Tag Archives: wirid

Bacaan Wirid Setelah Sholat Dhuha, Amalkan untuk Raih Rezeki Berlimpah



Jakarta

Sholat dhuha adalah ibadah sunah yang sangat dianjurkan sebab Rasulullah SAW pun senantiasa mengerjakannya. Salah satu keutamaan dari mengerjakan ibadah sholat dhuha, yaitu untuk meraih kemudahan rezeki dari Allah SWT.

Mengutip dari buku Berkah Shalat Dhuha karya M. Khalilurrahman Al Mahfani, kesunahan mengerjakan sholat dhuha didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. sebagai berikut:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامٍ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَ رَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنام


“Kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga hal, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat sholat dhuha, dan sholat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari dan Muslim).

Setelah melaksanakan sholat dhuha, umat muslim dapat melanjutkannya dengan membaca wirid. Wirid setelah sholat dhuha dilakukan dengan membaca bacaan tertentu secara terus menerus sebagai amalan rutin.

Umat muslim dapat melakukannya dengan berdzikir untuk memohon rezeki yang berlimpah kepada Allah SWT. Berikut akan dipaparkan beberapa bacaan wirid setelah sholat dhuha yang bisa diamalkan.

Bacaan Wirid Setelah Sholat Dhuha

Mengutip dari arsip detik Hikmah, setelah mengerjakan sholat dhuha dapat dilanjutkan dengan membaca dzikir untuk memuji kebesaran Allah SWT dengan bacaan sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Latin: Allahummaghfirli wa tub ‘alayya innaka anta tawwabur rohim.

Artinya: “Ya Allah, ampuni dosa saya dan terimalah taubat saya. Sesungguhnya Engkau maha penerima taubat dan Maha Pengampun.”

Berdasarkan hadits yang diceritakan Aisyah r.a., Rasulullah SAW membaca dzikir tersebut setelah sholat dhuha sebanyak 100 kali. Hadits tersebut telah diriwayatkan oleh beberapa perawi, salah satunya Imam Bukhari, dengan kredibilitas sangat baik.

Selanjutnya, wirid setelah sholat dhuha dapat dilanjutkan dengan membaca bacaan sayyidul istighfar sebagai bagian dari dzikir pagi yang dapat diamalkan umat muslim.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.

Latin: Allahumma anta robbi laa ilaha illa anta, kholaqtani wa ana ‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bini’matika ‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu (berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”

Menambahkan dari buku Koleksi Lengkap Dzikir Pagi petang oleh Ustadz Abdul Wahhab, setelah melaksanakan sholat dhuha, muslim juga dapat membaca wirid asmaul husna sebagai berikut:

يَا فَتَّاحُ يَا رَزَّاقُ

Latin: Ya Fattahu Ya Rozzaqu.

Artinya: “Wahai Dzat Yang Maha Pembuka dan Maha Memberi Rezeki.”

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ

Latin: Ya Hayyu Ya Qayyum.

Artinya: “Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri”

يَا غَنِيُّ يَا مُغْنِي

Latin: Ya Ghoniyyu Ya Mughni.

Artinya: “Wahai Dzat Yang Maha Kaya Raya dan Maha Memberi Kekayaan.”

Doa Setelah Sholat Dhuha

Setelah membaca wirid kemudian dilanjutkan dengan memanjatkan doa setelah sholat dhuha yang di dalamnya terkandung makna untuk mengharapkan rezeki yang berkah dan halal, berikut bacaannya.

اللَّهُمَّ إِنَّ الضُّحَاءَ ضُحَاءُكَ وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ وَالجَمَالَ جَمَالُكَ وَالْقُوَّة قوتكَ وَالقُدْرَة قُدْرَتك وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلَهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعَسِرًا فَيَسِرْهُ وَإِنْ كَانَ قَلِيْلاً فَكَثَرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ أَتِنِي مَا أَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Latin: Allahumma innadh dhuhaa-a dhuhaa-uka wal bahaa-a bahaa-uka wal jamaala jamaaluka wal quwwata quwwatuka wal qudrata qudratuka wal ‘ishmata ‘ishmatuka. Allaahumma inkaana rizqii fis samaa-i fa anzilhu wa inkaana fil ardhi fa akhrijhu wa inkaana mu’assiran fayassirhu wa inkaana qolilan fakatsirhu wa inkaana haraaman fathahhirhu wa inkaana ba’iidan faqorribhu bihaqqi dhuhaa-ika wa bahaa-ika wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika aatini maa ataita ‘ibaadakash shaalihiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha itu adalah waktu-Mu, keagungan itu adalah keagungan-Mu, keindahan itu adalah keindahan-Mu, kekuatan itu adalah kekuatan-Mu, dan perlindungan itu adalah perlindungan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit maka turunkanlah. Jika masih di dalam bumi maka keluarkanlah. Jika masih sukar maka mudahkanlah. Jika (ternyata) haram maka sucikanlah. Jika masih jauh maka dekatkanlah. Berkat waktu dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.”

Itulah bacaan wirid setelah sholat dhuha yang bisa diamalkan untuk meraih rezeki yang berlimpah, berkah, dan halal. Semoga bermanfaat ya, detikers!

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Subhanal Malikil Quddus, Wirid Rasulullah setelah Salat Witir



Jakarta

Subhanal Malikil Quddus adalah wirid yang dibaca Rasulullah SAW setelah salat Witir. Beliau membacanya sebanyak tiga kali.

