Tag Archives: unta

Minum Air Kencing Unta Disebut Bisa Obati Sakit Perut, Ini Haditsnya


Jakarta

Air kencing unta disebut memiliki khasiat untuk mengobati penyakit perut sebagaimana dijelaskan dalam hadits. Bolehkah seorang muslim meminumnya?

Hadits minum air kencing unta yang dimaksud berasal dari riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya, dalam air kencing dan susu unta itu terdapat obat penyembuh bagi penyakit pada perut mereka.” (HR Ahmad)

Dalam kitab Sunan at-Tirmidzi terdapat hadits yang berasal dari al-Hasan bin Muhammad az-Za’farani, dari Affan, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid, Tsabit dan Qatadah, dari Anas, ia berkata,


“Sesungguhnya, beberapa orang dari Urainah datang ke Madinah. Lalu mereka demam karena cuaca dan kondisi Kota Madinah. Kemudian Rasulullah SAW mengirim mereka menuju tempat unta sedekah dan beliau bersabda, ‘Minumlah kalian susu dan air kencingnya’.” (Muttafaq ‘alaih)

At-Tirmidzi mengatakan hadits tersebut hasan shahih (gharib).

Dalam buku Rahasia Sehat Berdasar Sunnah Rasulullah karya Ridwan Abdullah Sani terdapat penjelasan bahwa banyak tabib yang menggunakan susu dan air kencing unta sebagai penyembuh berbagai penyakit. Seperti yang dijelaskan pada hadits di atas bahwa air kencing unta juga dapat dijadikan sebagai obat sakit perut.

Lebih lanjut, berbagai penyakit dapat terjadi pada perut, salah satunya adalah Adz-Dzarab yakni perut tidak dapat mencerna makanan. Ternyata, air kencing unta dapat dijadikan sebagai obat karena mengandung berbagai bakteri baik (probiotik) yang membantu pencernaan makanan.

Terkait dengan penggunaan air kencing unta sebagai obat penyakit perut, ternyata pada saat ini para ilmuwan menemukan bahwa kotoran (tinja) sapi dapat menyembuhkan penyakit yang terjadi dalam perut.

Hukum Minum Air Kencing Unta

Meski air kencing unta dapat berkhasiat sebagai obat, muslim tetap dilarang untuk mengonsumsinya. Mengutip buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Taharah karya Ahmad Sarwat, mayoritas ulama sepakat berobat dengan sesuatu yang haram atau najis hukumnya tetap tidak dibenarkan, alias haram hukumnya.

Pendapat tersebut didasarkan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi,

إِنَّ اللهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَل لِكُل دَاءٍ دَوَاء فَتَدَاوَوْا وَلَا تَتَدَاوَوْا بِالْحَرَامِ

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan juga obatnya. Dan Allah menjadikan semua penyakit ada obatnya, maka berobatlah tetapi jangan berobat dengan yang haram.” (HR Abu Daud)

Kalaupun Rasulullah SAW pernah memerintahkan seseorang minum air kencing unta, perlu adanya penjelasan lebih lanjut agar tidak ada benturan dalil. Berikut beberapa penjelasan ulama di balik perintah minum air kencing unta.

Kemungkinan pertama, yakni keadaan darurat. Bisa saja hal itu dibolehkan sebab tidak ada jalan keluar lain pada saat itu, kecuali hanya dengan minum air kencing unta. Karena darurat, maka sifatnya sementara, subjektif dan tentatif. Dalam hal darurat, memang sesuatu yang asalnya haram, bisa saja pada momen tertentu berubah menjadi halal.

Jadi secara nalar, jangankan cuma air kencing unta, bangkai babi sekalipun, dalam situasi darurat, akan berubah sementara menjadi halal. Namun, begitu kondisi darurat sudah berlalu, bangkai babi itu menjadi haram kembali.

Begitu pula dengan air kencing unta, hukumnya bisa menjadi halal dalam keadaan darurat. Namun setelah dalam kondisi normal, air kencing unta yang asalnya najis itu akan kembali menjadi najis.

Kemungkinan kedua, yakni minum air kencing unta merupakan hukum khusus. Misalnya, Rasulullah SAW menetapkan haramnya puasa wishal, beristri lebih dari empat wanita dalam satu waktu, dan menyentuh kulit wanita yang bukan mahram. Namun terdapat pula hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukannya.

Hal tersebut dapat terjadi karena kasus-kasus di atas telah terjadi kekhususan atau pengecualian yang terjadi atas izin dan ketentuan dari Allah SWT. Kekhususan itu tidak boleh dijadikan dasar hukum yang berlaku untuk kita, tetapi khusus bagi Rasulullah SAW atau orang tertentu atas sepengetahuan dan izin dari Rasulullah SAW.

