Tag Archives: waktu mustajab

Ini Waktu Paling Mustajab Zikir Pagi Setiap Hari dan Bacaannya


Jakarta

Zikir pagi merupakan salah satu amalan yang disunnahkan bagi umat Islam. Zikir tidak hanya sebagai bentuk ibadah lisan, tetapi juga sebagai pelindung dan sumber ketenangan hati dalam memulai aktivitas sehari-hari.

Perintah zikir di waktu pagi termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 41-42, Allah SWT berfirman,

وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًايَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا


Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

Dalam hadits dari Syaddad bin Aus RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda yang artinya, “Barang siapa mengucapkan zikir di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu dia mati pada hari tersebut sebelum sore hari, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barang siapa yang megucapkan di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu dia mati sebelum subuh, maka dia termasuk penghuni surga.” (HR Bukhari)

Kapan Waktu Paling Mustajab untuk Zikir Pagi?

Mengutip buku Doa dan Zikir Mustajab (Dibaca Sehari-hari Sepanjang Masa) karya Wira Kautsari Wijayanti, Lc., MA., terdapat hadits yang menjelaskan waktu zikir di pagi hari sebagaimana merujuk hadits Rasulullah SAW.

Beliau bersabda,

لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَعِيلَ وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ اللَّهَ مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مَنْ أَنْ أَعْتِقَ أَرْبَعَةً

Artinya: “Sungguh, aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta’ala dari shalat Subuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada aku membebaskan empat anak Ismail. Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah dari shalat Ashar hingga matahari tenggelam adalah lebih aku sukai daripada aku membebaskan empat orang budak.” (HR. Abu Daud)

H. Brilly El-Rasheed dalam bukunya yang berjudul Dzikir Dahsyat Doa Hebat dijelaskan, batasan akhir waktu zikir shabah (pagi) tidak ditegaskan dalam dalil secara eksplisit, sehingga dikembalikan ke dalam bahasa Arab yaitu apa yang dimaksud akhir waktu pagi, sebagaimana batasan waktu zikir masa’ (sore).

Sebagian ulama fikih berpendapat bahwa waktu dzikir pagi dimulai sejak terbit fajar (masuk waktu Subuh) dan berakhir saat matahari terbit. Ini adalah pendapat yang banyak dipegang dan digunakan oleh mayoritas kaum muslimin karena merujuk pada pemahaman umum tentang istilah “pagi”.

Ada juga ulama yang memperluas waktu dzikir pagi hingga berakhirnya waktu Dhuha, yakni menjelang masuk waktu Zuhur. Mereka berpendapat bahwa selama waktu Dhuha belum habis, maka masih diperbolehkan membaca dzikir pagi, meski keutamaannya tidak sebesar jika dibaca di awal pagi.

Bacaan Zikir Pagi

Dirangkum dari buku Koleksi Lengkap Dzikir Pagi Petang karya Ustaz Abdul Wahhab, berikut bacaan zikir pagi yang bisa diamalkan umat Islam:

1. Ayat Kursi

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ ٢٥٥

Allāhu lā ilāha illā huw, al-ḥayyul-qayyụm, lā ta`khużuhụ sinatuw wa lā na`ụm, lahụ mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, man żallażī yasyfa’u ‘indahū illā bi`iżnih, ya’lamu mā baina aidīhim wa mā khalfahum, wa lā yuḥīṭụna bisyai`im min ‘ilmihī illā bimā syā`, wasi’a kursiyyuhus-samāwāti wal-arḍ, wa lā ya`ụduhụ ḥifẓuhumā, wa huwal-‘aliyyul-‘aẓīm

Artinya: “Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Mahatinggi lagi Mahaagung.”

2. Surah Al Ikhlas, Surah Al Falaq, dan Surah An Nas (3x)

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ ٤

Qul huwallāhu aḥad allāhuṣ-ṣamad lam yalid wa lam yụlad wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.” (QS Al Ikhlas: 1-4)

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥

Qul a’ụżu birabbil-falaq min syarri mā khalaq wa min syarri gāsiqin iżā waqab wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya),dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS Al Falaq: 1-5)

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١ مَلِكِ النَّاسِۙ ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ ٦

Qul a’ụżu birabbin-nās malikin-nās ilāhin-nās min syarril-waswāsil-khannās allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās minal-jinnati wan-nās

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS An Nas: 1-6)

3. Dzikir Pagi Pertama

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ

Ash-bahnaa wa ash-bahal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii hadzal yaum wa khoiro maa ba’dahu, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzal yaum wa syarri maa ba’dahu. Robbi a’udzu bika minal kasali wa su-il kibar. Robbi a’udzu bika min ‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.

Artinya: “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di alam kubur.”

4. Dzikir Pagi Kedua

اَللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ

Allahumma bika ash-bahnaa wa bika amsaynaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikan nusyuur

Artinya: “Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang. Dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami hidup dan dengan kehendak-Mu kami mati. Dan kepada-Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).”

5. Sayyidul Istighfar

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.

Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”

6. Dzikir Pagi Ketiga (3x)

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ اَللّٰھُمَّ اِنِّیْ اَعُوْذُبِکَ مِنَ الْکُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اَللّٰھُمَّ اِنِّی اَعُوْذُ بِکَ مِنَ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا اِلَہَ اِلَّا اَنْتَ

Allahumma ‘aafinii fii badani, Allahumma ‘aafini fii sam’ii, Allahumma ‘aafini fii basharii, laa ilaa haillah anta, Allahumma inni ‘auudzubika minal kufri walfaqri, Allahumma innii ‘audzubika min’adzaabil qabri, laa ilahaillaa anta.

Artinya: “Ya Allah, selamatkan tubuhku. Ya Allah, selamatkan pendengaranku. Ya Allah selamatkan penglihatanku. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau.” (HR Abu Dawud, Ahmad, dan An-Nasa’i)

7. Dzikir Pagi Keempat

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, Shahih Ibnu Majah)

8. Doa Pagi

اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.