Hal tersebut dijelaskan dalam Kitab Al-Wafa karya Ibnul Jauzi dengan bersandar pada riwayat Sa’id bin Abdirrahman bin Abza dari bapaknya, dia berkata,

“Rasulullah SAW melakukan salat Witir dengan membaca surah al-A’la, surah Al-Kafirun, lalu membaca surah Al-Ikhlas. Dan jika beliau selesai Witir, beliau membaca “Subhanal Malikil Quddus (Mahasuci Dzat Yang Maha Merajai dan Dzat Yang Mahasuci) sebanyak tiga kali. Beliau mengeraskan suaranya pada bacaan ketiga.” (HR Ahmad dan Al-Maqdisy dalam Kitab Al-Ahadits Al-Mukhtarah)


Selain itu, diriwayatkan dari Abu Abdirrahman bin Abza, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW salat Witir beliau membaca surah Al-A’la, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlas. Jika salam, beliau membaca, “Subhanal Malikil Quddus.” Beliau memperpanjang bacaan ketiga.” (HR Ahmad dan Al-Maqdisy dalam kitab Al-Ahadits Al-Mukhtarah)

Subhanal Malikil Quddus artinya Maha Suci Dzat Yang Maha Merajai dan Dzat Yang Maha Suci .

Keutamaan Bacaan Subhanal Malikil Quddus

Menurut sebuah riwayat yang termuat dalam Sunan At-Tirmidzi, bacaan Subhanal Malikil Quddus kelak akan menjadi saksi dan berbicara pada hari kiamat.

Dari Musa bin Hizam, Abd bin Humaid dan perawi yang lain, dari Muhammad bin Bisyr, dari Hani bin Utsman, dari ibunya, yaitu Humaidhah binti Yasir, dari neneknya Yusairah, ia termasuk orang-orang yang berhijrah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada para perempuan,

“Hendaklah kalian membaca tasbih, tahlil, dan taqdis (Subhanal Malikil Quddus), dan hitunglah semua itu dengan jari-jari kalian. Sebab, sesungguhnya ia akan menjadi saksi yang akan ditanya dan akan berbicara pada hari kiamat. Jangnlah kalian lalai untuk berzikir karena jika kalian lalai darinya maka kalian melupakan rahmat Allah.” (Shahih Abu Dawud; Misykaatul Mashaabiih, dan Silsilatul Ahaadiitsdh Dha’ifah)

Tentang Salat Witir Rasulullah SAW

Rasulullah SAW mengerjakan salat Witir setiap malam. Diriwayatkan dari Aisyah RA, dia berkata, “Tiap malam Rasulullah SAW melakukan salat Witir. Beliau mengakhiri witirnya sampai waktu sahur.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad)

R. Syamsul dan M. Nielda dalam buku Tuntunan Ibadah Ramadan dan Hari Raya menjelaskan, salat Witir merupakan salat sunah yang berbeda dengan salat sunah Tarawih. Salat Tarawih ini biasanya hanya dilaksanakan pada malam bulan Ramadan saja, sedangkan salat Witir ini boleh dilaksanakan setiap malam baik di bulan Ramadan di bulan-bulan yang lain.

Salat Witir ini dilaksanakan paling sedikit 1 rakaat dan paling banyak 11 rakaat. Pendapat lain juga mengatakan bahwa jumlah rakaat salat Witir maksimal berjumlah 13 rakaat. Menurut pendapat paling kuat, salat Witir dikerjakan paling banyak 11 rakaat.

Salat Witir ini dilaksanakan dengan satu kali salam setiap dua rakaat kemudian ditutup dengan salat 1 rakaat. Contohnya, jika seseorang hendak melaksanakan salat Witir 3 rakaat, maka dilaksanakan 2 rakaat terlebih dahulu kemudian setelah salam berdiri lagi untuk salat 1 rakaat karena (2 rakaat + 1 rakaat).

Misalnya hendak melaksanakan 5 rakaat maka dilaksanakan 2 rakaat terlebih dahulu, kemudian setelah salam berdiri lagi untuk salat 2 rakaat, dan terakhir kemudian setelah salam berdiri lagi untuk salat 1 rakaat begitu pun seterusnya.

Waktu Pelaksanaan Salat Witir

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam Kitab Al-Wajiz fi Fiqh As-Sunnah Sayyid Sabiq, menjelaskan mengenai waktu dan hukum salat Witir

Para ulama telah sepakat bahwa waktu salat Witir ini setelah salat Isya sampai saat menjelang fajar Subuh. Dari Abu Mas’ud Al-Anshari RA, ia mengatakan, “Adalah Rasulullah SAW salat Witir di awal malam, di pertengahan malam, dan di akhir malam.” (HR Ahmad dengan sanad yang shahih).

Dianjurkan juga untuk mengerjakan salat Witir di awal waktu bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun di sepertiga malam terakhir, namun sangat dianjurkan salat Witir di sepertiga malam terakhir bagi mereka yang merasa yakin bisa bangun pada waktu itu.

Dari Jabir RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ ظَنَّ مِنْكُمْ أَنْ لَا يَسْتَيْقِظَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ ظَنْ مِنْكُمْ أَنَّهُ يَسْتَيْقِظُ آخِرَهُ فَلْيُوتِرُ آخِرَهُ فَإِنْ صَلَاةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَحْضُورَةٌ وَهِيَ أَفْضَلُ.

