Tag Archives: wahsyi

Kisah Taubatnya Wahsyi, Pembunuh Paman Rasulullah SAW



Jakarta

Kematian paman Rasulullah SAW yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib membuat sang nabi sangat terpukul. Bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan Nabi Muhammad menangis ketika melihat jasad Hamzah.

Dikisahkan dalam Sirah Nabawiyah for Kids karya Abdul Mun’im al-Hasyimi, Hamzah wafat saat Perang Uhud. Kala itu, seorang penduduk Habsyah bernama Wahsyi bin Harb membunuh Hamzah dengan melemparkan belati hingga mengenai dada beliau.

Lemparan Wahsyi jarang meleset. Ketika Hamzah menghabisi musuh-musuhnya, Wahsi bersembunyi di balik pohon dan saat paman Rasulullah itu muncul, dilemparlah belati ke arahnya.


Belati itu lantas mengenai bagian bawah perut Hamzah hingga menembus ke bawah. Seketika Hamzah tersungkur tak berdaya.

Setelahnya, Wahsyi kembali untuk mengambil senjatanya dan bergabung dengan pasukan perang lainnya. Sementara jasad Hamzah dikoyak dadanya dan dicabik-cabik oleh Hindun binti Utbah. Bahkan bagian hati Hamzah dikunyah mentah olehnya.

Mengutip dari buku Mengungkap Rahasia Online dengan Allah susunan Irja Nasrullah, Wahsyi dikenal sebagai budak yang bergumul dengan perbuatan syirik hingga berzina. Kala itu, Hindun binti Utbah menjanjikan harta dan kemerdekaan dalam sayembara yang ia adakan bagi siapapun yang berhasil membunuh Hamzah.

Hindun menyimpan dendam yang membara pada Hamzah karena telah membunuh ayah dan sanak saudaranya pada Perang Badar. Wahsyi mengikuti sayembara tersebut dan ia terbukti mampu membunuh paman dari sang rasul. Setelah Wahsyi menerima hadiah dari Hindun, ia merasa sangat senang.

Namun kesenangan itu tak berlangsung lama. Berkat hidayah Allah SWT, Wahsyi lantas datang kepada Rasulullah SAW untuk bertobat atas apa yang pernah ia perbuat.

Sebagai seorang utusan Allah, Nabi Muhammad menerima Wahsyi dengan tangan terbuka. Dalam buku Markas Cahaya oleh Salman Al-Jugjawy, dari Ibnu Abbas RA beliau menceritakan Wahsyi berkata,

“Wahai Muhammad, bagaimana engkau akan mengajakku masuk Islam sedangkan engkau sendiri pernah berkata bahwa seorang pembunuh, musyrik dan pezina telah terjatuh ke dalam dosa dan akan menerima azab yang berlipat ganda serta kekal di neraka dalam keadaan hina. Sedangkan semua itu telah aku lakukan. Apakah menurutmu ada sedikit keringanan bagiku atas dosa-dosaku itu?”

Sebagai jawaban atas pertanyaan Wahsyi, turunlah surat Al Furqan ayat 70 yang berbunyi,

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Mendengar firman Allah itu, Wahsyi kembali bertanya kepada Rasulullah SAW,

“Wahai Muhammad, persyaratan ini (taubat, beriman, dan beramal saleh) amat berat, tidak mungkin aku dapat memenuhinya,”

Keberatan Wahsyi ini kemudian menjadi sebab turunnya ayat lain, yaitu surat Az Zumar ayat 53,

قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”

Setelah ayat itu turun, Wahsyi kemudian menjawab ia sanggup dan kemudian masuk Islam. Ia sungguh menyesali dosa-dosa yang ia perbuat sebelum memeluk Islam.

