Tag Archives: umar mujtahid

Kisah Nabi Saleh AS dan Mukjizat Unta Hamil yang Keluar dari Batu Besar



Jakarta

Nabi Saleh AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia berdakwah kepada kaum Tsamud untuk menyembah Allah SWT.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Tsamud adalah kabilah yang masyhur. Kaum ini merupakan bangsa Arab aribah yang tinggal di Hijir yaitu kawasan yang letaknya di antara Hijaz dan Tabuk. Tsamud merupakan kaum setelah Ad, mereka menyembah berhala seperti kaum Ad.

Allah SWT berfirman dalam surah Al A’raf ayat 73-74,


وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِن سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ ٱلْجِبَالَ بُيُوتًا ۖ فَٱذْكُرُوٓا۟ ءَالَآءَ ٱللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.”

Nabi Saleh AS berdakwah kepada kaumnya dengan lembut. Ia juga mengatakan untuk menyembah Allah SWT dan menegaskan tidak ada Tuhan selain-Nya.

Meski begitu kaum Tsamud tidak menghiraukan Nabi Saleh AS. Beliau tetap menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut dan cara yang baik agar kaumnya menuju kebaikan.

Sayangnya, kaum Tsamud mengatakan Nabi Saleh AS terkena sihir dan tidak mengerti apa yang beliau ucapkan setiap menyeru untuk beribadah kepada Allah SWT. Pendapat lain mengatakan maksud dari orang yang terkena sihir ini adalah orang yang mampu menerawang.

Kaum Tsamud meminta Nabi Saleh AS untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang ia sampaikan. Mereka menantang Nabi Saleh AS untuk mengeluarkan seekor unta hamil dari sebuah batu, selain itu kaum Tsamud juga menyebut ciri unta yang mereka maksud.

Mendengar itu, Nabi Saleh AS berdoa kepada Allah SWT agar permintaan mereka dikabulkan. Kaum Tsamud juga mengatakan akan beriman kepada Allah SWT jika benar mukjizat tentang unta itu terjadi.

Atas kuasa Allah SWT, bongkahan batu besar yang ada di sana tiba-tiba mengeluarkan unta besar dan hamil dengan ciri yang memang diinginkan kaum Tsamud. Mukjizat itu disaksikan oleh mereka dan akhirnya sebagian dari mereka beriman kepada Allah SWT namun kebanyakan dari kaum Tsamud tetap enggan menyembah sang Khalik.

Nabi Saleh AS memperingatkan untuk terakhir kalinya kepada Kaum Tsamud yang masih ingkar agar beriman kepada Allah SWT. Mereka yang telah menentang dan tidak bertobat akan mendapat azab.

Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 65,

فَعَقَرُوْهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ

Artinya: “Mereka lalu menyembelih unta itu. Maka, dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”

Mereka yang beriman diberi perlindungan oleh Allah SWT dari azab-Nya. Sebaliknya, yang ingkar diganjar azab berupa guntur yang sangat keras sampai-sampai mati bergelimpangan di rumahnya.

Naudzubillah min dzalik.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yunus AS Tinggalkan Kaumnya hingga Ditelan Ikan Hidup-hidup



Jakarta

Kisah mengenai Nabi Yunus AS termaktub dalam Al-Qur’an. Ia dianugerahi mukjizat keselamatan setelah ditelan oleh ikan paus hidup-hidup.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, Nabi Yunus AS diutus kepada penduduk Nainawi. Alih-alih beriman kepada Allah SWT, penduduk Nainawi justru mendustakan Allah SWT dan berlaku semena-mena. Hal tersebut berlangsung cukup lama sampai akhirnya Yunus AS memutuskan untuk pergi meninggalkan penduduknya dan mengancam mereka dengan azab dari Allah SWT.

Ibnu Mas’ud, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Qatadah dan sejumlah salaf lainnya mengatakan bahwa ketika Nabi Yunus AS pergi meninggalkan kaumnya, rupanya Allah SWT mengilhamkan mereka untuk bertobat dan kembali ke jalan Allah SWT. Kemudian, mereka berteriak kencang memanggil Allah SWT dan berdoa sepenuh hati serta merendahkan diri-Nya.


Allah SWT lantas melenyapkan azab dari mereka dengan daya, kekuatan, kasih sayang dan rahmat-Nya. Azab yang siap menimpa mereka telah berputar-putar di atas mereka seperti malam yang gelap.