Artinya: “Barang siapa yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, maka hendaklah dia melakukan witir di awal malam. dan barang siapa yang merasa mampu bangun di akhir malam, maka hendaklah dia witir di akhir malam, karena salat di akhir malam dihadiri (para malaikat) dan ia lebih utama.” (HR Muslim)

Salat Witir ini hukumnya sunnah muakkadah, sehingga Rasulullah SAW sangat menganjurkan dan memberikan dorongan untuk mengerjakan salat Witir.

Dari Ali RA, dia berkata, “Sesungguhnya salat Witir tidak bersifat wajib seperti salat-salat fardhu kalian. Namun Rasulullah SAW melakukan salat Witir, kemudian beliau berkata: “Wahai para pecinta Al-Qur’an, salat witirlah kalian, karena sesungguhnya Allah itu witir (ganjil), Dia menyukai sesuatu yang ganjil.” (HR Ahmad dan Ashabus Sunan. Dihasankan oleh At-Tirmidzi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Wirid setelah Sholat Fardhu Lengkap Arab dan Latin


Jakarta

Setelah melakukan sholat fardhu, umat Islam dianjurkan untuk membaca wirid. Berikut bacaan wirid setelah sholat fardhu lengkap.

Dikutip dari buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali karya Abdul Mujieb, Syafi’ah, dan Ahmad Ismail, wirid artinya bacaan-bacaan zikir, doa, atau amalan-amalan lain yang biasa dibaca atau diamalkan setelah sholat.

Hukum dari wirid yaitu sunah atau dianjurkan. Anjuran wirid dijelaskan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Ka’ab bin ‘Ajarah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Perbuatan-perbuatan yang tidak akan rugi orang yang melakukan atau mengucapkannya setelah sholat wajib adalah, tasbih tiga puluh tiga kali, tahmid tiga puluh tiga kali, dan takbir tiga puluh empat kali.” (HR Muslim)


Bacaan Wirid setelah Sholat Fardhu

Merangkum buku Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW karya Arif Rahman, berikut bacaan wirid berupa zikir setelah sholat fardhu.

Bacaan Wirid Pertama

أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنتَ السَّلامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ

Astaghfirullaah. Astaghfirullaah. Astaghfirullaah. Allahumma antassalaam, wa mingkassalaam, tabarakta ya dzaljalaali wal ikraam.

Artinya: “Saya memohon ampun kepada Allah. (3x) Ya Allah Engkau Maha Sejahtera, dan dari-Mu lah kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai Rabb pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”

Bacaan Wirid Kedua

لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرُ، اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْت، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِ مِنْكَ الْجَدُّ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir. Allahumma laa maani’a limaa a’thayta, wa laa mu’thiya limaa mana’ta, wa laa yamfa’u dzaljaddi min kaljaddu.

Artinya: “Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau beri, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya dari (siksa)- Mu.”

Bacaan Wirid Ketiga

لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لَا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلا بالله ، لا إِلَهَ إلا الله ولا نَعْبُدُ إلَّا إِيَّاهُ، لَهُ النِعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir. Laa hawla wa laa kuwwata illa billaah, laa ilaaha illallaah, walaa na’budu illaa iyyaahu, lahunni’matu walahul fadhlu walahuts tsanaaul hasanu, laa ilaaha illallaåh mukhlishiyna lahuddiyn walaw karihal kaafiruun.

Artinya: “Tidak ada llah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tidak ada llah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah. Kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Baginya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”

Bacaan Wirid Keempat

لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, yuhyiy wa yumiytu wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.

Artinya: “Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang menghidupkan (orang yang sudah mati atau memberi ruh janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 10x setiap selesai sholat Maghrib dan Subuh).

Bacaan Wirid Kelima

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Allahumma a-‘inniy ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.

Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.”

Membaca Tasbih, Tahmid, Takbir

سُبْحَانَ اللهُ

Subhaanaallaah (33x)

Artinya: “Mahasuci Allah”

الْحَمْدُ لِلَّهِ

Alhamdulillah (33x)

Artinya: “Segala puji bagi Allah”

اللهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar (33x)

Artinya: “Allah Maha Besar”

Digenapkan menjadi seratus dengan membaca:

لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illallaåh wahdahu laa syarikalah, lahul mulku, walahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syay-in qådiir.

Artinya: “Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Membaca Al Ikhlas

قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ ١ اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ ٢ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ ٣ وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ ࣖ ٤

qul huwallāhu aḥad allāhuṣ-ṣamad lam yalid wa lam yụlad wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Membaca Al Falaq

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ ١ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ ٢ وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ ٣ وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ ٤ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ ٥

qul a’ụżu birabbil-falaq min syarri mā khalaq wa min syarri gāsiqin iżā waqab wa min syarrin-naffāṡāti fil-‘uqad wa min syarri ḥāsidin iżā ḥasad

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh) dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

Membaca An Nas

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١ مَلِكِ النَّاسِۙ ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ ٦

qul a’ụżu birabbin-nās malikin-nās ilāhin-nās min syarril-waswāsil-khannās allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nās minal-jinnati wan-nās

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”

Membaca Ayat Kursi

الله لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

Allaahu laa ilaaha illaa huu, al hayyul qoyyum, la ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardh. Man djalladjii yasyfa’u ‘indahuu illa bi idjnih. Ya’lamu maa bayna aydiihim wa maa kholfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syay-im min ‘ilmihii illa bi maa syaa-a. Wasi’a kursiiyyuhussamaawaati wal ardh. Walaa ya- uuduhuu hifzhuhumaa. Wa huwal’aliiyul ‘azhiim.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Bacaan ayat kursi sebagai wirid setelah sholat fardhu tersebut terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 255.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Dzikir dan Doa setelah Sholat Tahajud Lengkap Latin dan Artinya


Jakarta

Ibadah sholat Tahajud bisa ditutup dengan dzikir dan doa. Membaca dzikir dan doa setelah sholat Tahajud memiliki keutamaan tersendiri.