Pada masa-masa berikutnya, Wahsyi justru menjadi salah seorang tokoh yang berperan penting dalam kehidupan Islam. Ia berhasil membunuh Musailamah Al Kadzab, seorang nabi palsu yang kerap memusuhi Nabi Muhammad SAW.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Wahsyi, Pembunuh Paman Rasulullah yang Tobat dan Masuk Islam



Jakarta

Pada perang Uhud Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berjuang untuk memerangi kaum kafir Quraisy. Tetapi suatu ketika seorang budak bernama Wahsyi mengincar Hamzah (Paman Rasulullah SAW). Setelah menunggu dalam waktu yang tepat, dia berhasil membuat Hamzah syahid di tempat. Inilah kisah Wahsyi si pembunuh Hamzah yang masuk Islam.

Dari buku 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi karya Tethy Ezokanzo seorang budak bernama Wahsyi bin Harb RA milik Jubair bin Muth’im. Suatu ketika Jubair ini menjanjikan kemerdekaan kepada Wahsyi asalkan bisa membunuh Hamzah.

Kebencian orang-orang kafir Quraisy terjadi setelah berlangsungnya perang Badar. Hal ini karena banyaknya anggota keluarga mereka yang menjadi korban kekalahan. Termasuk korbannya adalah Thu’aimah bin Adi bin Al Khiyar sebagai paman Jubair bin Muth’im.


Kemudian Jubair memerintahkan Wahsyi untuk membunuh salah seorang diantara Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib RA, dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Wahsyi pun menyanggupi untuk membunuh Hamzah, dia berkata:

“Aku tidak mampu mendekati Muhammad karena para sahabatnya selalu berada di sampingnya. Sedangkan Ali, ia selalu waspada dalam medan perang. Aku akan membunuh Hamzah karena ada kemungkinan aku akan menjatuhkannya saat dia lengah.”

Jubair dengan senang akan ucapan Wahsyi dan segera membawanya ke medan perang uhud.

Ketika perang Uhud tiba, sembari bersembunyi di balik pepohonan dan bebatuan, dia terus mengintai Hamzah. Saat perang, Hamzah begitu sibuk seperti singa yang marah. Wahsyi terus menunggu momen yang tepat.

Waktu yang tepat pun datang, Wahsyi langsung melempar pisaunya hingga mengenai pinggang Hamzah sampai menembus bawah selangkangnya. Hamzah mencoba menyerang balik Wahsyi. Namun karena lukanya dia mengurungkan niatnya kembali, sampai ajal tiba menjemput Hamzah.

Kemudian Wahsyi mengambil pisau itu dan kembali kepada kaum Quraisy. Namun bukannya senang Wahsyi malah merasa tidak tenang, dia terus gelisah karena perbuatannya itu.

Wahsyi Memeluk Islam

Dari buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi karya Siti Nurlaela dijelaskan bahwa pasukan Islam berhasil menaklukan Makkah, Wahsyi pun mengungsi ke Thaif. Namun Thaif juga telah dikuasai umat Islam.

Sampai Wahsyi berpikir, “Aku mendengar kabar bahwa sebesar apapun dosa seseorang, jika ia bertobat maka dosanya akan diampuni.”

Lantas Wahsyi menemui Rasulullah SAW dan mengucapkan syahadat. Rasulullah SAW menatap Wahsyi dan bertanya, “Apakah engkau Wahsyi yang telah membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib?”

Wahsyi mengangguk. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Bagaiman engkau dapat membunuhnya?”

Wahsyi pun menjawab, “Selama Hamzah berperang aku terus mengintainya. Ketika ia lengah, kulemparkan tombakku ke tubuhnya.” Wahsyi berkata dengan penyesalannya.

Rasulullah SAW seketika berpaling, beliau enggan melihat wajah Wahsyi lagi. Dan sejak saat itu Wahsyi tidak berani mendekati Nabi Muhammad SAW. Ia takut membuat Rasulullah SAW sedih. Hingga dalam hatinya Wahsyi bertekad menebus kesalahannya.