Demikian juga dengan kasus air kencing unta, menurut jumhur ulama hukumnya hanya halal untuk konteks saat Nabi SAW membolehkan bagi orang tersebut saja. Adapun bagi kita, hukumnya tetap najis dan tidak boleh diminum.

Kemungkinan terakhir yakni, hukum minum air kencing unta telah dihapus. Artinya, bisa saja apa yang tadinya berhukum halal dan boleh, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, syariat Islam kemudian mengharamkannya.

Penghapusan hukum ini juga pernah terjadi sebelumnya. Misalnya saja pada hukum nikah mut’ah yang awalnya boleh namun berubah menjadi haram.

Demikian juga dengan kasus bolehnya minum air kencing unta. Bisa saja memang awalnya dibolehkan, tetapi seiring dengan proses tasyri’, kemudian hukumnya berubah menjadi haram. Buktinya, terdapat begitu banyak dalil yang menunjukkan air kencing itu najis sehingga haram untuk dikonsumsi.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah, Maharnya 20 Unta



Jakarta

Nabi Muhammad SAW menikah dengan Khadijah binti Khuwailid bin Asad pada usia 25 tahun. Beliau memberikan mahar berupa 20 ekor unta betina muda kepada istri pertamanya itu.

Hal tersebut diceritakan Ibnu Hisyam dalam Kitab Sirah Nabawiyah-nya. Khadijah RA adalah perempuan yang memiliki garis keturunan mulia di tengah-tengah kaumnya. Ia merupakan wanita bijak, cerdas, dan Allah SWT memberikan segala kehormatan kepadanya.

Ia juga seorang saudagar perempuan yang mulia dan kaya raya. Ia memberikan upah kepada kaum lelaki untuk memutar hartanya dengan cara bagi hasil. Orang Quraisy sejak dulu memang berjiwa bisnis.


Pada suatu hari, Khadijah RA mendengar informasi tentang Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW saat itu belum diangkat sebagai nabi. Beliau dikenal sebagai pemuda yang jujur dalam perkataan, amanah, dan berakhlak mulia. Hal ini membuat Khadijah RA mengutus seseorang untuk menawarkan kerja sama dengan Rasulullah SAW.

Singkat cerita, Nabi Muhammad SAW menerima tawaran itu. Beliau menjual barang-barang dagangan Khadijah RA ke Syam ditemani Maisarah. Selain ke Syam, beliau juga menjual dagangan di Makkah. Banyak yang tertarik membeli dagangan tersebut.

Maisarah kemudian menceritakan perjalanannya saat berdagang menemani Rasulullah SAW kepada Khadijah RA. Setelah mencerna cerita Maisarah, Khadijah RA mengirimkan utusan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan maksud Khadijah RA dengan menawarkan diri kepada beliau.

“Sepupuku, aku menyukaimu karena kekerabatanmu, kedudukanmu di antara kaummu, sikap amanahmu, kemuliaan akhlakmu, dan kejujuran perkataanmu,” ucap Khadijah RA waktu itu.

Setelah Khadijah RA mengutarakan maksudnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Akhirnya, beliau ditemani pamannya yang bernama Hamzah bin Abdul Muththalib menemui ayah Khadijah RA, Khuwailid bin Asad. Hamzah meminang Khadijah RA untuk Nabi Muhammad SAW.

Menurut Ibnu Hisyam, Nabi Muhammad SAW saat itu memberikan mahar berupa 20 ekor unta betina muda. Khadijah RA adalah wanita pertama yang dinikahi beliau dan selama menikah dengannya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah menikah dengan wanita lain sampai Khadijah RA wafat.

Ibnu Ishaq turut meriwayatkan, setelah menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Khadijah RA melahirkan semua anak lelaki Nabi Muhammad SAW kecuali Ibrahim. Putra-putri mereka adalah ath-Thahir, ath-Thayyib, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah.

Sementara itu, menurut Ibnu Hisyam, anak lelaki sulung Nabi Muhammad SAW adalah Qasim lalu Thayyib dan Thahir. Sedangkan anak perempuan sulungnya adalah Ruqayyah, disusul Zainab, Ummu Kultsum, dan Fathimah.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Qasim, Thayyib, dan Thahir meninggal pada masa jahiliyah. Sedangkan semua anak perempuan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA hidup sampai masa Islam. Mereka memeluk Islam dan ikut hijrah bersama Rasulullah SAW.

(kri/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW dengan Burung yang Berdzikir dan Unta yang Menangis



Jakarta

Allah SWT memberikan banyak mukjizat kepada Rasulullah SAW, salah satunya yakni dapat mengerti bahasa binatang. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan saat Rasulullah SAW bertemu seekor burung buta yang berdzikir serta seekor unta yang menangis kelaparan.