Dzikir dan doa setelah sholat Tahajud tidak hanya berfungsi untuk memohon ampunan dan berkah, tetapi juga diyakini sebagai waktu yang mustajab untuk dikabulkannya segala doa dan harapan.

Setelah melaksanakan sholat Tahajud, umat Islam dianjurkan untuk membaca doa yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.


Berikut ini bacaan dzikir dan doa setelah sholat Tahajud yang dikutip dari buku Tuntunan Sholat Tahajud karya H. Sayuti.

Bacaan Doa setelah Sholat Tahajud Arab, Latin, dan Artinya

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ.

اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq.

Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar.

Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepada-Mu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya pada-Mu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Selesai membaca doa di atas, kemudian perbanyaklah membaca istighfar seperti berikut:

اللهُمَّ أَنتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَى وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنتَ

Latin: Allaahumma anta rabbi laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa alaa ‘ahdika wa wa’dika mas- tatha’tu a’uudzubika min syarri maa shana’tu abuu-uka bini’matika ‘alayya wa abuu-u laka bidzanbii faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta.

Artinya: “Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tiada Tuhan yang patut disembah melainkan Engkau, Dzat yang menjadikan kami dan kami adalah hamba-Mu, dan kami pun dalam ketentuan-Mu serta janji-Mu semampu apa yang telah kami lakukan, kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa saja yang kami perbuat, kami mengakui kenikmatan yang telah Engkau berikan kepada kami dan kami juga mengakui dosa kami, karena itu berilah ampunan kepada kami, sebab sesungguhnya tidak ada yang bisa memberi ampunan kecuali hanya Engkau.”

Bacaan Dzikir setelah Sholat Tahajud Arab, Latin, dan Artinya

Untuk menyempurnakan sholat Tahajud, dianjurkan setelah selesai membaca doa sholat Tahajud melanjutkannya dengan membaca wirid atau dzikir sholat Tahajud.

Dzikir ini menjadi pelengkap yang memberikan ketenangan dan membawa keberkahan setelah melaksanakan sholat Tahajud. Berikut adalah dzikir setelah sholat Tahajud:

Membaca Istighfar 100 Kali

اسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ وَاتُوبُ اللَّهِ

Latin: Astaghfirullahal ‘adhiim wa atuubu ilaihi.

Artinya: “Kami memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan kami pun bertaubat kepada-Nya.”

Membaca Sholawat 100 Kali

اللهمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Latin: Allahumma shalli ‘ala sayyidinaa mu- hammadin wa ‘ala aali sayyidina muhammad.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada penghulu kami Muhammad dan keluarganya.”

Bertawasul

Tawasul ditujukan kepada Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarga beliau, Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Ahmad Ad-Darhabi, kedua orangtua, dan kepada seluruh kaum muslimin serta muslimat.

Membaca Asmaul Husna

يَا لَطِيفُ يَا مُعَةٌ يَا حَميدُ يَا جَلِيلُ

Latinnya: Yaa lathiifu yaa muizzu yaa hamiidu yaa jaliilu.

Artinya: “Wahai Dzat yang memberi kelembutan, wahai Dzat yang memberi kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Terpuji, wahai Dzat yang mempunyai kebesaran.”

Berdoa Sesuai Keinginan

Dengan istiqamah dalam melaksanakan dzikir dan doa setelah sholat Tahajud, diharapkan doa-doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah SWT, serta memberikan ketenangan hati dan keberkahan hidup.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Allahumma Ajirni Minannar, Doa agar Terhindarkan dari Siksa Neraka


Jakarta

Dalam Islam, siksa neraka digambarkan sungguh mengerikan. Oleh karena itu, penting bagi kita senantiasa berdoa dan memohon kepada Allah SWT supaya kelak terhindar dari azab siksa neraka.

Untuk memohon siksa neraka kepada Allah SWT, kita bisa mengucapkan doa ‘allahumma ajirni minannar’ ini lafadz. Simak tata cara, dasar hukum, dan keutamaan dari bacaan allahumma ajirni minannar berikut ini.

Allahuma Ajirni Minannar Tulisan Arab dan Artinya

Berikut lafadz doa terhindar dari siksa neraka:


اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ

(Allahumma ajirni minan naar)

Artinya: “Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka.”

Hadits tentang Allahumma Ajirni Minannar

Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk membaca ‘allahumma ajirni minannar’ sebanyak tujuh kali, selepas salat maghrib dan salat subuh. Dengan harapan agar bisa dijauhkan dan diselamatkan dari siksa neraka serta azab di dalamnya.