Allah SWT berfirman dalam surat Saba ayat 34,

وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيْرٍ ِالَّا قَالَ مُتْرَفُوْهَآۙ اِنَّا بِمَآ اُرْسِلْتُمْ بِهٖ كٰفِرُوْنَ ۝٣٤

Artinya: “Tidaklah Kami utus pemberi peringatan ke suatu negeri, kecuali orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, “Sesungguhnya kami ingkar pada kerasulanmu.”

Ketika Nabi Yunus AS pergi dalam keadaan marah atas sikap kaumnya, ia menaiki kapal. Sayangnya, kapal tersebut terombang ambing karena muatan yang berlebih. Bahkan, mereka nyaris tenggelam.

Akhirnya, mereka yang menaiki kapal tersebut bersepakat untuk membuat undian. Orang yang namanya keluar ketika dundi harus dilemparkan dari kapal untuk meringankan muatan.

Saat undian dilakukan, nama Nabi Yunus AS yang muncul. Undian dilakukan selama tiga kali karena penumpang kapal merasa tidak rela jika sang nabi yang harus dibuang ke lautan.

Akibat namanya yang terus muncul meski sudah diundi tiga kali, maka Nabi Yunus AS dilemparkan ke laut. Allah SWT lalu mengirim ikan besar dari lautan hijau dan langsung menelan Yunus AS.

Sang Khalik memerintahkan agar ikan tersebut tidak memakan daging dan tidak mematahkan tulang Nabi Yunus AS. Akhirnya ikan besar itu membawa Yunus AS berkelana.

Menurut pendapat mufassir, ketika Nabi Yunus AS berada di perut ikan ia mengira dirinya sudah mati. Kemudian, dia menggerakkan tubuhnya dan saat itulah ia sadar bahwa dirinya masih hidup.

Nabi Yunus AS lalu tersungkur dan sujud kepada Allah SWT sambil mengucapkan,

“Ya Rabb! Aku membuat suatu masjid untuk-Mu di suatu tempat yang tak seorang pun beribadah kepada-Mu di sana (selain aku).”

Ketika Nabi Yunus AS dibawa oleh ikan berkelana ke dasar lautan yang gelap dan menerjang gelombang. Ia mendengar ikan-ikan di sana bertasbih kepada Allah SWT, begitu pula dengan pasir-pasir lautan.

Sang nabi lalu berdoa dalam keadaan yang sangat gelap. Ia bertasbih, membaca tahlil, tunduk dan bertobat kepada Allah SWT.

Nabi Yunus AS lantas menyadari perbuatannya dan bertaubat kepada Allah sambil membaca doa yang diabadikan pada surat Al Anbiya ayat 87,

لآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Ada perbedaan pendapat terkait lama waktu Yunus AS berada dalam perut ikan. Dari Asy-Sya’bi dia mengatakan Nabi Yunus AS ditelan paus pada pagi hari dan dimuntahkan pada sore hari.

Sementara itu, Qatadah RA mengatakan Nabi Yunus AS berada dalam perut ikan selama tiga hari. Berbeda dengan Ja’far Ash-Shadiq yang berpendapat Yunus AS berada dalam perut ikan selama tujuh hari.

Adapun, Sa’id bin Abu Hasan dan Abu Malik menyebut Yunus AS berada di perut ikan selama 40 hari. Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Ibrahim AS, Dikuburkan Disamping Makam Istrinya



Jakarta

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia dijuluki sebagai bapaknya para nabi atau Abul Anbiya.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, Nabi Ibrahim AS memiliki nama lengkap Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berdakwah kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala.

Wafatnya Nabi Ibrahim AS disebabkan oleh sakit yang ia derita. Dikisahkan dalam buku Lentera Kematian tulisan Hakim Muda Harahap, Ibrahim AS didatangi malaikat maut di rumahnya dengan wajah rupawan.


Nabi Ibrahim AS yang melihat itu kemudian bertanya siapa yang menyuruhnya datang ke rumah. Malaikat maut mengatakan bahwa ia diminta Allah SWT untuk menyampaikan Ibrahim AS telah diangkat menjadi kekasih Allah SWT.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS meminta kepada malaikat maut untuk menunjukkan cara dia mencabut nyawa manusia. Malaikat maut lalu menjawab bahwa Nabi Ibrahim AS tidak akan kuat melihatnya.