Ada beberapa kisah tentang Rasulullah SAW yang dapat memahami percakapan binatang. Semua kisah ini dapat memberi pelajaran sekaligus menegaskan bahwa Allah SWT memiliki kuasa atas alam semesta dan isinya.

Merangkum buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Khoirul Anam, diceritakan sebuah kisah yang berasal dari sahabat Anas ibn Malik r.a. yang menuturkan bahwa suatu hari ia pergi ke gurun bersama Rasulullah SAW dan bertemu seekor burung buta.


Anas ibn Malik dan Rasulullah SAW menyaksikan seekor burung yang sedang berkicau. Beliau bertanya kepada Anas Ra, “Apakah kau tahu, apa yang dikatakan burung ini?”

Anas lantas menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

“Burung itu mengatakan, Ya Allah, Engkau telah menghilangkan penglihatanku dan Engkau menciptakanku dalam keadaan buta. Maka, berilah rezeki kepadaku, karena aku lapar,” kata Rasulullah SAW.

Tiba- tiba, Rasulullah SAW dan Anas r.a. melihat burung lain datang membawa belalang di mulutnya dan memasukkannya ke mulut burung yang buta itu. Setelah makan, burung itu kembali berkicau.

“Apakah kau tahu apa yang dikatakan burung ini barusan?” tanya Rasulullah SAW lagi.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” kata Anas r.a

“Burung ini mengatakan, Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan siapa pun yang mengingat-Nya,” jelas beliau.

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa burung itu berkata, “Barangsiapa yang tawakal kepada Allah SWT, Dia akan mencukupinya.”

Kisah yang nyaris serupa dialami sahabat Abdullah ibn Ja’far. la menuturkan bahwa suatu hari ia menemani Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan.

Di tengah perjalanan, Rasulullah SAW ingin buang hajat. Biasanya, beliau suka dinding yang tinggi atau rerimbunan pohon kurma yang berdekatan sebagai tirainya. Maka, beliau pergi ke balik sebuah dinding (bangunan) milik orang Anshar.

Ternyata, di dalamnya ada seekor unta jantan. Ketika Rasulullah SAW melihatnya, unta itu merintih seraya meneteskan air mata.

Melihat keadaannya, Rasulullah SAW mendekatinya dan menghapus air matanya. Unta itu pun terdiam dan tak lagi merintih.

Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah pemilik unta ini?”

Kemudian datang seorang pemuda Anshar dan berkata, “Ia milikku, wahai Rasulullah SAW.”

“Apakah kamu tidak takut kepada Allah yang telah mengaruniakan unta ini kepadamu? Sungguh, unta ini mengadu kepadaku bahwa kau membuatnya lapar dan susah.”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ayah Nabi Muhammad SAW saat Hampir Disembelih



Jakarta

Suatu kisah menceritakan, ayahanda Rasulullah SAW, Abdullah, pernah hampir disembelih oleh ayahnya sendiri atau kakek Rasulullah SAW yang bernama Abdul Muthalib RA. Bagaimana kisah selengkapnya?

Dikutip dari buku Hidup Bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang ditulis oleh Daeng Naja, kisah ini berawal dari mimpi Abdul Muthalib RA tentang keberadaan sumur zamzam yang telah lama hilang.

Suatu ketika, diceritakan, sumur zamzam pernah hilang dan tidak bisa ditemukan. Kaum Jurhum-lah yang menguburnya karena tidak mau suku Khuza’ah memanfaatkannya. Hingga tibalah suatu hari. Abdul Muthalib RA bermimpi tentang tempat di mana sumur itu berada.


Setelah mengetahui letaknya, Abdul Muthalib RA pun bergegas ke lokasi untuk mencari dan menggalinya. Ternyata benar di situ keberadaan sumur zamzam yang selama ini hilang. Saat menggali, ia juga menemukan pedang, perisai, baju besi, dan dua pangkal pelana dari emas yang selanjutnya ia pajang di pintu Ka’bah.

Sebagai penemu, Abdul Muthalib RA akhirnya menjadi satu-satunya pengurus sumur zamzam. Ia bertugas untuk menyediakan air bagi para jemaah haji.

Orang-orang mulai tidak suka dan ingin juga mengurusi sumur tersebut. Namun, ketika mereka hendak membantu mengurusi sumur zamzam, Abdul Muthalib RA menolak dan tidak mengizinkannya. Akhirnya orang-orang Quraisy menyeretnya ke pinggiran Syam karena tidak terima dengan penolakan Abdul Muthalib RA.

Di tengah perjalanan mereka kehabisan air. Pada momen itulah hanya Abdul Muthalib RA seorang yang memperoleh air dari Allah SWT dan tidak dengan yang lain.

Sejak saat itu, orang-orang Quraisy percaya bahwa Abdul Muthalib RA memang pantas menjadi pengurus sumur zamzam.