Artinya: “Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu) dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (HR Tirmidzi dan Abu Dawud, Shahih At-Tirmidzi)

9. Dzikir Pagi Kelima

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim.

Artinya: “Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

10. Doa Pagi Kedua

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Yaa hayyu yaa qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin Abadan.

Artinya: “Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).” (HR Hakim)

11. Dzikir Pagi Keenam

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Ash-bahnaa ‘ala fithrotil islaam wa ‘alaa kalimatil ikhlaash, wa ‘alaa diini nabiyyinaa Muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam, wa ‘alaa millati abiina Ibraahiima haniifam muslimaaw wa maa kaana minal musyrikin

Artinya: “Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas (kalimat syahadat), agama Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan agama bapak kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.” (HR Ahmad)

12. Tasbih (100x)

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

Subhaanaallaahi wabihamdih

Artinya:”Maha Suci Allah sambil memuji-Nya”

13. Dzikir Pagi Ketujuh

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُi

Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qadiir

Artinya:”Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.”

14. Dzikir Pagi Kedelapan (3x)

.سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

Subhanallah wa bi-hamdih, ‘adada kholqih wa ridhoo nafsih. wa zinata ‘arsyih, wa midaada kalimaatih

Artinya: “Maha Suci Allah, aku memujiNya sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan ‘Arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.”

15. Dzikir Pagi Kesembilan (3x)

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rezeki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).”

16. Istighfar (100x)

أَسْتَغْفِرُ الله وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

Astaghfirullaaha waatuubu ilaiih

Artinya:”Aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Sedekah Subuh Bisa Buka Jalan Rezeki, Begini Caranya


Jakarta

edekah Subuh adalah amalan yang dilakukan di pagi hari, tepatnya setelah salat Subuh. Subuh merupakan waktu terbaik untuk bersedekah, sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW pernah bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

Artinya: “Tidak ada suatu hari pun saat seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun dua malaikat kepadanya, lalu salah satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya.’ Sedangkan (malaikat) yang satunya lagi berkata, ‘Ya Allah, berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil).'” (HR Bukhari dan Muslim)


Siapa yang Paling Berhak Menerima Sedekah Subuh?

Islam mengatur tentang siapa penerima sedekah dengan urutan prioritas. Tujuannya agar sedekah disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Mengutip buku Sedekahlah, Allah Menjaminmu Hidup Berkah oleh Masykur Arif, berikut adalah urutan orang yang paling berhak menerima sedekah:

  • Orang tua dan keluarga.
  • Kerabat dekat.
  • Anak-anak yatim yang membutuhkan perhatian.
  • Orang-orang yang berada dalam kemiskinan.
  • Musafir yang memerlukan bantuan di perjalanan.
  • Orang-orang yang meminta-minta.
  • Untuk tujuan membebaskan budak (hamba sahaya).

Urutan tersebut juga disebutkan dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 177, Allah SWT berfirman:

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Dengan demikian, orang yang menjadi prioritas utama dalam menerima sedekah itu adalah keluarga dekat. Setelah keluarga inti, bisa berlanjut ke anggota keluarga besar lainnya, kemudian anak-anak yatim serta orang-orang yang membutuhkan di masyarakat.

Namun, aturan tadi bukanlah sifatnya tidak kaku. Sebagaimana dalam buku Sedekah Pengubah Nasib: Membuka Jalan Rezeki dengan Banyak Memberi karya Aditya Akbar Hakim, Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun, dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak istri) lebih besar pahalanya.” (HR Muslim)

Niat Sedekah Subuh

Berikut bacaan niat sedekah subuh yang bisa diamalkan:

نَوَيْتُ التَّقَرُّبَ اِلَى اللهِ تَعَالَى وَاتِّقَاءَ غَضَبِ الرَّبِّ جل جلاله وَاتِّقَاءَ نَارِ جَهَنَّمَ وّالتَّرَحُّمَ عَلَى الاخْوَانِ وَصِلَةَ الرَّحِمِ وَمُعَاوَنَةَ الضُّعَفَاءِ وَمُتَابَعَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَاِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَى اْلاِخْوَانِ وَدَفْعِ البَلاَءِ عَنْهُ وَعَنْ سَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلاِنْفاَقَ مِمَّا رَزَقَهُ الله وَقَهْرَ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ

Latin: Nawaitut taqoruba ilallahi ta’ala wattiqoaa ghadlabir rabbi jalla jalaluhu wattiqoa nari jahannama wattarakhkhuma ‘ala ikhwani wa shilatur rahimi wa mu’awanatadh dlu’afai wa mutaba’atan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallama wa idkholas sururi ‘alal ikhwani wa daf’il balai ‘anhu wa ‘an sairil muslimina wal infaqo mimma razaqohullahu wa qohran nafsi wasy syaithoni.

Artinya: “Aku niat (bersedekah) untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghindari murka Tuhan, menghindari api neraka jahannam, berbelas kasih kepada saudara dan menyambung silaturahmi, membantu orang-orang yang lemah, mengikuti Nabi SAW, memasukkan kebahagiaan pada saudara, menolak turunnya dari mereka dan semua kaum muslimin, menafkahkan rizki yang diberikan oleh Allah, serta untuk mengalahkan nafsu dan setan.”

Setelah niat, lanjutkan dengan doa berikut:

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Latin: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Cara Sedekah Subuh

Ada banyak cara untuk melaksanakan sedekah Subuh, baik secara langsung, sendiri di rumah, maupun melalui online. Dirangkum dari catatan detikHikmah berikut adalah tata cara sedekah Subuh yang bisa diamalkan:

  • Mengisi kotak amal di masjid, setelah melaksanakan salat Subuh.
  • Setelah melakukan salat Subuh, mengantarkan sumbangan berupa bantuan atau uang kepada mereka yang membutuhkan.
  • Setelah salat Subuh, memberikan makanan kepada tetangga terdekat, panti asuhan, maupun pondok pesantren. Karena masih pagi, makanan tersebut dijadikan sarapan pagi untuk mereka.
  • Sedekah Subuh di rumah sendiri bisa dilakukan dengan menabung koin di toples kecil atau celengan. Lakukan itu setiap habis salat Subuh. Nanti, kalau dirasa uangnya sudah cukup banyak, kamu bisa menyalurkannya di waktu Subuh.
  • Sedekah Subuh juga bisa dilakukan secara online. Misalnya, setelah salat Subuh mentransfer dana kepada orang tua, kerabat yang membutuhkan, lembaga sosial, atau ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Mengutip buku bertajuk Jika Sedekah Menjadi Lifestyle karya Bagenda Ali, ketika ingin melakukan sedekah Subuh di rumah sendiri dengan memasukkan sejumlah uang di kaleng, jangan lupa niatkan sedekah untuk mengharapkan rida Allah.

