyebut, ibu dari Musa AS sedih karena harus melahirkan anaknya pada waktu di mana bayi laki-laki harus dibunuh.


Ibu Nabi Musa AS mendapat ilham untuk meletakkan Musa AS kecil di dalam peti yang diikat dengan tali. Kala itu, rumahnya berada tepat di hulu Sungai Nil.

Setiap ia menyusui Musa AS kecil dan khawatir akan seseorang, ibu Musa AS meletakkan bayinya di peti tersebut. Lalu, peti tersebut dilepaskan ke lautan sementara talinya tetap dipegang. Ketika semua orang pergi, petinya ia tarik kembali.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 7-9,

وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْۚ اِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ ۝٧ فَالْتَقَطَهٗٓ اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ اِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَجُنُوْدَهُمَا كَانُوْا خٰطِـِٕيْنَ ۝٨ وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُۖ عَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ۝٩

Artinya: “(7) Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai (Nil dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang rasul. (8) Kemudian, keluarga Firʻaun memungutnya agar (kelak) dia menjadi musuh dan (penyebab) kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firʻaun, Haman, dan bala tentaranya adalah orang-orang salah. (9) Istri Firʻaun berkata (kepadanya), “(Anak ini) adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari (bahwa anak itulah, Musa, yang kelak menjadi sebab kebinasaan mereka).”

As-Suhaili mengatakan bahwa ibu Musa AS bernama Ayarikha. Tetapi, ada juga yang menyebutnya sebagai Ayadzakat.

Ibu Nabi Musa AS lalu menghanyutkan Musa AS kecil ke Sungai Nil. Ia melepaskan peti itu namun lupa mengikatkan tali sehingga peti berisi Nabi Musa AS hanyut bersama aliran Sungai Nil sampai melintas tepat di depan istana Firaun.

Para mufassir mengatakan bahwa selir-selir Firaun yang memungut peti itu dari laut dalam kondisi tertutup rapat. Mereka tidak berani membukanya sehingga peti tersebut diletakkan di hadapan istri Firaun, Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid bin Rayyan bin Walid.

Ketika penutup peti itu dibuka, Asiyah melihat wajah Nabi Musa AS kecil memancarkan sinar-sinar nubuwah dan kemuliaan. Begitu melihatnya, istri Firaun tersebut langsung jatuh hati dan mencintainya.

Mengetahui itu, Firaun memerintahkan untuk menyembelih Musa AS kecil. Namun, istrinya meminta agar Musa AS tidak dibunuh dan diberikan kepadanya.

Singkat cerita, Musa AS kecil yang tinggal di kerajaan Firaun enggan menerima susu dari wanita mana pun. Selain itu, ia juga tidak mau makan sehingga orang-orang sekitar bingung dibuatnya.

“Mereka kemudian mengirim Musa bersama para dukun beranak dan sejumlah wanita ke pasar, mungkin Musa mau menyusu pada seorang wanita di sana. saat semua orang berdiri di hadapan Musa, saudari Musa melihatnya. Ia tidak memperlihatkan sikap seakan-akan menganalnya,” tulis Ibnu Katsir.

Saudari Musa AS mengatakan akan menunjukkan keluarga yang akan merawat Nabi Musa AS dan berlaku baik. Akhirnya, mereka pergi bersama saudari Musa AS ke kediaman ibu Musa AS.

Musa AS kecil segera digendong oleh ibunya dan atas izin Allah SWT, ia ingin menyusu. Akhirnya, berita tersebut disampaikan kepada Asiyah bahwa Musa AS kecil sudah ingin menyusu.

Istri Firaun itu lantas memanggil ibu Nabi Musa AS dan memberinya tawaran untuk tinggal bersama serta berlaku baik terhadap Asiyah. Namun, ibu Musa AS enggan menerimanya dan mengatakan bahwa ia memiliki suami dan anak-anak.