Namun tidak lama, kekhawatiran baru mulai muncul. Ia menyadari bahwa dirinya hanya memiliki satu orang anak laki-laki yang bisa membantu dan meneruskan mengurusi sumur tersebut. Lalu bagaimana jika dirinya sudah tidak ada?

Abdul Muthalib RA pun bernazar kepada Allah SWT apabila ia dikaruniai sepuluh orang anak yang bisa ia kerahkan untuk mengurusi sumur zamzam, maka ia akan mengurbankan salah satu anaknya kepada Tuhan di Ka’bah ketika usianya sudah baligh.

Allah SWT mengabulkan doa Abdul Muthalib RA tersebut, ia benar-benar dikaruniai sepuluh orang anak laki-laki. Dirinya tidak percaya dengan kenyataan ini. Ketika bernazar ia kira hal ini sangat mustahil. Namun, itu benar-benar terjadi padanya.

Kekhawatiran lain mulai menghantuinya kembali ketika anak-anaknya sudah tumbuh dewasa. Ia ingat dengan nazarnya kepada Allah SWT kala itu. Bahwa dirinya harus menyembelih salah satu anaknya atas nama Tuhan.

Keputusannya sudah bulat dan tidak akan dia batalkan. Abdul Muthalib RA benar-benar akan menyembelih salah satu anaknya di Ka’bah bahkan ketika keluarganya menentang dan memintanya untuk membatalkan nazar itu.

Abdul Muthalib RA lalu mengumpulkan anak-anaknya dan mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan disembelih. Kemudian ia menuliskan nama seluruh anak-anaknya dan akan mengundinya.

Hasil undian itu membuat Abdul Muthalib RA tambah terkejut, sebab nama yang keluar adalah Abdullah. Anak yang paling tampan, paling baik jiwanya, dan paling ia sayang. Namun, keputusannya sudah bulat, akhirnya Abdullah dibawa menuju Ka’bah untuk disembelih.

Abdullah ia dihadapkan ke Ka’bah dan sebuah pedang sudah berada tepat di lehernya. Ayahnya sudah siap untuk menyembelihnya. Namun, paman-pamannya (dari pihak ibu) mencegahnya.

“Lantas apa yang harus aku perbuat dengan nazarku?” tanya Abdul Muthalib RA kepada saudara iparnya.

Akhirnya mereka menyuruh Abdul Muthalib RA untuk mendatangi seorang ahli untuk meminta pendapatnya. Setibanya di sana, sosok ahli tersebut memerintahkan agar membuat tebusan untuk nyawa anaknya yang akan dia kurbankan.

Abdul Muthalib RA diperintah untuk membuat anak panah undian yang diberi nama Abdullah dan 10 ekor unta. Jika yang keluar adalah nama Abdullah, maka Abdul Muthalib RA harus menambah tebusan sebanyak 10 ekor unta. Begitu seterusnya sampai yang keluar adalah tulisan unta.

Ayah Abdullah benar melakukan apa yang disarankan oleh sosok wanita itu di rumah. Ia memutar anak panah bertuliskan Abdullah dan unta dengan penuh kecemasan. Panah undian itu terus menunjukkan nama Abdullah bahkan setelah ia putar berulang kali.

Akhirnya, setelah putaran yang ke-sepuluh baru lah anak panah itu menunjuk tulisan unta. Artinya, Abdul Muthalib RA harus menebus nyawa anaknya yang ia jadikan nazar itu dengan nyawa seratus ekor unta.

Fathimah binti ‘Amr bin A’idz bin ‘Imran bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah, ibunda Abdullah, sangat bersyukur karena putranya tidak jadi dikurbankan. Begitu pula dengan Abdul Muthalib dan keluarganya yang lain, yang sama-sama gembira karena Abdullah tidak jadi disembelih.

Sejak saat itu pula, diyat (denda) di kalangan orang Quraisy dan bangsa Arab lainnya berubah menjadi 100 ekor unta yang sebelumnya hanya 10 ekor unta saja.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Unta Nabi Saleh dan Ingkarnya Kaum Tsamud


Jakarta

Ada banyak kisah dari para nabi terdahulu yang mengandung pelajaran dan hikmah bagi umat Islam. Salah satunya kisah unta Nabi Saleh AS.

Nabi Saleh AS adalah satu dari 25 nabi utusan Allah SWT yang wajib diketahui umat Islam. Allah SWT mengutus Nabi Saleh AS pada kaum yang ingkar.

Kisah Unta Nabi Saleh

Dirangkum dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, Allah SWT telah mengutus Nabi Saleh AS untuk menyampaikan ajaran Islam kepada kaum Tsamud di Al Hijr. Kaum Tsamud merupakan kaum yang sombong dan merendahkan kaum lainnya karena mereka memiliki banyak keahlian.


