Tag Archives: ummu aiman

Kisah Ibu Pengasuh Rasulullah SAW yang Dijaminkan Surga


Jakarta

Semasa hidup Rasulullah SAW telah menjadi seorang yatim piatu sejak kecil, sebab itu kakeknya mencarikan seorang ibu pengasuh. Salah satu nama pengasuh Rasulullah SAW adalah Ummu Aiman. Sosok yang sekaligus bertugas untuk membantu dan menemani perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.

Dilansir dari buku Berbakti kepada Orang Tua karya Muhammad Al-Fahham, Ummu Aiman selalu mendampingi Rasulullah SAW sejak anak-anak hingga beliau menjadi dewasa sebagai orang tua asuh. Ummu Aiman selalu menjaga dan memperhatikan Rasulullah SAW.

Melalui kedekatan tersebut, Nabi Muhammad SAW pun bisa melihat bayangan ibu kandung yang tidak pernah hilang dari ingatannya. Dikisahkan, Rasulullah SAW pernah bersabda:


أُمُّ أَيْمَنَ أُمِّي بَعْدَ أُمِّي

Artinya: “Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibu (kandung)-ku.”

Rasulullah SAW juga selalu memanggil Ummu Aiman dengan sebutan “Wahai ibu.” Apabila beliau menatapnya maka beliau selalu mengatakan, “Ini adalah (anggota) keluargaku yang masih tersisa.”

Muslim meriwayatkan dari Anas RA, dikisahkan saat itu Rasulullah SAW pergi menemui Ummu Aiman. Sang ibu pengasuh itu kemudian memberikan wadah yang berisi minuman kepada Rasulullah SAW.

Namun, Ummu Aiman memberikan minuman tersebut dengan nada yang cenderung memaksa sebab Rasulullah SAW tidak meminumnya. Disebutkan Anas RA, entah Ummu Aiman tidak tahu bila Rasulullah SAW sedang berpuasa atau beliau tidak menginginkan minuman tersebut.

Syekh Mansur ‘Ali Nashif pernah menjelaskan maksud dari hadits tersebut. Disebutkan, hadits tersebut menunjukkan betapa tingginya kedudukan Ummu Aiman di sisi Rasulullah.

Melansir buku Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam karya Bassam Muhammad Hamami dijelaskan setelah Rasulullah SAW menikah dengan Sayyidah Khadijah RA, beliau kemudian memerdekakan Ummu Aiman sebagai bentuk pengorbanan dan penghormatan atas ketulusan dan kebaikan selama mendidik dan membesarkannya.

Selanjutnya, Ummu Aiman pun mendeklarasikan untuk masuk Islam dan menjadi muslimah yang baik dan taat agama. Ummu Aiman bahkan termasuk dalam deretan wanita pertama yang ikut hijrah ke Habsyah dan Madinah.

Ummu Aiman Wanita yang Istimewa

Masih melansir sumber sebelumnya, pada saat hijrah ke Madinah Al Munawwarah, kala itu Ummu Aiman berpuasa dan bangun malam. Wanita itu pun melanjutkan hijrah dengan berjalan kaki. Ia tidak membawa minum atau bekal sehingga kehausan karena panas yang menyengat menyiksanya.

Tiba waktu berbuka, saat matahari terbenam Allah SWT turunkan karamah yang besar dan tidak bisa terlihat oleh seseorang pun yang berjalan bersamanya. Dikisahkan, Allah SWT menurunkan ember berisi air, Ummu Aiman segera mengambil ember itu dan meminum airnya.

Ummu Aiman juga ternyata mempunyai kedudukan istimewa di sisi Rasulullah SAW, karena ia adalah satu-satunya keluarga beliau yang masih hidup. Kalimat di atas didukung oleh sabda Rasulullah SAW setiap melihat Ummu Aiman, “Ini ahli baitku yang masih ada,” serta kabar bahagia saat Nabi Muhammad SAW mengabarkan kepada Ummu Aiman akan kedudukanya di surga, “Siapa yang ingin menikahi seorang wanita penduduk surga, maka hendaklah ia menikahi Ummu Aiman.”

Zaid bin Haritsah mendengar ucapan beliau, dan segera meminang dan menikahi Ummu Aiman. Lalu, dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang anak bernama Usamah bin Zaid.

Selain itu, bahkan saat di usia yang sudah tuanya dan kesehatannya menurun, Ummu Aiman tidak pernah sekalipun melewatkan bergabung dengan pasukan Islam dan berperang dengan musuh-musuh Allah SWT.

Ummu Aiman tercatat ikut dalam perang Uhud, perang Khaibar, dirinya bersama pasukan wanita menyediakan air minum dan mengobati prajurit yang terluka.