Ibrahim AS bersikeras kepada malaikat maut untuk memperlihatkannya.Tiba-tiba, Nabi Ibrahim AS melihat wajah yang sangat hitam, kepalanya mencapai langit dan dari mulutnya keluar jilatan api. Pada tubuhnya, tidak ada sehelai rambut kecuali api menyala-nyala.

Menyaksikan itu, Ibrahim AS pingsan. Ketika sadar, ia berkata:

“Wahai malaikat maut, seandainya orang kafir tidak mendapat siksa, dengan melihatmu saja dengan rupa demikian sudah cukup baginya itu sebagai penderitaan,”

Selanjutnya, Nabi Ibrahim AS meminta malaikat maut untuk menunjukkan bagaimana ia akan mencabut ruh muslim yang beriman. Lalu, malaikat maut menunjukkan dirinya dengan rupa yang tampan dan berpakaian putih bersih.

Ruh Nabi Ibrahim AS lalu dicabut sesudah melewati beberapa hari dari sakitnya. Ia lalu dikuburkan dalam sebuah gua di daerah Habrawan di samping istrinya, Sarah.

Sebagian berpendapat Nabi Ibrahim AS meninggal pada usia 175 tahun, ada juga yang menyebut 190 tahun. Riwayat lain mengatakan Ibrahim AS hidup selama 200 tahun.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zakaria AS dan Mukjizatnya Dikaruniai Putra di Usia Senja



Jakarta

Nabi Zakaria AS merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul utusan Allah SWT. Ia merupakan keturunan dari Nabi Sulaiman AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Al-Hafizh Abu Qasib bin Asakir menyebut bahwa nama lengkap Zakaria AS adalah Zakariya bin Barkhaya. Ada juga yang mengatakan nama lengkapnya adalah Zakariya bin Dan bin Ladun bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud bin Sulaiman bin Muslim bin Shadiqah bin Barkhaya bin Bal’athah bin Nahur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inaman bin Rahiam bin Sulaiman bin Dawud, Abu Yahya, Nabi Bani Israil.

Pekerjaan Nabi Zakaria AS adalah tukang kayu, ini turut disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW,


“Zakaria adalah seorang tukang kayu.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Disebutkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Zakaria AS memiliki istri bernama Iisya binti Faquuz. Ia adalah saudari Hannah binti Faquuz yaitu ibu dari Siti Maryam. Istri dari Nabi Zakaria AS mandul sehingga tidak dapat memiliki keturunan meski keduanya memasuki usia renta.

Nabi Zakaria AS merupakan paman dari Siti Maryam. Bersama sang istri, ia merawat Siti Maryam dari kecil hingga tumbuh dewasa.

Meski demikian, sudah sejak lama ia mendambakan keturunan. Akhirnya, Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT seperti tercantum dalam surah Maryam ayat 4-6:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya’qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”

Ia memohon kepada Allah SWT agar diberi keturunan sehingga anaknya mampu mewarisi kenabian, kebijaksanaan dan ilmu yang ia miliki. Benar saja, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria AS.

Ketika ia sedang melaksanakan salat, malaikat menemuinya dengan membawa rahmat Allah SWT.

Dikabarkan kepadanya, “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (datangnya) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS Maryam: 7)

Zakariya AS berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua?” (QS Maryam: 8)”

Mulanya ia heran karena akan dikaruniai anak pada usia senja. Pun, istrinya dalam kondisi yang mandul.

Allah SWT berfirman seperti dalam surat Maryam ayat 9, “Demikianlah. Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”

Lalu, malaikat menjelaskan kepadanya bahwa semua itu merupakan kehendak-Nya, dan kehendak Allah pasti akan terlaksana. Tidak ada hal yang sulit bagi-Nya.

Mendengar itu, Nabi Zakaria AS sangat bersyukur atas anugerah Allah SWT. Sang nabi kemudian memohon kepada-Nya agar ditunjukkan tanda bahwa beliau memang benar-benar akan memiliki anak.

Allah SWT berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (QS Maryam: 10)

Dengan kuasa Allah SWT, hal itu benar-benar terjadi. Nabi Zakaria AS yakin bahwa istrinya hamil dan mukjizat Allah SWT benar adanya.