Kaum Tsamud juga merupakan kaum yang sangat menyimpang dari ajaran tauhid. Oleh karena itu, diutuslah Nabi Saleh AS untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar.

Setelah mengajak kaum Tsamud kembali ke jalan yang benar, hanya sedikit yang menerima ajaran Nabi Saleh AS. Sebagian besar dari mereka menolak dan menganggap bahwa ucapan Nabi Saleh AS sebagai omong kosong.

Atas penolakan dari kaum Tsamud tersebut, Nabi Saleh AS kemudian memohon mukjizat kepada Allah SWT agar kaum Tsamud percaya kepadanya. Allah SWT pun mengabulkannya.

Allah SWT memerintahkan Nabi Saleh AS untuk memukulkan tangannya ke sebuah batu di depannya. Kemudian seekor unta betina yang besar dan gemuk pun muncul.

Kaum Tsamud terpukau karena melihat peristiwa tersebut. Meski sebagian mengakui kenabiannya, masih banyak kaum Tsamud yang menganggap bahwa Nabi Saleh AS melakukan sihir untuk mengelabui mereka.

Nabi Saleh AS berpesan agar tidak mengganggu unta betina tersebut. Namun, beliau mengizinkan kaumnya bergantian memerah dan meminum susu unta betina tersebut.

Meski demikian, kaum Tsamud yang menentang Nabi Saleh AS merasa khawatir. Sebab, unta tersebut meminum banyak air di sumber air kaum Tsamud, hingga ternak mereka kekurangan air. Maka dari itulah, kaum Tsamud berencana membunuh unta betina itu.

Rencana tersebut dilancarkan di kemudian hari. Dua pemuda kaum Tsamud berhasil membunuh unta betina Nabi Saleh AS dengan memanah betis dan menikam perut unta dengan pedang.

Mendengar kabar untanya dibunuh, Nabi Saleh AS bersedih. Kemudian beliau mengatakan bahwa akan ada azab bagi kaum Tsamud yang tidak kembali ke jalan yang benar.

Terdapat beberapa tanda bahwa kaum Tsamud mendapatkan azab. Pada hari pertama, wajah kaum Tsamud berubah menjadi kuning. Pada hari kedua, wajah mereka berubah menjadi merah. Pada hari ketiga, wajah mereka berubah menjadi hitam. Pada hari keempat, azab Allah SWT pun turun.

Sebelum Allah SWT menurunkan azab kepada kaum Tsamud, Nabi Saleh AS beserta pengikutnya telah pergi meninggalkan daerah tersebut. Kaum Tsamud berencana membunuh Nabi Saleh AS karena mendengar ancaman azab dari Nabi Saleh AS.

Ketika mereka akan membunuh Nabi Saleh AS, petir dan gempa bumi yang sangat dahsyat pun tiba-tiba datang. Batu-batuan besar yang tidak diketahui dari mana juga datang menimpa kepala mereka.

Hikmah dari Kisah Unta dan Nabi Saleh

Dirangkum dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, salah satu hikmah yang dapat diambil dari kisah unta Nabi Saleh AS yaitu jika suatu kaum atau masyarakat melakukan dosa dan perbuatan mungkar, maka akan berakibat negatif dan menghancurkan masyarakat tersebut. Selain itu, setiap muslim juga harus berupaya untuk mencegah kemungkaran dengan sekuat mungkin.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Isa Salat Berjamaah Bersama Imam Mahdi


Jakarta

Menjelang datangnya hari kiamat, Nabi Isa AS akan turun dari langit untuk menyelesaikan misinya di bumi. Disebutkan pula dalam beberapa hadits, Nabi Isa AS akan salat berjamaah bersama Imam Mahdi. Ia sebagai makmum.

Menurut penjelasan dalam buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad SAW karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Isa AS akan mengenakan pakaian dua lapis berwarna merah ketika turun ke bumi.

Sebagaimana yang diterangkan pada sebuah hadits berikut. Rasulullah SAW bersabda,


“Tidak ada seorang Nabi pun antara aku dan Isa AS. Sesungguhnya, ia benar-benar akan turun dari langit. Ketika kamu melihatnya, ketahuilah bahwa ia adalah seorang pria dengan tubuh berperawakan sedang dan kulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun mengenakan dua lapis pakaian yang dicelup berwarna merah, dan kepalanya terlihat seperti meneteskan air meskipun sebenarnya tidak basah.” (HR Abu Dawud)

Nabi Isa AS Jadi Makmum Imam Mahdi

Masih merujuk buku yang sama, turunnya Nabi Isa AS ke bumi untuk menyerukan manusia agar mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa hal pertama yang dilakukan Nabi Isa AS setelah turun dari langit ialah menunaikan salat.