Berikut hadits yang menjelaskan doa tersebut:

إِذَا انْصَرَفْتَ مِنْ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ فَقُلْ اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ النَّارِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ ذَلِكَ ثُمَّ مِتَّ فِي لَيْلَتِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارٌ مِنْهَا وَإِذَا صَلَّيْتَ الصُّبْحَ فَقُلْ كَذَلِكَ فَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ فِي يَوْمِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارٌ مِنْهَا

Artinya:
” Jika engkau selesai dari shalat Maghrib maka bacalah ‘Allahumma ajirnii minan naari’ sebanyak tujuh kali, jika kamu baca doa itu kemudian kamu meninggal pada malam itu juga, maka akan ditetapkan bahwa kamu terbebas dari neraka. Jika kamu selesai dari shalat subuh maka bacalah doa itu juga, jika pada hari itu kamu meninggal, maka akan ditetapkan bahwa kamu terbebas dari neraka.” (HR Abu Daud)

Tata Cara Melakukan Doa Terhindar dari Api Neraka

Doa allahumma ajirni minannar, bisa kamu bacakan setelah salat bersama dengan wirid atau dzikir setelah shalat.

Mengutip dari NU Online (31/5/2024), adapun tata cara melakukan dzikirnya:

1. …اَسْتَغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْمَ (Astaghfirullahal adhim) 3x

2. …لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهْ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ (La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyi wa yumit wa huwa ‘ala kulli syaiin qodir) 3x

2. …اَللّهُمَّ اَجِرْنَا مِنَ النَّارِ (allahumma ajirna minannar) 3x

3.اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ (Allahumma antas salam wa minkas salam wa ilaika ya’udus salam fahayyina rabbana bissalam wa adkhilnal jannata daras salam tabarakta rabbana wa ta’alaita ya dzal jalali wal ikram)

Manfaat Membaca Allahumma Ajirni Minannar

Dirawayatkan pada sebuah hadits oleh Imam Ahmad, jika kamu membaca doa allahumma ajirni minannar setelah salat maghrib dan subuh dan mati pada hari itu juga, maka kamu akan langsung dijauhkan dari api neraka.

إِذَا صَلَّيْتَ الصُّبْحَ فَقُلْ قَبْلَ أَنْ تُكَلِّمَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ “اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ” سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ مِنْ يَوْمِكَ ذَلِكَ كَتَبَ اللهُ لَكَ جِوَارًا مِنَ النَّارِ، وَإِذَا صَلَّيْتَ الْمَغْرِبَ فَقُلْ قَبْلَ أَنْ تُكَلِّمَ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ “اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ النَّارِ” سَبْعَ مَرَّاتٍ، فَإِنَّكَ إِنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ كَتَبَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَكَ جِوَارًا مِنَ النَّارِ.

Artinya:

“Apabila kamu selesai shalat subuh, bacalah doa berikut sebelum kamu berbicara dengan orang lain: ‘Allahumma aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika pada hari itu kamu mati maka Allah akan menetapkan bahwa kamu jauh dari neraka. Jika kamu selesai shalat maghrib, ucapkanlah doa ini sebelum kamu berbicara dengan orang lain: ‘Allahumma aajirnii minan naar’ 7 kali. Jika malam itu kamu mati, maka Allah tetapkan bahwa kamu jauh dari neraka.”

Belum lagi ditambah dengan keutamaan wirid atau dzikir setelah saalat, tentu akan banyak datang kebaikan jika kita menyempatkannya bukan?

Itu dia ulasan mengenai bacaan allahumma ajirni minannar yang artinya “Ya Allah, lindungilah aku dari api neraka.” Semoga kita senantiasa terhindarkan dari siksa neraka dan segala azabnya. Amin.

(khq/khq)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa setelah Sholat Witir, Bisa Diamalkan Tiap Malam


Jakarta

Bacaan doa setelah sholat witir dapat menjadi amalan setelah mengerjakan sholat malam hari dengan rakaat ganjil. Doa ini berisi pujian sekaligus permohonan agar Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan.

Sholat witir termasuk salah satu sholat sunnah malam yang bisa dikerjakan setiap muslim. Anjuran sholat witir didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Ia berkata,

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ


Artinya: “Kekasihku Rasulullah SAW berpesan kepadaku untuk selalu puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan dua rakaat Dhuha dan mengerjakan sholat Witir sebelum aku tidur.” (Muttafaq ‘Alaih)

Mengutip Buku Panduan Shalat Doa & Dzikir karya Ustaz A. Solihin As Suhaili sholat witir didefinisikan sebagai sholat sunnah malam yang jumlah rakaatnya ganjil. Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum sholat witir adalah sunnah muakkad yang artinya sangat dianjurkan.

Dalam hadits dijelaskan, “Sholat witir adalah amalan yang mesti dilaksanakan, bukan wajib dilaksanakan, maka siapa yang ingin sholat witir lima rakaat, maka hendaklah ia melaksanakan dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir satu rakaat, maka hendaklah ia laksanakan.” (HR Abu Ayyub Al-Anshari)

Sholat witir dikerjakan malam hari, batas waktunya yakni setelah sholat Isya hingga terbit fajar yaitu tiba waktu subuh.

Bacaan Doa setelah Sholat Witir

Mengutip buku 300 Doa dan Zikir Pilihan yang diterbitkan Gema Insani, Rasulullah SAW ketika sholat witir membaca surat “Sabbihisma rabbikal-a’la,” “Qulya ayyuhal-kaafirun,” dan “Qulhuwallahu ahad.” Setelah malam kemudian membaca, “Subhanall malikil quddus” (Mahasuci Engkau ya Allah) tiga kali. Dan pada bacaan yang ketiga hendaknya ia memanjangkan dan mengangkat suaranya. Kemudian diteruskan dengan “Rabbul malaa’ikati warruuh” (Tuhan para Malaikat dan Malaikat Jibril).” (HR Nasa’i dan Daru Quthni)

Rangkaian doa setelah sholat witir dapat dimulai dengan membaca syahadat, istighfar dan permohonan ridho dan surga Allah SWT.