Kemudian, sambil memasukkan uang ke dalam wadah berdoalah doa apa pun kepada Allah SWT. Lakukan sedekah Subuh dengan istiqamah, kumpulkan dan simpan terlebih dahulu uang selama kurun waktu 40 hari.

Jika sudah, kamu bisa membagikan uang tersebut kepada siapa saja yang paling membutuhkan. Selanjutnya, teruskan sedekah Subuh hingga hari-hari berikutnya.

Jika seseorang tak mampu sedekah dengan uang atau materi, maka mereka bisa bersedekah lewat amal kebajikan,seperti salat, puasa, dzikir (tasbih, takbir, tahlil, tahmid). Termasuk sedekah juga jika kita turut mencegah kemungkaran dan mengimbau untuk berbuat baik.

(khq/fds)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa 10 Muharram Hari Asyura, Lengkap Urutan Dzikir & Tata Caranya


Jakarta

Hari Asyura yang bertepatan dengan 10 Muharram merupakan waktu yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satunya dengan memanjatkan doa 10 Muharram.

Tanggal 10 Muharram 1445 H bertepatan dengan hari Jumat, 28 Juli 2023. Dalam sebuah hadits dikatakan, berdoa pada malam Jumat dan malam 10 Muharram termasuk waktu mustajab.

“Lima waktu yang doa tidak ditolak, yaitu pada malam Jumat, malam 10 Muharram, malam Nisfu Sya’ban, malam Idul Fitri, dan malam Idul Adha.” (HR Bukhari dan Muslim)


Doa 10 Muharram, Hari Asyura dan Tata Caranya

Doa 10 Muharram, hari Asyura dapat diawali dengan membaca doa ini sebanyak 70 kali,

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Arab latin: Hasbunallah wa ni’mal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashiir

Artinya: “Allah-lah yang mencukupi kami, Dia-lah sebaik-baik untuk berserah diri, sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong,”

Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa berikut sebanyak 7 kali,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ سُبْحَانَ اللهِ مِلْأَ الْمِيزَانِ وَمُنْتَهَى الْعِلْمِ وَمَبْلَغَ الرِّضَا وَزِنَةَ الْعَرْشِ لَامَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ سُبْحَانَ اللَّهِ عَدَدَ الشَّفْعِ وَالْوَتْرِ وَعَدَدَ كَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ كُلِّهَا . نَسْتَلُكَ السَّلَامَةَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَهُوَ حَسْبُنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَجْمَعِيْنَ.

Arab latin: Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, subhaanallaahi mil’al-miizaani wa muntahal- ‘ilmi wa mablaghar-ridhaa wa zinatal-‘arsyi. laa malja’a wa laa manja minallaahi illaa ilaiih. subhaanallaahi ‘adadasy-syaf’i wal-watri wa ‘adada kalimaatillaahit-taammaati kullihaa. nas’alukas- salaamata birahmatika yaa arhamar raahimiin. wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-‘aliyyil- azhiim. wa huwa hasbunaa wa nimal-wakiil nimal- maulaa wa ni’man-nashiir. wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallama ajma’iin

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Maha Suci Allah sepenuh timbangann dan puncak sampainya ilmu dan keridhaan serta seberat timbangan ‘Arasy. Tidak ada tempat mengungsi dan keselamatan dari Allah melainkan hanya kepada-Nya. Maha Suci Allah sebanyak bilangan yang genap dan ganjil, dan seluruh bilangan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Kami memohon kepada Engkau dengan mendapat rahmat-Mu wahai sebaik-baik Penyayang dari para penyayang. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung. Dialah Allah yang mencukupi kami, sebaik-baik untuk berserah diri, sebaik-baik Pelindung dan Penolong. Rahmat dan keselamatan semoga tetap atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya semuanya,”

Bacaan doa 10 Muharram hari Asyura dan tata caranya tersebut dinukil dari buku Doa-doa dalam Acara Resmi, Keagamaan dan Kemasyarakatan tulisan Drs M Ali Chasan Umar.

Malam Asyura juga termasuk satu dari 15 waktu yang istimewa, sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Kapan Waktu yang Tepat untuk Memanjatkan Doa agar Terkabul?


Jakarta

Berdoa adalah wujud permohonan atau permintaan sesuatu dari seorang hamba yang berisikan hal-hal baik kepada Allah SWT. Kapan waktu mustajab untuk memanjatkan doa tersebut?

Dikutip dari buku Rahasia Kedahsyatan 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa oleh Nurhasanah Namin, tujuan dalam berdoa setiap orang juga bermacam-macam. Misalnya, mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk dan siksaan api neraka, memohon keselamatan hidup, memohon bimbingan serta jalan yang lurus agar selamat dunia akhirat, dan lain sebagainya.

Agar doa yang dipanjatkan dapat dikabulkan oleh Allah SWT, muslim bisa memanfaatkan waktu-waktu yang mustajab. Kapan saja?


Kapan Waktu yang Tepat untuk Memanjatkan Doa?