Nabi Isa AS akan melaksanakan salat yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits-hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok dari umatku akan terus berperang demi kebenaran secara terang-terangan hingga hari kiamat. Saat Isa Ibn Maryam turun, pemimpin mereka (Al Mahdi) akan berkata, ‘Datanglah dan pimpinlah salat kami.’ Namun, Isa akan menjawab, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan yang diberikan Allah kepada umat ini (umat Islam)’.” (HR Muslim dan Ahmad)

Lalu, diterangkan dalam hadits serupa yang berbunyi,

“Tiba-tiba Isa AS sudah berada di antara mereka dan panggilan salat dikumandangkan. Kemudian, seseorang berkata kepadanya, ‘Majulah dan pimpinlah salat, wahai ruh Allah.’ Isa menjawab, ‘Biarlah pemimpin kalian yang maju dan mengimami salat’.” (HR Muslim & Ahmad)

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa AS menolak menjadi imam salat dan mempersilahkan Imam Mahdi memimpin salat karena kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Misi Nabi Isa AS di Bumi

Ustaz Khalillurrahman El-Mahfani dalam buku Kemunculan Dajjal & Imam Mahdi Semakin Dekat menjelaskan bahwa misi Nabi Isa AS turun ke bumi ialah untuk membunuh Dajjal dan menumpas Ya’juj dan Ma’juj.

Setelah misi tersebut tuntas, Nabi Isa AS akan tetap tinggal di bumi selama empat puluh tahun. Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah berikut,

Rasulullah SAW bersabda, “Para nabi bersaudara karena beberapa alasan. Agama mereka sama, tetapi ibu mereka berbeda-beda. Aku adalah orang yang lebih berhak bersaudara dengan Isa bin Maryam karena tidak ada nabi di antara aku dan ia, dan ia akan turun. Jika kalian melihatnya, kenalilah bahwa ia memiliki tubuh sedang, kulitnya kemerah-merahan, berambut lurus, seolah-olah kepalanya meneteskan air meskipun tidak basah, dan mengenakan pakaian berwarna kekuning-kuningan. Ia akan menghancurkan salib, memusnahkan babi, menghapuskan pajak, dan mengajak orang-orang masuk dalam agama Islam.

Pada zaman Isa, Allah akan menghapuskan semua agama selain Islam. Ia juga akan membunuh Al-Masih Dajjal. Dunia akan menjadi aman dan tenteram sehingga unta bisa hidup berdampingan dengan singa, harimau dengan sapi, serigala dengan domba, dan anak-anak bisa bermain dengan ular tanpa bahaya. Isa akan tinggal di bumi selama empat puluh tahun sebelum meninggal, dan umat muslim akan menyalati jenazahnya.” (HR Ahmad dalam musnadnya)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ayah Nabi Muhammad Bernama Abdullah, Ini Kisah Hidup dan Wafatnya


Jakarta

Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam.

Sayangnya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Sebab, Abdullah wafat saat Nabi SAW masih dalam kandungan. Nabi Muhammad SAW tumbuh besar tanpa didampingi oleh ayah kandungnya.

Kisah Ayah Nabi Muhammad yang Hampir Dikorbankan

Dalam buku Kisah Keluarga Rasulullah SAW untuk Anak karya Nurul Idun dkk, diceritakan bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang jujur dan saleh sejak kecil.


Sebagai putra dari Abdul Muthalib, seorang pemimpin Quraisy yang sangat dihormati, Abdullah juga dikenal mahir memainkan pedang, berburu, dan berniaga. Kehidupan Abdullah mulai menarik perhatian publik ketika ayahnya, Abdul Muthalib, membuat nazar kepada Allah SWT.

Abdul Muthalib berjanji jika Allah SWT memberinya banyak anak yang kelak akan menjadi penjaganya, ia akan mengorbankan salah satu di antaranya. Nazar ini akhirnya jatuh kepada Abdullah, yang kemudian menjadi pusat perhatian masyarakat Makkah.

Banyak penduduk menentang eksekusi nazar tersebut, karena Abdullah dikenal memiliki nasab yang mulia, dan kekhawatiran muncul jika hal ini akan menjadi contoh buruk bagi generasi berikutnya.

Merangkum dari buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, para pembesar Quraisy kemudian berusaha mencari solusi agar Abdullah tidak dikorbankan.

Mereka mendatangi seorang peramal untuk mencari jalan keluar. Sang peramal menyarankan agar diundi antara Abdullah dan unta. Setiap kali nama Abdullah terpilih, maka sepuluh unta harus disembelih sebagai gantinya.

Setelah sepuluh kali nama Abdullah terpilih dalam undian, akhirnya pada undian ke sebelas nama unta yang keluar, dan dengan demikian Abdullah terbebas dari nazar. Abdul Muthalib kemudian menyembelih 100 ekor unta sebagai ganti pengorbanan anaknya, dan dagingnya dibagikan kepada penduduk Makkah sebagai bentuk rasa syukur.