Kemudian dapat dilanjutkan dengan bacaan wirid. Berikut wirid atau bacaan zikir setelah menunaikan sholat witir,

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك رِضَاك وَالْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِك مِنْ سَخَطِك وَالنَّارِ

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ

اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

يَا كَرِيْمُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاك مِنْ سَخَطِك وَبِمُعَافَاتِك مِنْ عُقُوبَتِك وَأَعُوذُ بِك مِنْك لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْك أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْت عَلَى نَفْسِك

Arab latin: Asyhadu an lā ilāha illallāh, Astaghfirullāh,

Allāhumma innī as’aluka ridhāka wal jannah, wa a’ūdzu bika min sakhathika wan nār (3 kali)

Subhānal malikil quddūs (3 kali) Subbūhun, quddūsun, rabbunā wa rabbul malā’ikati war rūh

Allāhumma innaka ‘afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annī (3 kali)

Yā karīmu, bi rahmatika yā arhamar rāhimīna

Allāhumma inī a’ūdzu bi ridhāka min sakhathika, wa bi mu’āfātika min ‘uqūbatika. Wa a’ūdzu bika minka, lā uhshī tsanā’an alayka anta kamā atsnayta ‘alā nafsika.

Setelah wirid bisa dilanjutkan membaca doa setelah sholat witir berikut.

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ إِيْمَانًا دَاِئمًا وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ أَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allaahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman. Wa nas’aluka qalban khaasyi’an wa nas’aluka ‘ilman naafi’an. Wa nas’aluka yaqiinan shaadiqan. Wa nas’aluka ‘amalan shaalihan. Wa nas’aluka diinan qayyiman. Wa nas’aluka khairan katsiiran. Wa nas’alukal- ‘afwa wal- ‘aafiyah. Wa nas’aluka tamaamal-aafiyah.

Wa nas’alukasy-syukra alal-aafiyati wa nas’alukal-ghinaa’a anin-naas. Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharuu’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa allaah ya allaah ya allaah ya arhamar-raahimiin.

Wa shallallaahu alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihii wa shahbihii ajma iina wal hamdullillaahi rabbil aalaamiin.

Artinya: “Ya Allah, kami mohon pada-Mu, iman yang langgeng, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar,amal yang saleh, agama yang lurus, kebaikan yang banyak.

Kami mohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kesehatan yang sempurna, kami mohon kepada-Mu bersyukur atas karunia kesehatan. Kami mohon kepada-Mu kecukupan terhadap sesama manusia. Ya Allah, Tuhan kami terimalah dari kami: sholat, puasa, ibadah, kekhusyukan, rendah diri dan ibadah kami, dan sempurnakanlah segala kekurangan kami.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Dan semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad SAW, demikian pula keluarga dan para sahabatnya secara keseluruhan. Serta segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Setelah Sholat Witir: Arab, Latin dan Terjemahannya


Jakarta

Membaca doa setelah sholat witir memiliki banyak keutamaan, di antaranya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, memohon perlindungan dari segala keburukan, dan memohon ampunan atas dosa-dosa.

Sholat Witir adalah sholat sunnah malam yang dianjurkan bagi setiap muslim berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW melalui sahabat Abu Hurairah.

أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ : صَوْمِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ


Artinya: “Kekasihku Rasulullah SAW berpesan kepadaku untuk selalu puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan dua rakaat Dhuha dan mengerjakan sholat Witir sebelum aku tidur.” (Muttafaq ‘Alaih)

Mengacu pada Buku Panduan Shalat Doa & Dzikir karya Ustaz A. Solihin As Suhaili, sholat witir adalah sholat sunnah malam dengan rakaat ganjil. Hukumnya sangat dianjurkan (sunnah muakkad) oleh sebagian ulama.

Dalam hadits dijelaskan, “Sholat witir adalah amalan yang mesti dilaksanakan, bukan wajib dilaksanakan, maka siapa yang ingin sholat witir lima rakaat, maka hendaklah ia melaksanakan dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir tiga rakaat, maka hendaklah ia laksanakan, dan siapa yang ingin sholat witir satu rakaat, maka hendaklah ia laksanakan.” (HR Abu Ayyub Al-Anshari)

Sholat Witir dilaksanakan pada malam hari, mulai setelah Isya hingga sebelum Subuh.

Doa Setelah Sholat Witir

Menurut buku 300 Doa dan Zikir Pilihan yang diterbitkan Gema Insani, Rasulullah SAW membaca surat Al-A’la, Al-Kafirun, dan Al-Ikhlas saat sholat Witir. Setelahnya, beliau berdzikir ‘Subhanallah malikul quddus’ sebanyak tiga kali, dengan pengucapan yang panjang dan keras pada dzikir ketiga. Kemudian, beliau melanjutkan dengan dzikir ‘Rabbul malaa’ikati warruuh’. (HR Nasa’i dan Daru Quthni)

Setelah sholat Witir, kita bisa memulai rangkaian doa dengan mengucapkan syahadat, istighfar, dan memohon ridho Allah. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca wirid. Berikut bacaannya:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُك رِضَاك وَالْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِك مِنْ سَخَطِك وَالنَّارِ