1. Setelah Salat Wajib

Dikutip dari buku Rahasia Terkabulnya Doa karya Wawan Susetya & Ari Wardhani seringkali karena kesibukan duniawi, kita tidak sempat untuk berdoa banyak kepada Allah SWT. Hal ini sudah pernah diingatkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits dari Tirmidzi yang berbunyi,

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ : عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلّى، إذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدِ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ) قَالَ : ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ الله وَصَلَّى عَلَى النَّي ، فَقَالَ النَّبِيُّ : ((أَيُّهَا الْمُصَلِّي أَدْعُ تُحَبْ))

Artinya: Kemudian Rasulullah bersabda, “Engkau tergesa-gesa wahai orang yang shalat. Jika engkau melakukan salat lalu engkau duduk, maka pujilah Allah dengan pujian yang pantas bagi-Nya, bacalah sholawat untukku kemudian berdoalah.” Perawi berkata, “Setelah itu, seorang laki-laki lain melakukan salat, lalu ia memuji Allah dan membaca shalawat untuk Nabi SAW. Nabi SAW. bersabda, “Wahai orang yang telah melakukan salat, berdoalah maka engkau akan dikabulkan.” (HR Tirmidzi)

Dalam riwayat hadits lainnya dari Abu Umamah RA, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh sahabatnya, “Pada waktu apakah doa itu sangat didengar (dikabulkan oleh Allah)?”

Rasulullah SAW menjawab, “Yaitu pada tengah malam yang akhir dan sesudah salat-salat fardhu.” (HR At Tirmidzi)

2. Sepertiga Malam

Waktu lain mustajab doa yang akan dikabulkan Allah SWT adalah di sepertiga malam. Artinya, waktu malam hari mendekati waktu subuh atau di waktu sahur seperti yang dikutip dari buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki dan Kesuksesan karya Deni Lesmana.

Menurut salah satu hadits juga menyebut bahwa pada waktu ini, Allah SWT turun ke langit dunia. Berikut bunyi haditsnya,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman, ‘Orang yang berdoa kepadaKu akan Kukabulkan, orang yang meminta sesuatu kepadaKu akan kuberikan, orang yang meminta ampunan dariKu akan Kuampuni.” (HR Bukhari dan Muslim)

3. Saat Sujud dalam Salat

Momen sujud dalam pelaksanaan salat disebut sebagai waktu terdekat seorang hamba dengan Allah SWT. Hal ini dilandasi dari hadits Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

“Sedekat-dekat seorang hamba kepada Tuhannya yaitu ketika ia sujud, maka banyak-banyaklah berdoa di dalam sujud.” (HR Muslim)

4. Saat Turun Hujan

Dikutip dari buku Induk Doa dan Zikir yang ditulis oleh Kasimun, Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm telah meriwayatkan dengan sanadnya sebuah hadits mursal, yang berbunyi:

أطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ وَنُزُولِ الْغَيْثَ

Artinya: Carilah oleh kalian doa yang dikabulkan; di saat kedua pasukan bertemu (di jalan Allah); ketika salat diiqamahkan; dan ketika hujan turun.

5. Antara Azan dan Iqomah

Waktu yang tepat untuk memanjatkan doa selanjutnya adalah waktu antara azan dan iqomah. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Tiada ditolak sesuatu doa yang dimohonkan antara azan dan iqomah.” (HR At-Tirmidzi)

6. Hari Jumat

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa hari Jumat adalah waktu yang tepat untuk memanjatkan doa. Rasulullah SAW dalam Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 2 oleh Imam an-Nawawi,

فِيهَا سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّى يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Pada hari itu ada waktu yang apabila seorang hamba muslim menepati waktu itu dalam keadaan salat lalu ia mohon sesuatu kepada Allah, niscaya Allah mengabulkan permohonannya.” Dan beliau memberi isyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut. (HR Muttafaq ‘alaih)

Ada yang berpendapat, waktu mustajab di hari Jumat terletak pada waktu imam naik mimbar pada saat khutbah Jumat hingga salat Jumat selesai. Ada pula yang menyebut waktu antara Ashar dan Maghrib adalah waktu yang tepat untuk memanjatkan doa pada hari Jumat.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Waktu Doa yang Tidak Tertolak atau Kecil Kemungkinan Tak Diijabah


Jakarta

Rasulullah SAW pernah menyampaikan sejumlah waktu mustajab untuk berdoa. Dikatakan, memanjatkan doa pada waktu tersebut tidak akan tertolak atau kecil kemungkinan tak diijabah Allah SWT.

Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa. Allah SWT berfirman dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠


Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut merupakan sebagian karunia dan kemurahan Allah SWT. Dia menganjurkan kepada hamba-hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan menjamin akan mengabulkan permintaan mereka.

Waktu Doa Tak Tertolak

Ada sejumlah waktu di mana ketika seseorang berdoa tidak akan tertolak atau kecil kemungkinan tak diijabah. Waktu-waktu ini telah disampaikan Rasulullah SAW melalui sejumlah hadits.

1. Saat Sepertiga Malam Terakhir

Imam Bukhari mengeluarkan hadits dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad bahwa berdoa ketika sepertiga malam terakhir akan dikabulkan Allah SWT. Dari Abu Hurairah RA ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

Artinya: “Tuhan kami turun pada setiap malam ke langit bumi ketika sepertiga malam terakhir dan berkata, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku mengabulkannya, siapa yang memohon kepada-Ku pasti Aku memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti Aku mengampuninya.”

Imam Bukhari mengatakan hadits tersebut shahih. Imam Muslim turut meriwayatkannya dalam bab Shalatul Musafirin. Ar-Tirmidzi dan Ibnu Majah juga meriwayatkannya.

2. Saat Berbuka Puasa

Dalam Kitab Induk Doa & Dzikir terlengkap yang disusun oleh Tim Shahih, saat berbuka puasa (bagi orang yang berpuasa) adalah waktu yang tidak tertolak. Hal ini bersandar pada riwayat Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya, bagi orang yang berpuasa, pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)

3. Antara Adzan dan Iqamah

Memanjatkan doa pada waktu antara adzan dan iqamah juga tidak tertolak atau kecil kemungkinan tak diijabah Allah SWT. Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang termuat dalam kitab Bulughul Maram karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani.

وَعَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ لَا يُرَدُّ أَخْرَجَهُ النَّسَائِيُّ، وَغَيْرُهُ، وَصَحْحَهُ ابْنُ حِبَّانَ، وَغَيْرُهُ.

Artinya: “Dan dari Anas RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Doa antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.’ Dikeluarkan oleh An-Nasa’i dan lainnya. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan lainnya.”

4. Saat Perang Berkecamuk

Ada juga hadits yang menyebut, saat perang berkecamuk juga termasuk waktu mustajab untuk berdoa. Memanjatkan doa pada waktu tersebut tidak akan tertolak. Dari Sahl bin Sa’ad RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak, pada saat adzan dan tatkala perang berkecamuk.” (HR Abu Dawud)

5. Sesaat pada Hari Jumat

Waktu doa yang tidak tertolak lainnya adalah sesaat pada hari Jumat. Para ulama berbeda pendapat terkait waktu ini. Ulama Syafi’iyyah Imam an-Nawawi dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin menyebutkan beberapa waktunya.

Menurut hadits yang berasal dari Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy’ari RA, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar RA bertanya,

“Apakah kau pernah mendengar ayahmu menceritakan waktu yang istimewa pada hari Jumat dari Rasulullah SAW?” Abu Burdah menjawab, “Ya, aku pernah mendengar ayah berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Waktu tersebut ada di antara duduknya imam hingga selesai salat.” (HR Muslim)

Ada juga yang menyebut bahwa waktu tersebut bertepatan dengan waktu Ashar pada hari Jumat. Dari Abu Hurairah RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW membicarakan hari Jumat lalu beliau bersabda,

“Pada hari itu ada waktu yang apabila seorang hamba muslim menepati waktu itu dalam keadaan salat lalu ia mohon sesuatu kepada Allah, niscaya Allah mengabulkan permohonannya.” Dan beliau memberi isyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut. (HR Muttafaq ‘Alaih)

Orang-orang yang Doanya Tak Tertolak

Rasulullah SAW dalam salah satu hadits hasan pernah bersabda mengenai tiga orang yang doanya tidak akan tertolak. Hadits ini diriwayatkan dari Abu Hurairah RA.

Rasulullah SAW bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagungan-Ku, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Waktu Istimewa Hari Jumat yang Sebentar Tapi Mustajab



Jakarta

Jumat adalah hari raya pekanan bagi umat Islam. Ada satu waktu di hari Jumat yang istimewa. Menurut hadits, berdoa pada waktu tersebut besar kemungkinan untuk dikabulkan.

Waktu istimewa pada hari Jumat ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah RA yang mendengar dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا يُزَرِّدُهَا


Artinya: “Di dalam hari Jumat ada suatu saat yang apabila tepat pada saat itu seorang muslim berdiri melakukan salat lalu memohon kebaikan kepada Allah, pasti akan diberikan padanya.” Beliau memberi isyarat dengan jari tangannya bahwa saat tersebut sangat singkat.” (HR Muslim dalam kitab Salat Jumat. Imam an-Nawawi turut menukilnya dalam Riyadhus Shalihin)

Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin, Musthafa Dib al-Bugha, menjelaskan bahwa waktu istimewa pada hari Jumat tersebut sangat pendek.

Ada suatu riwayat yang menyebut bahwa waktu tersebut terletak di antara duduknya imam hingga selesai salat.

عَنْ أَبِي بُرْدَةَ بْنِ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيٌّ قَالَ قَالَ لِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ

Artinya: “Abdullah bin Umar berkata kepadaku, ‘Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyampaikan hadits dari Rasulullah SAW mengenai waktu (terkabulnya doa) pada hari Jumat?’ Aku menjawab, ‘Ya, aku pernah mendengarnya dan ayahku mengatakan sebagai berikut, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Waktu tersebut adalah antara duduknya imam hingga selesai salat.” (HR Muslim dalam kitab Salat Jumat)

Sementara itu, Raghib As-Sirjani dalam Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wasa’il wa Thuruq wa Amaliyah menyebut sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa waktu mustajab hari Jumat yang apabila seseorang berdoa besar kemungkinan terkabulkan terletak di antara Ashar dan Maghrib.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Sebaik-baiknya hari di mana matahari terbenam adalah hari Jumat; di dalamnya Adam Alaihissalam diciptakan, dimasukkan ke dalam surga, dan dikeluarkan dari surga. Pada hari tersebut terdapat waktu yang tidaklah seorang muslim salat dan berdoa melainkan Allah akan mengabulkannya.”

Abu Hurairah RA bertemu dengan Abdullah bin Salam RA dan menyebutkan hadits tersebut kepadanya. Abdullah bin Salam RA mengatakan mengetahui waktu tersebut. Ia berkata, “Waktu itu antara Ashar dan Maghrib.”

Lalu, Abu Hurairah RA berkata, “Bagaimana bisa waktu itu setelah Ashar sedangkan Rasulullah telah berkata, ‘Tidaklah seorang muslim bertepatan dengannya sedang ia dalam salat,’ sedang waktu tersebut tidak diperbolehkan salat?”

Abdullah bin Salam RA kemudian berkata, “Bukankah Rasulullah telah berkata, ‘Barang siapa duduk menunggu salat maka ia seperti sedang salat.”

Abu Hurairah RA pun berkata, “Betul.” Maka Abdullah bin Salam RA berkata, “Itulah yang dimaksud.”

Hadits tersebut diriwayatkan At-Tirmidzi dalam Abwab Al-Jumuah dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih dan Dhaif Sunan At-Tirmidzi.

Para ulama berselisih pendapat terkait kapan waktu mustajab pada hari Jumat tersebut. Namun, pendapat di atas dianggap yang paling kuat. Wallahu a’lam.

Doa Hari Jumat setelah Salat Ashar

Dalam kitab Syuabul Iman dan kitab Nurul Lum’ah terdapat bacaan doa yang bisa dipanjatkan selepas salat Ashar di hari Jumat. Berikut bacaannya.