Abdullah pun tumbuh dewasa dan kelak menjadi ayah dari Nabi Muhammad SAW, sosok yang sangat dihormati dan dicintai oleh umat Islam di seluruh dunia.

Meninggalnya Abdullah Ayah Nabi Muhammad

Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dalam perjalanan kafilah antara Makkah dan Madinah setelah jatuh sakit selama perjalanan tersebut.

Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih susunan M. Quraish Shihab, disebutkan bahwa Abdullah wafat pada usia yang sangat muda, yaitu delapan belas tahun menurut riwayat yang paling populer. Namun, ada juga riwayat yang menyatakan usianya ketika wafat adalah dua puluh lima atau tiga puluh tahun.

Meskipun meninggal di usia muda, Abdullah tetap merupakan sosok penting dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa Abdullah wafat ketika usia kandungan Nabi Muhammad masih tiga bulan, sementara sumber lain menyebutkan enam bulan, sebagaimana dikemukakan dalam buku Jejak Intelektual Pendidikan Islam karya Zaitur Rahem dan Mengenal Mukjizat 25 Nabi karya Eka Satria P dan Arif Hidayah.

Beberapa bulan setelah kematian Abdullah, pada 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah, Rasulullah SAW lahir, tepatnya pada hari Senin. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Saleh AS dan Mukjizat Unta Hamil yang Keluar dari Batu Besar



Jakarta

Nabi Saleh AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia berdakwah kepada kaum Tsamud untuk menyembah Allah SWT.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Tsamud adalah kabilah yang masyhur. Kaum ini merupakan bangsa Arab aribah yang tinggal di Hijir yaitu kawasan yang letaknya di antara Hijaz dan Tabuk. Tsamud merupakan kaum setelah Ad, mereka menyembah berhala seperti kaum Ad.

Allah SWT berfirman dalam surah Al A’raf ayat 73-74,


وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥ ۖ قَدْ جَآءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِۦ نَاقَةُ ٱللَّهِ لَكُمْ ءَايَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِىٓ أَرْضِ ٱللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ جَعَلَكُمْ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعْدِ عَادٍ وَبَوَّأَكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ تَتَّخِذُونَ مِن سُهُولِهَا قُصُورًا وَتَنْحِتُونَ ٱلْجِبَالَ بُيُوتًا ۖ فَٱذْكُرُوٓا۟ ءَالَآءَ ٱللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan.”

Nabi Saleh AS berdakwah kepada kaumnya dengan lembut. Ia juga mengatakan untuk menyembah Allah SWT dan menegaskan tidak ada Tuhan selain-Nya.

Meski begitu kaum Tsamud tidak menghiraukan Nabi Saleh AS. Beliau tetap menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut dan cara yang baik agar kaumnya menuju kebaikan.

Sayangnya, kaum Tsamud mengatakan Nabi Saleh AS terkena sihir dan tidak mengerti apa yang beliau ucapkan setiap menyeru untuk beribadah kepada Allah SWT. Pendapat lain mengatakan maksud dari orang yang terkena sihir ini adalah orang yang mampu menerawang.

Kaum Tsamud meminta Nabi Saleh AS untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti kebenaran ajaran yang ia sampaikan. Mereka menantang Nabi Saleh AS untuk mengeluarkan seekor unta hamil dari sebuah batu, selain itu kaum Tsamud juga menyebut ciri unta yang mereka maksud.

Mendengar itu, Nabi Saleh AS berdoa kepada Allah SWT agar permintaan mereka dikabulkan. Kaum Tsamud juga mengatakan akan beriman kepada Allah SWT jika benar mukjizat tentang unta itu terjadi.

Atas kuasa Allah SWT, bongkahan batu besar yang ada di sana tiba-tiba mengeluarkan unta besar dan hamil dengan ciri yang memang diinginkan kaum Tsamud. Mukjizat itu disaksikan oleh mereka dan akhirnya sebagian dari mereka beriman kepada Allah SWT namun kebanyakan dari kaum Tsamud tetap enggan menyembah sang Khalik.

Nabi Saleh AS memperingatkan untuk terakhir kalinya kepada Kaum Tsamud yang masih ingkar agar beriman kepada Allah SWT. Mereka yang telah menentang dan tidak bertobat akan mendapat azab.

Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 65,

فَعَقَرُوْهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ

Artinya: “Mereka lalu menyembelih unta itu. Maka, dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”

Mereka yang beriman diberi perlindungan oleh Allah SWT dari azab-Nya. Sebaliknya, yang ingkar diganjar azab berupa guntur yang sangat keras sampai-sampai mati bergelimpangan di rumahnya.

Naudzubillah min dzalik.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kakek Rasulullah Bernazar Sembelih Satu Anaknya di Samping Ka’bah



Jakarta

Kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib, pernah bernazar akan menyembelih salah satu anaknya. Saat diundi, nama yang keluar adalah Abdullah, ayah Rasulullah SAW.