Beliau meminta agar bayi Nabi Musa AS dibawa bersamanya. Asiyah menyetujui hal itu dan memberikannya nafkah, pakaian, serta hadiah.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Jumlah Anak Nabi Adam AS beserta Namanya dalam Sejarah Islam


Jakarta

Sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, Nabi Adam AS menjadi awal keberadaan umat manusia di muka bumi. Dari rahim Siti Hawa, istri Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang rusuknya, lahirlah beberapa keturunan pertama dari umat manusia yang berkembang hingga saat ini.

Menurut riwayat yang dikutip dari buku Kisah Para Nabi Ibnu Katsir Terjemahan Umar Mujtahid, di awal penciptaannya, Nabi Adam AS dan Siti Hawa dikaruniai lima orang anak, yaitu tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Berikut nama anak-anak pertama Nabi Adam AS.

Nama Anak-anak Nabi Adam AS


1. Habil dan Qabil, Iqlima dan Labuda

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan kisah 25 Nabi Rasul karya Winkanda Satria Putra, setelah Nabi Adam AS dan Hawa turun ke bumi, Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Sepasang anak kembar pertama bernama Qabil dan Iqlima, sepasang anak kembar berikutnya bernama Habil dan Labuda.

Nabi Adam AS dan Hawa membesarkan kedua anak kembarnya ini dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Kedua anak perempuan mereka diajarkan pekerjaan dan kewajiban mengurus rumah. Sementara itu, kedua anak lelaki mereka diajarkan cara mencari nafkah sesuai minat dan kemampuan mereka.

Dikisahkan pada sumber sebelumnya, atas bisikan iblis, Qabil membunuh saudaranya sendiri, Habil. Habil dibunuh Qabil dengan sebuah batu yang ia lemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga kepala Habil pecah.

Sementara itu, dalam pendapat yang berbeda disebutkan, Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti bintang buas, hingga Habil tewas. Wallahu a’lam.

Pembunuhan Qabil terhadap Habil ini merupakan peristiwa pembunuhan pertama di dunia dalam sejarah Islam.

2. Syaits bin Adam

Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Syaits. Hawa mengatakan, “Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.”

Abu Dzar menuturkan dalam hadits yang ia dengar dari Rasulullah SAW,

“Sungguh, Allah menurunkan 104 lembaran, 50 di antaranya Allah turunkan kepada Syaits.”

Muhammad bin Ishaq juga menyatakan, “Saat sekarang, Adam berwasiat kepada anaknya, Syaits, mengajarkan saat-saat pada malam dan siang hari, mengajarkan ibadah apa saja pada saat-saat itu, dan memberitahukan padanya setelah itu akan terjadi banjir besar.”

Disebutkan pula bahwa nasab seluruh keturunan Adam saat ini bermuara pada Syaits. Anak-anak Adam selain Syaits telah punah dan lenyap.

Jumlah Anak Nabi Adam AS Seluruhnya

Merujuk kembali pada buku Kisah Para Nabi, Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, bahwa Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan.

Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, di mana setiap kelahiran menghasilkan dua sepasang anak, lelaki dan perempuan. Qabil dan saudarinya, Qalima adalah anak yang paling tua, sedangkan anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits.

Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang dengan baik hingga saat ini. Allah SWT pun menurunkan firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 1,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama- Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Para ahli sejarah juga menyebutkan, Nabi Adam AS sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya, yang termasuk anak-anak dan cucu-cucunya. Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok Mulia dan Lemah Lembut dalam Berdakwah



Jakarta

Nabi Ishaq AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS dan saudara dari Nabi Ismail AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim AS berusia 100 tahun. Usianya terpaut 14 tahun dengan saudaranya, Ismail AS.

Ibu dari Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah yang kala itu berusia 90 tahun. Ia sangat gembira diberi kabar kelahiran Ishaq AS pada usianya yang telah senja.


Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنَٰهُ بِإِسْحَٰقَ نَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ

Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Dikisahkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithriah Wardie, kelahiran Nabi Ishaq AS sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Siti Sarah dari jauh-jauh hari. Meski sebelumnya Siti Sarah sebelumnya dinyatakan mandul dan tidak dapat melahirkan seorang anak, atas kuasa Allah SWT ia dan Nabi Ibrahim AS dianugerahi Ishaq AS pada usianya yang sudah renta.

Sewaktu kecil, Nabi Ishaq AS sudah menunjukkan ciri kenabian. Akhlaknya sangat mulia dan gemar membantu orang-orang yang tidak mampu di sekitarnya.

Ishaq AS tumbuh menjadi lelaki jujur dan bertanggung jawab. Beliau juga membantu Ibrahim AS berdagang serta berdakwah ke negeri Syam.

Ketika berdakwah, Nabi Ishaq AS menyampaikannya dengan lemah lembut. Ia juga dikenal pandai memikat hati orang, bersikap ramah dan ajaran yang disampaikan terasa manfaatnya.

Menginjak usia dewasa, Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita bernama Rifqah. 10 tahun usia pernikahan, mereka dianugerahi dua orang anak yaitu Aishu dan Ya’qub.

Sebagaimana diketahui, Ya’qub AS merupakan seorang nabi yang kelak berdakwah menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Ishaq AS wafat pada usia 180 tahun di Hebron, Palestina. Jenazah Ishaq AS dimakamkan bersama Nabi Ibrahim AS. Ya’qub AS dan Aishu-lah yang memakamkan jenazah Nabi Ishaq AS.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Cerita Qabil dan Habil, Anak Nabi Adam AS yang Membunuh Saudara Kembarnya



Jakarta

Qabil dan Habil merupakan anak kembar laki-laki dari Nabi Adam AS. Siti Hawa melahirkan dua pasang anak kembar laki-laki dan perempuan, yaitu Qabil, Habil, Iqlima dan Labuda.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Qabil adalah saudara kembar dari Iqlima. Sementara itu, Habil merupakan saudara kembar dari Labuda.

Ketika mereka sudah baligh, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Adam AS agar menikahkan anak-anaknya yang tidak sekandung. Jadi, Habil dinikahkan dengan Iqlima sementara Qabil dengan Labuda.


Namun, Qabil merasa dengki terhadap Habil. Sebab, paras Labuda tidak secantik Iqlima yang mana merupakan saudara kembar Qabil.

Setan dengan segala tipu daya dan bisikannya menghasut Qabil untuk membunuh Habil. Karena tidak mau mengalah dan hatinya dipenuhi rasa iri, akhirnya Adam AS meminta kedua putranya untuk berkurban agar mendapat pilihan terbaik. Langkah ini dilakukan Nabi Adam AS agar tidak melanggar anjuran dari Allah SWT.

Qabil mempersembahkan kurban berupa hasil pertanian yang buruk, sementara Habil memberikan kurban berupa seekor kambing gemuk dengan kualitas baik. Atas kuasa Allah SWT, muncul api menyambar kurban Habil yang menandakan kurbannya diterima sang Khalik. Sebaliknya, kurban Qabil ditolak karena api membiarkan miliknya begitu saja.

Melihat hal itu, Qabil menjadi marah dan berkata ingin membunuh Habil jika benar-benar menikahi Iqlima. Jawaban Habil atas gertakan Habil diceritakan dalam surah Al Maidah ayat 28,

لَئِنۢ بَسَطتَ إِلَىَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِى مَآ أَنَا۠ بِبَاسِطٍ يَدِىَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”

Qabil yang gelap mata akhirnya memutuskan untuk membunuh Habil. Ulama berpendapat bahwa Qabil memanggul jenazah Habil selama satu tahun setelah membunuh saudaranya.