Begitulah kisah Ummu Aiman pengasuh Rasulullah SAW. Berkat ketulusannya dalam mendidik dan membesarkan Nabi Muhammad SAW, dia pun menjadi budak merdeka. Hingga sampai masuk Islam dan telah dikabarkan sebagai salah satu penghuni surga.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Sosok Wanita yang Membantu Kelahiran Nabi Muhammad


Jakarta

Kelahiran Nabi Muhammad SAW diwarnai dengan berbagai macam peristiwa yang tidak biasa dan menakjubkan. Banyak tanda-tanda pada diri tubuh calon rasul itu ataupun pada lingkungan sekitarnya.

Nabi Muhammad SAW lahir dalam keadaan yatim atau sudah tidak memiliki ayah. Abdullah bin Abdul Muthalib sudah dulu wafat saat pergi berdagang tanpa melihat putranya lahir terlebih dahulu.

Aminah binti Wahab, ibu Nabi Muhammad SAW, tentu saja melahirkan anak yang di dalam kandungannya itu tanpa didampingi oleh suaminya. Lalu siapa yang membantu persalinan tersebut?


Sosok Wanita yang Membantu Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sosok wanita yang membantu kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah pembantu Aminah binti Wahab, Barakah Ummu Aiman. Aminah juga dibantu oleh bidan bersalin bernama asy-Syifa, jelas buku Jalan Damai Rasulullah: Risalah Rahmat bagi Semua yang ditulis oleh Fuad Abdurahman.

Saat itu adalah hari Senin menjelang fajar, Aminah, ibunda Rasulullah SAW, sudah mulai merasakan tanda-tanda kelahiran. Dirinya dibantu oleh Barakah Ummu Aiman yang merupakan pembantunya sendiri.

Hari itu bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal atau 29 Agustus 571 M, di mana purnama sudah hampir bulat sempurna. Ummu Aiman lantas memanggil seorang bidan bernama Asy-Syifa binti Auf untuk membantu dan menemani Aminah untuk melahirkan.

Saat persalinan berlangsung, Allah SWT juga mengutus empat orang wanita agung yang turut membantu persalinan Nabi Muhammad SAW. Mereka adalah Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim, Asiyah binti Muzahim, dan Maryam, ibunda Nabi Isa AS, seperti disebutkan dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya oleh Abdurrahman bin Abdul Karim.

Sosok wanita yang membantu kelahiran Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah Siti Hawa. Ia berkata kepada Aminah, “Sungguh beruntung engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan nabi agung junjungan alam semesta, Al-Musthafa SAW. Kenalilah olehmu, sesungguhnya aku ini Hawa, ibunda seluruh umat manusia. Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemanimu.”

Sosok wanita yang membantu kelahiran Nabi Muhammad SAW yang kedua adalah Siti Sarah. Ia berkata kepada Aminah, “Sungguh, berbahagialah engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan nabi agung, seorang nabi agung yang dianugerahi kesucian yang sempurna pada diri dan kepribadiannya.”

“Nabi agung yang ilmunya sebagai sumber ilmunya para nabi dan para kekasih-Nya. Nabi agung yang cahayanya meliputi seluruh alam. Dan, ketahuilah olehmu, wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Sarah, istri Nabiyullah Ibrahim AS. Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk menemanimu,” lanjutnya.

Harum yang sangat wangi menyertai kedatangan sosok wanita yang membantu kelahiran Nabi Muhammad SAW yang ketiga. Ia adalah Asiyah binti Muzahim.

Asiyah berkata, “Sungguh, berbahagialah engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan nabi agung, kekasih Allah yang paling agung dan insan sempurna yang paling utama mendapati pujian dari Allah Swt. dan dari seluruh makhluk- Nya. Perlu engkau ketahui, sesungguhnya aku adalah Asiyah binti Muzahim, yang diperintahkan oleh Allah SWT menemanimu.”

Sosok wanita yang membantu kelahiran Nabi Muhammad SAW yang terakhir datang kepada Aminah, parasnya sungguh cantik dan penuh wibawa. Ia adalah ibunda Nabi Isa AS, Siti Maryam.

Ia berkata, “Sungguh, berbahagialah engkau, wahai Aminah. Tidak ada di dunia ini wanita yang mendapatkan kemuliaan dan keberuntungan seperti engkau. Sebentar lagi, engkau akan melahirkan nabi agung yang dianugerahi Allah SWT mukjizat yang sangat agung dan sangat luar biasa. Beliaulah junjungan seluruh penghuni langit dan bumi, hanya untuk beliau semata segala bentuk shalawat Allah SWT dan salam sejahtera-Nya yang sempurna. Ketahuilah olehmu, wahai Aminah, sesungguhnya aku adalah Maryam, ibunda Isa As. Kami semua ditugaskan oleh Allah SWT untuk menemanimu demi menyambut kehadiran nabi suci, Al-Musthafa SAW.”