Kisah ini diceritakan dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Ishaq yang disyarah dan tahqiq Ibnu Hisyam. Ibnu Ishaq menceritakan dari sebagian besar orang, nazar Abdul Muthalib itu keluar tatkala ia mendapatkan apa yang dia peroleh dari orang-orang Quraisy saat menggali sumur zamzam bahwa apabila memiliki sepuluh anak dan ia mampu melindunginya, ia akan menyembelih salah satu anaknya untuk Allah SWT. Kurban ini akan dilaksanakan di samping Ka’bah.

Ketika anak Abdul Muthalib genap sepuluh orang, ia mengumpulkan anak-anaknya untuk menjelaskan nazarnya dan mengajak menepati nazarnya itu. Anak-anak Abdul Muthalib pun menaatinya dan bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”


Abdul Muthalib menjelaskan, “Setiap dari kalian mengambil dadu lalu menulis namanya di atasnya, lalu tunjukkan hasilnya padaku.”

Anak-anak Abdul Muthalib lantas mengerjakan apa yang ayahnya perintahkan. Abdul Muthalib lalu mengajak anak-anaknya menuju patung Hubal di Ka’bah. Tepat di sisi patung itu ada tujuh dadu. Setiap dadu tertulis Al-‘Aqlu (diyat, denda atas darah). Dadu ini biasa digunakan orang-orang Quraisy saat berselisih tentang siapa yang berhak membayar tebusan.

Abdul Muthalib kemudian menemui penjaga dadu dan memintanya mengundi anak-anaknya. Ia juga menjelaskan tentang nazarnya. Menurut sebagian pakar, di antara sepuluh anak Abdul Muthalib, Abdullah adalah anak yang paling dicintai.

Penjaga dadu lalu mengundinya dan nama yang keluar adalah Abdullah. Abdul Muthalib kemudian memanggil Abdullah, mengambil pisau panjang, dan membawa Abdullah ke patung Isaf dan Nailah untuk disembelih.

Orang-orang Quraisy kemudian datang menemui Abdul Muthalib, menanyakan apa yang akan ia lakukan. Mendengar akan menyembelih Abdullah, orang-orang Quraisy mencegahnya.

“Demi Allah, engkau tidak boleh membunuhnya sampai kapan pun hingga engkau memberi argumen kuat atas tindakanmu itu. Jika engkau tetap ngotot menyembelihnya, pastilah setiap orang akan menyembelih anaknya. Lalu bagaimana jadinya manusia nanti?” kata orang-orang Quraisy.

Salah seorang di antara mereka bahkan akan menebusnya agar Abdul Muthalib tak menyembelih anaknya. Anak-anak Abdul Muthalib lainnya turut mencegah kurban itu. Mereka minta Abdul Muthalib menemui juru ramal di Madinah untuk memutuskan perkara ini.

Abdul Muthalib pun bertolak ke Madinah, tapi peramal itu tengah di Khaybar. Ia kemudian memacu kendaraannya ke Khaybar dan bertemu peramal itu lalu menceritakan maksud tujuannya.

Peramal wanita itu akhirnya menyarankan agar mengundi antara Abdullah dan sepuluh unta yang dijadikan diyat. Jika yang keluar atas nama Abdullah, unta harus ditambah dan diundi lagi sampai keluar nama unta. Setelah itu barulah unta yang disembelih.

Setibanya di Makkah, Abdul Muthalib menjalankan perintah peramal itu. Seraya mereka mengocok dadu, Abdul Muthalib berdoa kepada Allah SWT di sisi patung Hubal.

Undian pertama nama Abdullah yang keluar. Mereka lalu menambah sepuluh ekor unta. Undian kedua, nama Abdullah lagi yang keluar dan mereka menambah sepuluh ekor unta lalu. Undian ketiga dan seterusnya lagi-lagi nama Abdullah yang keluar. Hingga akhirnya diyat unta itu genap 100 ekor, undian yang muncul baru atas nama unta.

Orang-orang Quraisy dan yang hadir saat itu lantas berkata, “Kini tercapailah sudah keridhaan Tuhanmu, wahai Abdul Muthalib.”

Abdul Muthalib menjawab, “Tidak! Demi Allah, hingga aku mengocok kotak dadu ini hingga tiga kali.”

Abdul Muthalib kemudian mengocok dadu atas nama Abdullah dan unta. Kocokan pertama nama unta yang keluar, pun dengan kocokan kedua dan ketiga. Akhirnya, semua unta itu disembelih dan siapa pun bebas mengambil dan menikmatinya.

Menurut Ibnu Hisyam, hanya manusia yang dibiarkan mengambil daging unta itu dan bukan hewan buas.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com