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ خَلَقْتَنِي ، وَأَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ أَمَتِكَ ، وَفِي قَبْضَتِكَ ، وَناصِيَتِي بِيَدِكَ ، أَمْسَيْتُ عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ بِنِعْمَتِكَ ، وَأَبُوءُ بِذَنْبِي ، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبُ إِلا أَنْتَ

Arab latin: Allahumma Anta Rabbi laa ilaaha illa Anta khalaqtani, wa ana abduka wabnu amatika wafi qabdhotika wa nasiyati bi yadika. Amsaitu ala ahdika wa wa’dika mastatho’tu a’udzu bika min syarri ma shona’tu. Abu’u bi ni’matika wa abu’u bidzanbi faghfirly dzunubi. Innahu la yaghfirudz dzunuba illa Anta.

Artinya: “Ya Allah, Engkau Tuhanku, tidak ada tuhan yang aku sembah kecuali Engkau yang telah menciptakanku. Menciptakanku sebagai hamba-Mu dan anak dari hamba sahaya-Mu. Hidupku ada dalam genggaman-Mu. Aku hidup atas janji dan ancaman-Mu. Selama aku bisa, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku perbuat. Aku telah menyia-nyiakan nikmat-Mu. Dan aku berbuat dosa. Maka ampunilah dosaku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.”

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Turunnya Hujan Disebut Waktu Mustajab, Ini Haditsnya



Jakarta

Hujan adalah rahmat sekaligus berkah yang Allah SWT limpahkan kepada makhluk hidup di muka bumi. Apabila hujan tak kunjung turun, maka bumi akan mengalami kekeringan.

Mengutip buku Indahnya Doa Rasulullah Bagiku oleh Masriyah Amva, hujan adalah salah satu tanda atas kebesaran dan rahmat Allah SWT. Ketika hujan turun, pikiran dan perasaan seseorang bisa mengalami perubahan seperti mengingat Tuhan, kebesaran-Nya, dan menjadi lebih banyak bersyukur.

Bahkan, dalam sebuah hadits disebutkan bahwa momen turunnya hujan menjadi waktu mustajab untuk berdoa. Imam Syafi’i dalam Kitab Al-Umm meriwayatkan hadits dengan sanad mursal, Nabi SAW bersabda:


“Carilah oleh kalian doa yang dikabulkan: di saat kedua pasukan bertemu (di jalan Allah), ketika sholat diiqamahkan, dan ketika hujan turun.”

Dalam hadits lainnya dari Sahl bin Sa’ad RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Dua doa yang tidak pernah ditolak, yaitu doa pada waktu azan dan doa pada waktu hujan.” (HR Hakim, disahihkan oleh Adz-Dzahabi 1/113-114).

Dalam buku Fiqih Doa dan Dzikir Jilid 2 susunan Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al Badr, ada doa yang disunnahkan untuk dibaca ketika hujan turun, berikut bunyinya:

اللَّهُمَّصَيِّباًنَافِعاً

Arab latin: Allahumma shoyyiban nafi’an’

Artinya: “Ya Allah, turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat.”

Sementara itu, bila hujan sudah berhenti maka kaum muslimin bisa memanjatkan doa lainnya dengan bunyi sebagai berikut,

اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الأَكَامِ وَالظِرَابِ وَبُطُوْنِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Arab latin: Allaahumma hawaa lainaa wa laa ‘alainaa, Allaahumma ‘alal-aakaami wazh-zhiroobi, wa buthuunil-awdiyati wa manaabitisy-syajari.

Artinya: “Ya Allah, turunkanlah hujan ini di sekitar kami, jangan kepada rumah-rumah kami. Ya Allah, berilah hujan ini pada daratan-dataran tinggi, bukit-bukit, dasar lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.”

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, ia menceritakan bahwa saat ada sekelompok orang datang kepada Rasulullah SAW, mereka meminta agar beliau berdoa supaya hujan berhenti.

“Pasalnya, hujan tersebut turun terus menerus selama satu minggu, sehingga membuat hewan ternak mereka terancam mati dan jalanan pun terputus. Kemudian, Rasulullah SAW pun membaca doa tadi, dengan doa ini dan hujan pun berhenti.” (HR Bukhari no. 1014).

Selain itu, Rasulullah SAW menganjurkan kita juga untuk membaca doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzu bi ridhaaka min sakhathik, wa bi mu’aafaatika min ‘uquubatik, wa a’uudzu bika minka, laa ahshii tsanaa’a ‘alaika anta kamaa atsnaita ‘alaa nafsik

Artinya: “Ya Allah aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak bisa menghitung pujian untuk-Mu, Engkau sebagaimana engkau menyanjung diri-Mu.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Hadits tentang Nisfu Syaban dan Kualitasnya Menurut Ulama


Jakarta

Malam Nisfu Syaban menjadi waktu yang dinantikan umat Islam karena keutamaan yang terkandung di dalamnya. Keutamaan ini dijelaskan dalam sejumlah hadits tentang Nisfu Syaban.

Ada banyak hadits Nisfu Syaban yang tersebar di kalangan umat Islam. Salah satu yang populer adalah Allah SWT akan mengampuni seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Syaban. Ada juga hadits yang berisi amalan-amalan pada malam Nisfu Syaban.

Berikut empat di antaranya yang paling populer di kalangan umat Islam.


1. Hadits dari Muadz bin Jabal RA

عَنْ مُعَاذٍ بِنْ جَبَلٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Artinya: Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi SAW beliau berkata, “Allah Tabaraka wa Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Allah mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dan Ibnu Hibban mengatakan ini shahih, adapun Imam Thabrani mengatakan perawinya dapat dipercaya.

2. Hadits dari Aisyah RA

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كِلَبٍ

Artinya: Dari Aisyah RA ia berkata, “Aku kehilangan Rasulullah SAW pada suatu malam. Kemudian aku keluar dan aku menemukan beliau di pemakaman Baqi Al-Gharqad.” Maka beliau bersabda, “Apakah engkau khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menyia-nyiakanmu?” Kemudian aku berkata, “Tidak wahai Rasulullah SAW, sungguh aku telah mengira engkau telah mendatangi sebagian istri-istrimu.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menyeru hamba-Nya di malam Nisfu Syaban kemudian mengampuninya dengan pengampunan yang lebih banyak dari bilangan bulu domba bani Kilab (maksudnya pengampunan sangat banyak).”

Hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban mengatakan hadits ini shahih.

3. Hadits dari Abu Musa Al-Asy’ari RA

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو منافق.

Artinya: Dari Abu Musa Al-Asy’ari RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hamba-Nya di malam Nisfu Syaban maka Allah SWT mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang yang munafik.” (HR Ibnu Majah)

4. Hadits dari Ali RA

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ : إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَ صُوْمُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ : أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ ! أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ : أَلَا مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ ! أَلَا كَذَا … أَلا كَذَا … حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila tiba malam Nisfu Syaban, salatlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya karena Allah menyeru hamba-Nya di saat tenggelamnya matahari lalu berfiman, ‘Adakah yang meminta ampun kepada-Ku? Niscaya Aku akan mengampuninya, adalah yang meminta rezeki kepada-Ku? Niscaya akan memberinya rezeki, adalah yang demikian (maksudnya mengabulkan hajat hamba-Nya) … Adakah yang demikian.. sampai terbit fajar’.” (HR Ibnu Majah dan Baihaqi)

Pendapat Para Ulama tentang Malam Nisfu Syaban

Buya Yahya dalam Hujjah Ilmiah: Amalan di Bulan Syaban memaparkan sejumlah pendapat ulama tentang keutamaan malam Nisfu Syaban dan amalan-amalan yang bisa dikerjakan untuk menghidupkannya. Para ulama ini menyatakan keutamaan malam Nisfu Syaban dari pendapat ulama-ulama salaf.

Ibnu Rajab Al-Hanbali mengatakan dalam kitabnya Lathoiful Ma’arif, pada malam Nisfu Syaban, para tabi’in di Syam seperti Kholid bin Ma’dan, Makhul, Luqman bin Amir dan lainnya, bersungguh-sungguh dalam beribadah. Kata Ibnu Rajab, merekalah umat Islam yang paham keutamaan dan keagungan malam tersebut.

Ulama Syam, kata Ibnu Rajab, berbeda pendapat dalam menghidupkan malam Nisfu Syaban. Pendapat pertama menyebut sunnah melakukannya secara berjamaah di masjid dengan mengenakan pakaian paling bagus dan menggunakan celak. Mereka melakukan salat pada malam tersebut. Terkait ini, Ishaq Ibnu Ruhawih menyetujuinya dan berkata, “Ini bukanlah sebuah bid’ah.”

Imam Syafi’i juga pernah berkata bahwa malam Nisfu Syaban termasuk malam dikabulkannya doa, bersamaan empat malam lainnya yakni malam Jumat, malam dua hari raya, dan awal Rajab.

Keutamaan malam Nisfu Syaban turut dijelaskan Imam Ibnu Haj dalam kitabnya Al-Madkhol. Ia menjelaskan, meskipun bulan malam Lailatul Qadar, akan tetapi malam Nisfu Syaban memiliki keutamaan yang agung dan kebaikan yang banyak.

“Ulama salaf mengagungkannya serta bersungguh-sungguh dalam menyambut kedatangannya,” kata Imam Ibnu Haj dalam kitabnya seperti diterjemahkan Buya Yahya.

Ulama lain yang pendapatnya kerap dipertentangkan, seperti Ibnu Taimiyah, pun mengatakan mendirikan salat pada malam Nisfu Syaban adalah perkara yang baik.

“Apabila ada orang salat di malam Nisfu Syaban sendirian atau berjamaah sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin itu merupakan hal yang baik,” kata Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa-nya, seperti diterjemahkan Buya Yahya.

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto turut menyebut kaum Muslim dianjurkan salat sunnah 100 rakaat dengan membaca Al Fatihah dan 10 kali Al Ikhlas pada setiap rakaatnya.

Di sisi lain, ada ulama yang berpendapat bahwa riwayat tentang salat malam Nisfu Syaban adalah batil dan maudhu. Salah satunya dikatakan Hammud bin Abdullah Al-Mathr. Ia menjelaskan hal ini dalam tulisannya menjawab bid’ah-bid’ah dalam ibadah.

Buya Yahya sendiri menganjurkan cara menghidupkan malam Nisfu Syaban dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan Rasulullah SAW, seperti salat sunnah hajat, salat sunnah tasbih, salat sunnah witir, atau dengan bersholawat, berdzikir, dan membaca Al-Qur’an, serta amalan lain yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa di Bulan Rajab, Ini Waktu Mustajab dan Keutamaannya


Jakarta

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan mulia yang penuh keberkahan. Selain sebagai salah satu bulan yang dianjurkan untuk berpuasa, bulan ini juga menjadi waktu yang tepat untuk berdoa dan memohon ampunan Allah SWT.

Dalam Islam, terdapat berbagai waktu terbaik yang diyakini sebagai waktu mustajab, di mana doa-doa akan lebih cepat dikabulkan, dan salah satu waktu tersebut adalah di bulan Rajab. Namun, kapan waktu mustajab untuk berdoa di bulan Rajab? Berikut penjelasannya.

Kapan Waktu Mustajab untuk Berdoa di Bulan Rajab?

Dalam buku Doa-doa Khusus Wanita yang disusun oleh Amirulloh Syarbini dijelaskan bahwa, waktu mustajab untuk berdoa di bulan Rajab adalah pada malam pertama bulan Rajab. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,


“Ada lima malam di mana doa tidak akan tertolak, yaitu malam pertama bulan Rajab, pertengahan bulan Sya’ban, malam Jumat, malam Idul fitri, dan malam Idul adha.” (HR. Ibnu Dailani)

Doa Bulan Rajab

Dalam buku Rahasia Kedahsyatan 12 Waktu Mustajab Untuk Berdoa yang disusun oleh Nurhasanah Naminoleh, terdapat sebuah riwayat dari Anas bin Malik RA, dia berkata bahwa Nabi SAW jika memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)

Berikut bacaan lengkap doa di bulan Rajab yang dikutip dari buku Memburu Syurga di Bulan Istimewa yang ditulis oleh Miftah Fauzi.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلَّغْنَا رَمَضَانَ

Arab Latin: Allahumma bârik lanâ fi Rajaba wa Sya’bana wa ballighna Ramadhānā

Artinya: “Ya Allah, berkatilah kami pada Rajab dan Sya’ban. Sampaikan kami dengan Ramadan.”