Ulama lain ada yang mengatakan selama 100 tahun sampai akhirnya Allah SWT mengutus dua ekor burung gagak yang bertarung hingga salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup menggali tanah dan memasukkan bangkai burung gagak yang telah mati ke dalamnya, ketika itu Qabil menyaksikan pergulatan kedua burung gagak tersebut dan meniru apa yang dilakukan mereka.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Qabil membunuh Habil dengan batu yang dilempar hingga mengenai kepalanya ketika ia terlelap. Pendapat lain menyebutkan Qabil mencekek leher Habil sekuat-kuatnya dan menggigitnya seperti layaknya binatang buas hingga Habil meninggal dunia.

Sewaktu Qabil menyaksikan Habil yang terkapar tidak berdaya, ia bingung dan menyesali perbuatannya. Qabil teringat bahwa Habil merupakan saudara yang baik.

Allah SWT tidak langsung mengazab Qabil di dunia, namun ia menanggung dosa besar. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Tidaklah seorang jiwa dibunuh secara zalim, kecuali anak Adam yang pertama (Qabil) ikut menanggung darahnya, karena ia adalah orang yang pertama mencontohkan pembunuhan.” (HR Bukhari)

Wallahu a’lam

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kezaliman Firaun, Raja Mesir yang Bengis dan Diazab Allah SWT



Jakarta

Firaun era Nabi Musa AS adalah seorang penguasa zalim yang ingkar kepada Allah SWT. Kisah terkait Firaun disebutkan dalam sejumlah ayat suci Al-Qur’an.

Menukil Qashashul Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, penyebab kekejian Firaun dikarenakan bani Israil mempelajari satu hal yang mereka riwayatkan dari Ibrahim AS bahwa suatu saat nanti akan lahir seorang anak dari keturunannya yang akan menghancurkan kekuasaan raja Mesir. Berita tersebut sampai ke telinga Firaun sampai akhirnya ia memutuskan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki dari bani Israil.

Menurut riwayat Ibnu Mas’ud RA dan sejumlah sahabat, suatu ketika Firaun bermimpi seakan-akan api datang dari arah Baitul Maqdis dan membakar rumah-rumah Mesir, begitu pula kaum Qibhti. Namun, api tersebut tidak membahayakan bani Israil.


Ketika terbangun, Firaun merasa takut akan mimpinya. Ia lalu mengumpulkan seluruh paranormal dan tukang sihir.

Firaun kemudian bertanya kepada mereka terkait mimpi tersebut. Mereka lalu berkata, “Akan lahir seorang bayi lelaki dari kalangan mereka (bani Israil), ia akan menghancurkan penduduk Mesir.”

Karena itulah, Firaun memerintahkan untuk membunuh anak lelaki dan membiarkan anak perempuannya hidup. Firaun sangat mewaspadai akan hal ini, sampai-sampai ia menunjuk beberapa lelaki dan dukun beranak untuk berpatroli. Mereka akan memeriksa para wanita hamil dan mendata waktu kelahirannya.

Jika ada yang melahirkan anak laki-laki, bayi tersebut langsung disembelih oleh para algojo seketika itu juga. Meski demikian, takdir berkata lain.

Anak laki-laki yang sangat ditakuti Firaun justru tumbuh dewasa di kediamannya. Bahkan memakan makanan dan minuman yang ada di kerajaan Firaun.

Nabi Musa AS, anak angkat Firaun, sendirilah yang kemudian menghancurkan dan menumpas kezalimannya terhadap rakyatnya, terutama kepada Bani Israil.

Akhirnya, raja zalim tersebut diazab oleh Allah SWT dengan ditenggelamkan di Laut Merah bersama pengikutnya yang sama sesatnya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 50,

وَاِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَاَنْجَيْنٰكُمْ وَاَغْرَقْنَآ اٰلَ فِرْعَوْنَ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ ٥٠

Artinya: “(Ingatlah) ketika Kami membelah laut untukmu, lalu Kami menyelamatkanmu dan menenggelamkan (Fir’aun dan) pengikut-pengikut Fir’aun, sedangkan kamu menyaksikan(-nya).”

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com