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ

اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

يَا كَرِيْمُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاك مِنْ سَخَطِك وَبِمُعَافَاتِك مِنْ عُقُوبَتِك وَأَعُوذُ بِك مِنْك لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْك أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْت عَلَى نَفْسِك

Arab latin: Asyhadu anlaa ilāha illallāh, Astaghfirullāh,

Allāhumma innī as’aluka ridhākawal jannah, wa a’ūdzu bika minsakhathika wannār (3 kali)

Subhānal malikil quddūs (3 kali) Subbūhun, quddūsun, rabbunā warabbul malā’ikati warrūh

Allāhumma innaka ‘afuwwun karīmun tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘annī (3 kali)

Yā karīmu, birahmatika yā arhamarrāhimīn

Allāhumma inī a’ūdzu biridhāka min sakhathika, wabi mu’āfātika min ‘uqūbatika. Wa a’ūdzubika minka, lā uhshī tsanā’an alayka anta kamā atsnayta ‘alā nafsika.

Setelah selesai berwirid, kita bisa melanjutkan dengan doa-doa berikut ini:

أَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْاَلُكَ إِيْمَانًا دَاِئمًا وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا وَنَسْأَلُكَ عَمَلًا صَالِحًا وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ أَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا أَللهُ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Arab latin: Allaahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman. Wanas’aluka qalban khaasyi’an wanas’aluka ‘ilman naafi’an. Wanas’aluka yaqiinan shaadiqan. Wanas’aluka ‘amalan shaalihan. Wanas’aluka diinan qayyiman. Wanas’aluka khairan katsiiran. Wanas’alukal- ‘afwa wal- ‘aafiyah. Wanas’aluka tamaamal-aafiyah.

Wanas’alukasy-syukra alal-aafiyati wanas’alukal-ghinaa’a aninnaas. Allaahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa washiyaamanaa waqiyaamanaa watakhasysyu’anaa watadharuu’anaa wata’abbudanaa watammim taqshiiranaa yaa allaah ya allaah ya allaah ya arhamar-raahimiin.

Wa shallallaahu alaa khairi khalqihi sayyidinaa muhammadin wa alaa aalihii washahbihii ajma iina walhamdullillaahi rabbil aalaamiin.

Artinya: “Ya Allah, kami mohon pada-Mu, iman yang langgeng, hati yang khusyuk, ilmu yang bermanfaat, keyakinan yang benar,amal yang saleh, agama yang lurus, kebaikan yang banyak.

Kami mohon kepada-Mu ampunan dan kesehatan, kesehatan yang sempurna, kami mohon kepada-Mu bersyukur atas karunia kesehatan. Kami mohon kepada-Mu kecukupan terhadap sesama manusia. Ya Allah, Tuhan kami terimalah dari kami: sholat, puasa, ibadah, kekhusyukan, rendah diri dan ibadah kami, dan sempurnakanlah segala kekurangan kami.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih. Dan semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada makhluk-Nya yang terbaik, Nabi Muhammad SAW, demikian pula keluarga dan para sahabatnya secara keseluruhan. Serta segala puji milik Allah Tuhan semesta alam.”

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Ini Waktu Terbaik Membaca Sayyidul Istighfar dan Keutamaannya


Jakarta

Membaca sayyidul istighfar tidak hanya mendatangkan pahala yang besar, tetapi juga luasnya ampunan Allah SWT bagi umat Islam, mengingat kedudukannya sebagai raja dari segala bacaan istighfar.

Dalam buku Amalan-Amalan Ringan yang Dirindukan Surga karya Ahmad Zacky El-Syafa, diceritakan tentang seorang ulama yang meninggal dunia dan kemudian dikubur. Seseorang bermimpi bertemu dengan ulama tersebut. Dalam mimpi itu, orang-orang bertanya kepadanya, “Apakah yang telah dilakukan Allah kepadamu?” Ulama itu menjawab, “Allah SWT memberikan ampunan secara umum dan khusus.”

Setelah itu mereka bertanya lagi, “Apakah nasehat engkau kepada kami?” Ulama itu menjawab, “Aku menyarankan agar kalian hendaknya membaca sayyidul istighfar (rajanya istighfar).”


Kisah tersebut menunjukkan betapa besarnya ampunan Allah SWT dari amalan ini. Terlebih lagi, keutamaan dan manfaat sayyidul istighfar akan semakin terasa ketika dibaca pada waktu-waktu-waktu tertentu. Lantas, kapan waktu terbaik membaca sayyidul istighfar?

Bacaan Sayyidul Istighfar

Dalam kitab Al-Adzkar terjemahan Bahrun Abu Bakar, Imam Nawawi mengutip hadits riwayat Shahih Bukhari melalui Syaddad ibnu Aus RA yang ia terima dari Nabi SAW yang telah bersabda bahwa rajanya istighfar atau sayyidul istighfar adalah:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

Arab Latin: Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkaulah Yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu, aku berada pada ikrar dan janji- Mu menurut kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang kuperbuat, aku mengakui semua nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah daku, karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengam- puni dosa selain Engkau.” (HR. Bukhari)

Kapan Waktu Membaca Sayyidul Istighfar?

Waktu terbaik untuk membaca sayyidul istighfar adalah pada pagi dan sore hari, karena kedua waktu tersebut memiliki keutamaan yang besar. Imam Nawawi menjelaskan bahwa apabila seorang muslim membaca sayyidul istighfar di sore hari dan kemudian meninggal sebelum malam tiba, ia akan dijamin masuk surga dan termasuk golongan ahli surga.