Wahsyi Membunuh Musailamah Al-Khazab

Saat terlibat dalam pertempuran melawan Musailamah al-Kadzab, penguasa Yamamah, Wahsyi turut serta dengan membawa pisau yang pernah ia gunakan untuk menghabisi Hamzah. Ketika kedua belah pihak telah saling berhadapan, Wahsyi melihat Musailamah al-Kadzab berdiri dengan pedangnya tersiap. Meskipun Wahsyi tidak mengenalnya, Wahsyi bersiap-siap untuk mengincarnya dengan pisaunya. Namun, dalam waktu yang sama, seorang Anshar juga bersiap-siap dari arah lain, tampaknya kami berdua memiliki niat yang sama untuk menyerangnya. Wahsyi mencari posisi yang tepat, kemudian melemparkan pisau hingga mengenainya. Orang Anshar tersebut juga maju menyerang dan berhasil menyabetnya dengan pedangnya.

“Tuhanmu lebih tahu siapa yang telah membunuhnya. Jika akulah yang menewaskannya, berarti aku telah membunuh sebaik-baik manusia dan seburuk-buruk manusia setelah Rasulullah.”

Abdullah bin Fadhl bercerita kepada Ibnu Ishaq dari Sulaiman bin Yasar, dari Abdullah bin Umar bin Khaththab, yang ikut dalam Perang Yamamah, “Saat itu aku mendengar seseorang berteriak: ‘Musailamah al-Kadzab telah dibunuh oleh budak hitam’!”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Perang Uhud dan Tewasnya Pasukan Muslim



Jakarta

Perang Uhud adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam Islam. Pertempuran ini juga menjadi pembelajaran bagi kaum muslimin karena lalai.

Perang ini berlangsung pada 15 Syawal 3 Hijriah atau 625 Masehi. Peristiwa tersebut berlangsung satu tahun setelah Perang Badar.

Menukil dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik oleh Mahdi Rizqullah Ahmad dkk, kala itu pihak Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan membawa 3.000 tentara serta beberapa wanita pelayan.


Sementara itu, pasukan muslim terdiri dari 1.000 gabungan penduduk Makkah dan Madinah. Namun, dalam perjalanan menuju Gunung Uhud salah seorang pemimpin bani terbesar Quraisy yang bernama Abdullah bin Ubay membelot hingga membawa 300 pasukan muslim. Artinya, sisa prajurit Islam hanya 700 orang.

Dikisahkan dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid bin Walid susunan Hanatul Ula Maulidya, pasukan muslim harus terus maju dan mengalahkan kafir Quraisy. Perang Uhud sendiri dijadikan senjata balas dendam besar-besaran akibat kekalahan kafir Quraisy pada Perang Badar.

Akhirnya, Rasulullah SAW menempatkan sebanyak 50 pasukan pemanah di atas Gunung Uhud untuk melakukan serangan apabila pasukan berkuda kafir Quraisy menyerbu. Ia berpesan agar prajurit yang berada di atas gunung tidak meninggalkan tempat apa pun yang terjadi.

Pasukan kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan bin Harb mulanya terkalahkan. Pasukan muslim mengungguli awal pertempuran.

Namun, ketika pasukan pemanah di atas bukit melihat harta rampasan perang maka kondisi langsung berbalik. Kala itu, beberapa prajurit berkata sambil teriak,

“Harta rampasan. Kita sudah menang! Apalagi yang kita tunggu?”

Hal tersebut menyebabkan pasukan pemanah lainnya ikut turun mengambil harta rampasan perang. Akhirnya, komandan pasukan pemanah Abdullah bin Jubair mengingatkan prajuritnya akan pesan Nabi SAW kepada mereka.

Alih-alih mendengarkan sang komandan, prajurit pemanah itu justru tetap mengambil harta rampasan. Akhirnya, kesempatan tersebut dijadikan senjata bagi pasukan kafir Quraisy untuk menyerang pasukan muslim.

Pada Perang Uhud, Hamzah yang merupakan paman Rasulullah SAW terbunuh. Ini disebabkan salah seorang budak bernama Wahsyi yang mengintainya dan menombak beliau hingga mengenai perutnya.

Mengutip dari Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam yang diterjemahkan Fadhli Bahri, Ibnu Ishaq mengatakan bahwa para sahabat Nabi SAW yang terbunuh di Perang Uhud sekitar 60 orang.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com