Keutamaan Bulan Rajab

Selain dianggap sebagai waktu yang mustajab untuk berdoa, bulan Rajab juga memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan sebagai salah satu bulan yang mulia. Berikut adalah beberapa keutamaan bulan Rajab yang dikutip dari buku Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun yang disusun oleh Muhammad Khatib.

1. Salah Satu Bulan yang Dihormati

Dalam setahun, terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, dan salah satunya adalah bulan Rajab.

Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya zaman berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan yang di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan diantaranya berturut-turut Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumadil Tsani Tsaniah dan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim.)

2. Keutamaan Berpuasa di Bulan Rajab

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa amal yang dilakukan di bulan ini akan mendapat ganjaran yang sangat besar, seperti berpuasa.

Imam Thabarani meriwayatkan dari Sa’id bin Rasyid, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa berpuasa sehari di bulan Rajab, maka ia laksana berpuasa setahun, bila puasa 7 hari, maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka jahanam, bila puasa 8 hari, maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari, maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya.”

3. Rajab Merupakan Nama Sungai di Surga

Di surga, terdapat sungai yang diyakini memiliki rasa yang manis, suasana yang sejuk, dan aroma yang harum. Menurut Malaikat Jibril, sungai tersebut adalah sungai Rajab.

Rasulullah SAW bersabda,

“Pada malam mi’raj, aku melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril AS, ‘Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini?’ Jibril berkata: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini.”

4. Rajab Bulannya Allah SWT

Di antara berbagai bulan yang mulia, Rajab adalah bulan yang khusus milik Allah SWT. Abul Fath meriwayatkan dari al-Hasan, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Rajab itu bulannya Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku.”

Demikian waktu mustajab untuk berdoa di bulan Rajab. Setelah mengetahui waktu terbaik ini, jangan lewatkan untuk berdoa ya.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

3 Malam Istimewa Bulan Rajab yang Disebut Waktu Mustajabnya Doa


Jakarta

Rajab termasuk bulan haram atau yang disucikan Allah SWT. Pada bulan tersebut, ada beberapa malam yang diyakini mustajab untuk berdoa.

Kesucian bulan Rajab dijelaskan melalui firman Allah SWT dalam surah At Taubah ayat 36. Allah SWT berfirman,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Menurut Tafsir Al Azhar Buya Hamka, ayat tersebut menjelaskan bilangan bulan menurut edaran bulan, bukan matahari. Setelah bangsa Arab memeluk agama tauhid, agama hanif yang juga disebut Islam, yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, diadakanlah empat bulan yang dihormati. Empat bulan itu adalah Zulkaidah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab.

“Dihormati itu karena pada keempat bulan itu tidak boleh berperang dan tidak boleh balas dendam,” jelas Buya Hamka dalam tafsirnya.

Rajab adalah bulan ke-7 yang terletak di antara Jumadil Akhir dan Syakban. Hujjatul Islam Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin yang diterjemahkan Purwanto, menyebutkan ada tiga malam bulan Rajab yang memiliki keutamaan.

Tiga Malam Istimewa Bulan Rajab

1. Malam Pertama Bulan Rajab

Menurut kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Bimas Islam Kementerian Agama RI, 1 Rajab 1446 H jatuh pada Rabu, 1 Januari 2025. Sehingga, malam 1 Rajab dimulai dari Selasa, 31 Desember 2024 ba’da Maghrib.

2. Malam Tanggal 15 Bulan Rajab

Tanggal 15 Rajab 1446 H bertepatan dengan Rabu, 15 Januari 2025. Sehingga, malam pertengahan Rajab akan berlangsung mulai Selasa, 14 Januari 2025 selepas Maghrib.

3. Malam Tanggal 27 Bulan Rajab

Malam 27 Rajab disebut malam Isra Miraj. Pada malam ini, Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan berlanjut ke Sidratul Muntaha untuk kemudian menerima perintah salat 5 waktu langsung dari Allah SWT. Demikian menurut riwayat yang shahih.

Mengacu kalender Hijriah, 27 Rajab 1446 H jatuh pada Senin, 27 Januari 2025. Sehingga, malam 27 Rajab bisa dimulai dari Minggu, 26 Januari 2025 setelah Maghrib.

Imam al-Ghazali menjelaskan, beribadah pada malam-malam hari yang punya keutamaan hukumnya sunnah. Malam itu, kata Imam al-Ghazali, adalah ‘masa’ untuk beramal dan waktu terbaik berniaga dalam perkara agama.

“Barang siapa lalai dan lengah pada masa tersebut, dia tidak akan menuai laba,” kata Imam al-Ghazali dalam kitabnya.

Waktu Mustajab Malam Hari untuk Berdoa

Malam hari, tepatnya di sepertiga malam yang akhir atau waktu sahur, adalah waktu mustajab untuk berdoa. Hal ini mengacu pada firman Allah SWT dalam surah Adz-Dzariyat ayat 18,

وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ ١٨

Artinya: “dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).”

Keterangan tersebut diperkuat dengan hadits yang menyebut keutamaan berdoa pada sepertiga malam terakhir. Rasulullah SAW bersabda,

يَنزِلُ اللهُ تَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلْتُ اللَّيْلِ الْأَخِيرُ فَيَقُولُ عَزَّ وَجَلَّ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلُنِي فَأَعْطِيْهِ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرْ لَهُ

Artinya: “Allah SWT akan turun (rahmat-Nya) setiap malam ke langit dunia tatkala tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Barang siapa berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya. Barang siapa meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Barang siapa memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA)

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com