Zakaria AS lalu bersujud dan melaksanakan salat sebagai ungkapan syukurnya yang telah memperkenankan doanya dengan mengaruniakan Yahya AS. Ketika dewasa kelak, Yahya AS juga diangkat menjadi nabi dan rasul.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Sosok Kan’an, Putra Nabi Nuh AS yang Durhaka dan Pura-pura Beriman



Jakarta

Kan’an adalah salah putra dari Nabi Nuh AS. Ia merupakan anak yang durhaka dan menyembunyikan kebencian terhadap sang ayah dengan berpura-pura beriman.

Menukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ustaz Fatih, Nuh AS memiliki empat orang putra. Putra pertamanya bernama Kan’an, putra kedua bernama Yafith, ketiga bernama Sam dan keempat bernama Ham.

Suatu hari, Nabi Nuh AS memerintahkan kaumnya untuk naik ke bahtera. Ia juga membawa hewan-hewan naik ke bahtera tersebut agar selamat dari azab yang Allah SWT ditimpakan.


Kala itu, Allah SWT mengazab kaum Nabi Nuh AS yaitu bani Rasib seperti dijelaskan dalam Qashash al-Anbiyaa oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Mereka memperlakukan Nuh AS dengan kasar dan menyekutukan sang Khalik hingga akhirnya Allah SWT menurunkan banjir bandang yang luar biasa dahsyatnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14-15,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤
فَاَنْجَيْنٰهُ وَاَصْحٰبَ السَّفِيْنَةِ وَجَعَلْنٰهَآ اٰيَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ ١٥

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim. Maka, Kami selamatkan Nuh dan para penumpang bahtera serta Kami jadikannya sebagai pelajaran bagi alam semesta.”

Kan’an enggan ikut dengan sang ayah meski Nabi Nuh AS sudah memintanya. Ini diceritakan dalam firman Allah SWT dalam surah Hud ayat 42-43,

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: “Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir,”

Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.”

Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (QS. Hud: 42-43)

Dikisahkan dalam buku Insan Pilihan Tuhan tulisan M Arief Hakim, Kan’an tidak mendengar sang ayah dan mendaki ke atas gunung untuk menyelamatkan diri tanpa rasa takut. Air terus mengejarnya sampai ke puncak gunung.

Putra Nuh AS berpikir dia akan selamat namun nyatanya air bah menelan Kan’an dan ia tenggelam dalam pusaran air yang dahsyat bersama kaum Nuh AS yang zalim. Dalam keadaan seperti itu, Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT agar putranya diselamatkan seperti disebutkan pada surah Hud ayat 45,

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: “Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya.”

Lalu, Allah SWT menjawab dalam firman-Nya pada surah Hud ayat 46,

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: “Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”

Kisah Kan’an, putra Nabi Nuh AS, yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah SWT semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang ingkar. Naudzubillah min dzalik.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS dengan Kaumnya Bani Israil


Jakarta

Kisah Nabi Musa dengan kaumnya Bani Israil adalah salah satu perjalanan penuh makna dalam sejarah umat manusia. Pada masa itu, Bani Israil hidup dalam penindasan yang sangat berat di bawah kekuasaan Fir’aun, Raja Mesir yang dikenal dengan kediktatorannya. Mereka dipaksa hidup sebagai budak, bekerja keras tanpa kenal lelah di bawah pengawasan yang ketat.

Raja Fir’aun yang merasa superior, menindas dan memperlakukan mereka dengan sangat kejam, bahkan sampai kepada pembunuhan bayi laki-laki mereka. Di tengah penderitaan ini, Nabi Musa diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu dan memimpin kaumnya keluar dari cengkeraman tirani Fir’aun.

Perjuangan Nabi Musa bersama Bani Israil menjadi saksi betapa kuatnya keyakinan dan keteguhan hati dalam menghadapi kesulitan hidup. Bagaimana kisah perjuangan Nabi Musa dan Bani Israil ini berlanjut? Simak penjelasannya dalam artikel ini yang seluruhnya dikutip dari buku Kisah Para Nabi karangan Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid.


Bani Israil Meninggalkan Penguasa Mesir Fir’aun

Dalam kisah Nabi Musa dan Bani Israil, salah satu momen penting yang tercatat adalah ketika Bani Israil berhasil meninggalkan Mesir di bawah kekuasaan Fir’aun yang zalim.

Menurut para mufassir, Bani Israil meminta izin kepada Fir’aun untuk merayakan hari raya mereka, sebuah permintaan yang ditanggapi dengan sinis oleh Fir’aun. Walaupun mengizinkan mereka untuk pergi, sebenarnya Fir’aun tidak mengira bahwa tujuan mereka lebih besar dari sekadar perayaan.