Dan jika seorang muslim membaca sayyidul istighfar ini di pagi hari, kemudian meninggal pada hari itu, ia juga dijamin masuk surga dan termasuk ahli surga. Oleh karena itu, sayyidul istighfar sering disebut sebagai dzikir pagi dan petang karena keutamaan besar yang terkandung di dalamnya pada kedua waktu tersebut.

Selain itu, menurut Abdul Majid dan Isfa’udin dalam buku Tiket Ke Surga (Doa2 Mustajab) yang ditulisnya, sayyidul istighfar juga bisa dibaca setiap selesai salat fardhu. Doa ini dapat digunakan sebagai upaya agar terhindar dari perbuatan dosa.

Maka, marilah kita membaca sayyidul istighfar, baik di waktu pagi dan sore, maupun setelah salat fardhu, sebagai bentuk dzikir rutin yang penuh keberkahan.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Wirid Fatimah az-Zahra, Hadiah dari Rasulullah SAW saat Putrinya Mengeluh Lelah



Jakarta

Kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap putrinya tidak lantas membuat Beliau memanjakan secara berlebihan. Fatimah Az-Zahra diajari membaca wirid oleh Nabi Muhammad SAW ketika ia mengeluh lelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Fatimah az-Zahra Radhiyallahu Anha, putri tercinta Nabi Muhammad SAW menikah dengan Ali bin Abi Thalib yang juga merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Ketika menikah, keduanya hidup serba sederhana.

Dikutip dari buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman dikisahkan bahwa ketika menikah, perlengkapan rumah tangga yang dimiliki Fatimah dan Ali hanyalah dua buah batu penumbuk gandum, dua buah tempat air dari kulit kambing, bantal yang terbuat dari ijuk pohon kurma, dan sedikit minyak wangi.


Mereka juga tidak punya pembantu atau pelayan. Fatimah bekerja seorang diri, mengerjakan seluruh pekerjaan rumah hingga kedua tangannya kasar dan melepuh.

Sang suami, Ali ra seringkali membantu pekerjaan istrinya di rumah. Namun tetap saja pekerjaan ini terasa berat.

Fatimah Meminta Pembantu pada Nabi Muhammad SAW

Suatu ketika Rasulullah SAW pulang dari salah satu peperangan dengan membawa tawanan dan harta rampasan perang dalam jumlah cukup banyak. Ali ra kemudian menyarankan kepada istrinya untuk meminta seorang pembantu kepada beliau agar bisa meringankan pekerjaan rumah tangganya. Fatimah pun menyetujuinya.

Putri Rasulullah SAW itu pergi menemui ayahnya. Tiba di hadapan sang ayah, Fatimah ditanya, “Apa keperluanmu, Putriku?”

Fatimah terdiam. la tidak kuasa mengatakan maksud kedatangannya.

la hanya berkata, “Tidak ada, wahai Rasulullah. Aku ke sini hanya untuk menyampaikan salam kepadamu.”

Kemudian Fatimah beranjak pulang ke rumahnya. Saat tiba di rumah, sang suami telah menunggunya dan bertanya, “Bagaimana hasilnya, wahai Istriku?”

“Aku tak kuasa mengatakannya kepada Rasulullah. Aku merasa malu meminta seorang pembantu kepadanya,” Fatimah menjawab pelan.

“Bagaimana kalau kita berdua mendatangi Rasulullah?” saran Ali.

Fatimah ra. menganggukkan kepala, kemudian mereka pergi menghadap Rasulullah SAW untuk menyampaikan keinginan mereka. Namun, tanggapan Rasulullah SAW sungguh di luar perkiraan mereka.

Beliau berkata, “Demi Allah, aku tidak akan memberi kalian, sementara banyak fakir miskin kaum Muslim dengan usus berbelit-belit karena kelaparan.”

Rasulullah SAW Mengajari Wirid pada Fatimah az-Zahra

Malam hari itu, Rasulullah SAW mendatangi Fatimah dan Ali. Keduanya sudah berbaring di tempat tidur dan bersiap untuk istirahat.

Mereka bangkit menyambut kedatangan ayahanda yang mulia. Namun, beliau berujar lembut, “Tetaplah di tempat kalian!”

Rasulullah SAW kemudian bersabda,

أَلَا أُعَلِّمُكُمَا خَيْرًا مِمَّا سَأَلْتُمَا إِذَا أَخَذْتُمَا مَضَاجِعَكُمَا أَنْ تُكَبِّرَا اللَّهَ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ وَتُسَبِّحَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَتَحْمَدَاهُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَهْوَ خَيْرٌ لَكُمَا مِنْ خَادِمٍ

Artinya: “Maukah kalian berdua aku ajarkan sesuatu yg lebih baik daripada apa yg kalian minta? Apabila kalian berbaring hendak tidur, maka bacalah takbir tiga puluh empat kali, tasbih tiga puluh tiga kali, dan tahmid tiga puluh tiga kali. Sesungguhnya yang demikian itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu”. (HR. Muslim)

“Sejak malam itu,” Ali menuturkan, “Aku tidak pernah meninggalkan wiridan yang diajarkan Rasulullah.

Amalan ini juga dapat diamalkan oleh seluruh umat muslim. Wirid ini bisa menjadi obat kala lelah bekerja, sesungguhnya Allah SWT meridhoi orang-orang yang bekerja dalam mencari rezeki halal.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com