Setelah itu, lahirlah seorang bayi yang menjadi calon rasul yang sangat mulia. Kelahiran itu disambut baik oleh semua orang. Bahkan saat Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW, mendapat kabar kelahiran cucunya, ia langsung bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT di Ka’bah.

Akhirnya, bayi itu diberi dengan sebuah nama yang belum pernah dikenal di kalangan Arab, yaitu Muhammad.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ummu Aiman, Budak Pengasuh Rasulullah yang Jadi Ahli Surga



Jakarta

Ummu Aiman adalah wanita pengasuh Rasulullah SAW yang gemar ibadah dan tulus hatinya. Ia menjadi salah satu ahli surga dari kalangan budak.

Meskipun berasal dari kalangan budak, Rasulullah SAW amat memuliakan Ummu Aiman. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda, “Ummu Aiman adalah ibuku sesudah ibuku.” (Al-Mustadrak’ala ash-Shahihain, Tarikh ath-Thabari, dan Usd al-Ghabah).

Syekh Syarif Radhi dalam Nahjul Balaghah mengatakan, Nabi SAW memberi kesaksian bahwa Ummu Aiman termasuk di antara penghuni surga. Hal ini turut disebutkan dalam Thabaqat al-Kubra Ibnu Sa’d dan Al-Ishabah.


Disebutkan dalam Nisa’ Haula ar-Rasul karya Bassam Muhammad Hamami, nama asli Ummu Aiman adalah Barakah binti Tsa’labah bin Amar bin Hishn bin Malik bin Salamah bin Umar bin Nu’man al-Habasyiyyah. Ia dinikahi oleh Ubaid bin Harits al-Khazraji setelah dimerdekakan oleh Rasulullah SAW.

Semasa hidupnya, tepatnya setelah memeluk Islam, Ummu Aiman banyak berpuasa dan qiyamul lail. Ia juga hijrah dengan berjalan kaki. Allah SWT telah memberinya minum yang membuatnya tidak pernah merasa kehausan.

Ummu Aiman pernah bercerita, “Rasulullah SAW pernah menginap di rumahku. Pada tengah malam beliau bangun dan buang air kecil dalam sebuah bejana. Setelah itu, aku pun terbangun dalam keadaan kehausan. Tanpa melihat apa yang ada dalam tembikar itu, aku langsung meminumnya.

Keesokan harinya, Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Ummu Aiman, buanglah yang ada dalam bejana itu!’ Aku pun menjawab, ‘Wahai Rasulullah, demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku telah meminum apa yang ada dalam bejana itu.’

Rasulullah SAW tertawa hingga gerahamnya terlihat. Selanjutnya, beliau bersabda, ‘Sungguh perutmu tidak akan pernah sakit selamanya.'”

Kisah tersebut diceritakan Abu Nu’aim dalam Hilyat al-Auliya’, Ibnu Hajar dalam Al-Ishbah fi Tamyiz ash-Shahabah, dan Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqat al-Kubra.

Kedudukan Ummu Aiman di Sisi Rasulullah

Ummu Aiman memiliki kedudukan tinggi di sisi Rasulullah SAW. Dalam Nisa’ Mubasysyarat bil-Jannah karya Ahmad Khalil Jam’ah dikatakan, Ummu Aiman senantiasa mengabdi dan memperhatikan Rasulullah SAW sehingga tidak heran jika ia memiliki kedudukan tersendiri di sisi beliau.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling mengetahui manusia. Saat melihat keadaan Ummu Aiman, beliau mengetahui kebersihan jiwanya dan ketulusan hatinya. Karena itu, beliau memberikan tempat yang tinggi bagi Ummu Aiman, seakan-akan ia merupakan bagian dari keluarga nabi.

Sosok Ummu Aiman tidak pernah dilupakan oleh Nabi SAW. Bukan karena jasanya yang telah mengasuhnya saja, tetapi Ummu Aiman mengingatkan Rasulullah SAW kepada almarhum ayah beliau, Abdullah, sebagaimana diceritakan M. Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Quran dan Hadis-hadis Shahih.

Dikatakan, Ummu Aiman mulanya budak milik Abdullah yang kemudian dimerdekakan oleh Rasulullah SAW setelah menikah dengan Siti Khadijah RA.

Ummu Aiman memeluk Islam dan berhijrah ke Madinah. Ia wafat sekitar lima bulan atau setahun setelah hijrah. Ada pula riwayat yang menyebut, ia wafat pada masa pemerintahan Khalifah Umar RA atau Utsman RA.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com