Namun, di balik permintaan tersebut, Bani Israil memiliki rencana besar. Mereka memanfaatkan kesempatan untuk mengelabui Fir’aun dan pasukannya, dengan tujuan melepaskan diri dari penindasan yang mereka alami selama ini.

Pada malam hari, mereka pun mulai bergerak diam-diam, meninggalkan Mesir dan mengarahkan langkah mereka menuju Syam (Palestina). Ketika Fir’aun mengetahui bahwa Bani Israil telah melarikan diri, ia segera mengerahkan pasukannya untuk mengejar mereka.

Peristiwa Laut Terbelah Menenggelamkan Fir’aun

Saat peristiwa pengejaran itu, mereka terjebak dalam kejaran pasukan Fir’aun. Fir’aun yang dengan kekuasaannya telah menindas Bani Israil, tidak rela melepaskan mereka begitu saja setelah diperintahkan oleh Allah SWT melalui Nabi Musa untuk meninggalkan Mesir. Saat mereka dikejar hingga ke pantai laut, keadaan tampak sangat genting. Fir’aun dan tentaranya yakin mereka telah mengepung Nabi Musa dan Bani Israil tanpa bisa melarikan diri.

Namun, dengan izin Allah SWT, laut terbelah. Pada saat itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk memukul laut dengan tongkatnya, dan keajaiban pun terjadi. Laut yang tadinya tidak bisa dilewati itu terbelah menjadi dua bagian, membentuk jalanan seperti gunung yang besar, sehingga Bani Israil dapat menyeberanginya dengan selamat.

Hal ini adalah mukjizat yang jelas menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang tiada bandingnya. Nabi Musa dan umatnya melintasi dasar laut yang kering, sementara pasukan Fir’aun yang mengikuti mereka terperangkap.

Ketika Fir’aun menyadari bahwa peristiwa tersebut adalah keajaiban dari Tuhan, sudah terlambat untuk menyelamatkan diri. Pasukan Fir’aun, yang terlalu percaya diri dan sombong, akhirnya tenggelam di dasar laut yang kembali menutup setelah mereka melintasinya.

Nabi Musa dan Bani Israil Terbebas dari Cengkraman Fir’aun

Pada masa itu, setelah berhasil meninggalkan Mesir dan terlepas dari kekuasaan Fir’aun, Nabi Musa bersama dengan Bani Israil melanjutkan perjalanan menuju negeri Syam. Sesampainya di sana, mereka beristirahat selama tiga hari.

Dalam perjalanan ini, mereka sempat menemui kesulitan, namun Allah SWT memudahkan mereka untuk meneruskan perjalanan. Menggunakan hikmah yang diberikan Allah SWT, Nabi Musa memimpin Bani Israil untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju tujuan yang lebih baik, terlepas dari perbudakan yang telah lama mereka alami.

Seiring perjalanan mereka, Bani Israil menghadapi tantangan baru, yaitu kebutuhan akan air. Mereka sempat kesulitan menemukan sumber air, hingga mereka bertanya kepada Nabi Musa tentang solusi. Pada saat itu, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk menaruh sebuah tongkat di air yang beracun yang berubah menjadi air yang tawar dan bisa diminum yang kemudian menjadi salah satu mukjizat yang menunjukkan kekuatan dan kuasa Allah SWT.

Setelah perjalanan mereka mencapai negeri Syam, Bani Israil menyadari bahwa mereka telah diberi kesempatan untuk memulai kehidupan baru yang lebih baik. Dengan itu, perjalanan panjang dan penuh ujian yang dilakukan oleh Nabi Musa dan Bani Israil membuka jalan bagi mereka untuk mencapai kebebasan, jauh dari penindasan dan perbudakan yang sebelumnya mereka alami di bawah Fir’aun.

Bani Israil Diperintahkan untuk Memasuki Yerusalem

Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh ujian, akhirnya Bani Israil diperintahkan oleh Nabi Musa untuk memasuki Yerusalem, yang saat itu adalah kota yang dikuasai oleh orang-orang zalim.

Namun, meskipun mereka telah diberikan kesempatan untuk menaklukkan kota tersebut dan dipastikan akan meraih kemenangan, sebagian besar dari mereka malah merasa gentar. Ketakutan mereka terhadap kekuatan musuh yang ada di dalam kota membuat mereka enggan untuk mengikuti perintah tersebut. Mereka memilih untuk tinggal di luar menunggu Nabi Musa memerangi kaum zalim yang ada di Yerusalem berdua bersama saudaranya.

Hal ini membuat Nabi Musa sangat kecewa. Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT, memohon agar dipisahkan dengan kaumnya. Setelah itu Allah SWT menetapkan bahwa mereka harus menjalani hukuman atas ketidaktaatan mereka. Allah SWT mengharuskan Bani Israil untuk tetap mengembara di padang pasir selama 40 tahun tanpa arah mulai dari pagi hingga malam hari.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS yang Menentang Firaun dan Para Pengikutnya



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Semasa hidupnya, ia berdakwah menegakkan ajaran tauhid.

Menurut Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Meski demikian, ibu Musa AS mendapat ilham untuk meletakkannya di dalam peti dengan diikat tali.

Rumah Nabi Musa AS kala itu berada di hulu Sungai Nil. Setelah menyusui Musa kecil, ibunya kembali meletakkannya di dalam peti khawatir akan ada orang yang mengetahui keberadaan si bayi.


Peti tersebut diletakkan di lautan dengan tali. Ketika semua orang pergi, ibu Nabi Musa AS kembali menarik petinya.

Dikisahkan dalam buku Kisah Nabi Musa AS oleh Abdillah, singkat cerita peti yang biasanya ditarik oleh ibu Nabi Musa AS terhanyut. Atas izin Allah SWT, peti itu ditemukan oleh permaisuri Firaun yang bernama Asiyah. Melihat Nabi Musa AS kecil di dalam peti tersebut, Asiyah akhirnya membujuk Firaun untuk mengadopsi Musa bayi.

Ketika kecil, Musa AS menolak untuk menyusu pada siapa pun. Dengan kuasa Allah SWT, hanya ibu Nabi Musa AS yang tidak ditolak susunya oleh Musa kecil. Ini bermula ketika kakak Musa AS memperkenalkan ibu kandungnya kepada para dayang,

Ibu Nabi Musa AS menyusui sang nabi dan diberi upah. Ia juga turut berperan merawatnya sampai dewasa.

Menginjak dewasa, Nabi Musa AS dijadikan sebagai rasul. Musa AS diutus untuk berdakwah dan akhirnya berhadapan dengan Firaun.

Ia meminta agar Firaun kembali ke jalan yang benar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Musa AS berdakwah bersama saudaranya, Nabi Harun AS untuk membimbing Firaun.

Mengutip buku Pengantar Sejarah Dakwah oleh Wahyu Ilaihi, pendamping dakwah Nabi Musa AS yakni saudaranya Harun AS. Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk berangkat menemui Firaun dan mendakwahinya dengan kata-kata lembut.

Alih-alih bertobat, Firaun justru membangkang. Musa AS dan Harun AS memerintahkan agar Firaun melepaskan bani Israil dari genggamannya dan membiarkan mereka beribadah kepada Allah SWT.

Atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya. Namun Firaun tetap murka kepada Nabi Musa AS.

Tanpa ragu, Firaun meminta tukang sihirnya menunjukkan kemampuannya di depan Musa AS. Mereka lalu melempar tali yang bisa berubah menjadi ular.

Walau begitu, ular-ular tukang sihir dilahap oleh ular milik Musa AS. Peristiwa tersebut membuat pengikut Firaun akhirnya percaya kepada Allah SWT dan beriman, begitu pun sang istri yang bernama Asiyah.

Semakin murka, ketimbang bertobat Firaun justru menyiksa seluruh pengikut Nabi Musa AS. Istrinya yang menyatakan beriman kepada Allah SWT juga disiksa sampai meninggal dunia.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir. Meski demikian, pengikut Firaun yang belum beriman terus mengejar Nabi Musa AS.

Tiba saatnya Nabi Musa AS menghadapi jalan buntu, Allah memerintahkan agar ia memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan izin Allah SWT, tongkat tersebut dapat membelah lautan dan menciptakan jalur agar Musa AS dan pengikutnya dapat melewati.

Setelah pengikut Musa AS selesai menyeberangi lautan, sang nabi kembali memukulkan tongkatnya sesuai perintah Allah SWT. Tiba-tiba, laut kembali ke kondisi semula hingga menenggelamkan Firaun beserta pasukannya.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com