Tag Archives: x

Ramai Warga +62 Keluhkan Gejala Batuk-Pilek, Dokter Paru Ungkap Kemungkinan Pemicu


Jakarta

Belakangan, keluhan batuk dan pilek ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warganet mengaku mengalami gejala hidung tersumbat, tenggorokan gatal, hingga demam ringan yang tak kunjung membaik meski sudah berhari-hari.

“Kayaknya lagi musim batuk pilek.. suaraku jadi kaya lanang gara² batuk 🥸 jaga kesehatan gusy,” kata salah satu pengguna X, dikutip Rabu (8/10/2025).

“Puyeng banget batuk pilek gak sembuh,” ujar pengguna X lainnya.


“Capek sumpah cuaca kaya gini bawaannya batuk pilek trus ujung ujungnya engap,”kata pengguna lainnya.

Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan, SpP(K) mengatakan belakangan memang banyak yang mengeluhkan dengan gejala seperti COVID, tetapi umumnya tak melakukan tes PCR.

Mengacu dari data terbatas, Prof Erlina mengatakan memang terjadi peningkatan kasus influenza dan COVID-19. Karenanya ia juga menyarankan agar protokol kesehatan, seperti memakai masker dan mencuci tangan, kembali diterapkan.

“Dari data yg terbatas memang terjadi peningkatan keduanya (flu-COVID),” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (8/10).


Sementara itu, spesialis paru dr Agus Susanto, SpP(K) mengatakan memang belakangan banyak ditemukan kasus influenza.

“Ya kalau virus influenza banyak kasus saat ini,” imbuhnya lagi.

Terkait pemicunya, dr Erlina menduga hal ini berkaitan dengan perubahan cuaca ekstrem, seperti pada musim pancaroba atau musim hujan, karena virus lebih mudah menyebar dan daya tahan tubuh menurun.

(suc/up)



Sumber : health.detik.com

Prancis Akan Akui Negara Palestina, Saudi-Yordania Puji Macron



Jakarta

Presiden Prancis Emmanuel Macron memutuskan negaranya akan mengakui kemerdekaan Palestina. Langkah bersejarah ini menuai pujian dari Arab Saudi dan Yordania.

Dilansir detikNews, Macron mengumumkan rencana tersebut pada Kamis (24/7/2025) waktu setempat. Prancis akan mengakui negara Palestina di Majelis Umum Perserikatan Banga-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

“Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.


Keputusan Macron itu menuai pujian dari Arab Saudi. Kerajaan menegaskan konsensus internasional tentang hak Palestina untuk mendirikan negara merdeka.

“Kerajaan memuji keputusan bersejarah ini, yang menegaskan kembali konsensus komunitas internasional tentang hak rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara merdeka mereka di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam pernyataan, dilansir dari Al Arabiya, Jumat (25/7/2025).

“Kerajaan menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan oleh negara-negara untuk menerapkan resolusi internasional dan menegakkan hukum internasional,” imbuh pernyataan itu.

Arab Saudi juga menyerukan semua negara yang belum mengakui kemerdekaan Palestina untuk mengambil langkah positif seperti yang dilakukan Prancis. Pihaknya juga minta negara-negara lain untuk mendukung perdamaian dan hak-hak sah rakyat Palestina.

Selain Arab Saudi, Yordania juga mengapresiasi keputusan Macron. “Ini adalah langkah ke arah yang benar menuju terwujudnya solusi dua negara dan berakhirnya pendudukan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sufian Qudah, dalam sebuah pernyataan.

Status kenegaraan Palestina kini telah mendapat pengakuan oleh 142 negara, termasuk Prancis yang tengah berencana mengumumkan pada September. Sementara Israel dan Amerika Serikat sangat menentang pengakuan tersebut.

Berita selengkapnya baca di sini.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Kian Banyak Bangsa Eropa Akui Negara Palestina, Setelah Prancis Kini Inggris



Jakarta

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan Inggris siap mengakui negara Palestina. Langkah ini menanggapi meningkatnya kemarahan publik atas krisis kelaparan di Gaza.

Dilansir Reuters, Starmer menyatakan hal itu pada Selasa (29/7/2025), sehari setelah pembicaraan di Skotlandia dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Trump sendiri keberatan dengan rencana Inggris tersebut.


Inggris berencana mengakui kemerdekaan Palestina di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang. Starmer mengatakan pihaknya akan merealisasikan pernyataan itu kecuali Israel mengambil tindakan untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza, tak ada aneksasi Tepi Barat, dan berkomitmen pada solusi dua negara.

“Rakyat Palestina telah menanggung penderitaan mengerikan,” ujar Starmer dilansir Reuters.

“Sekarang, di Gaza, karena kegagalan bantuan yang dahsyat, kami melihat kelaparan, anak-anak yang terlalu lemah untuk berdiri, gambaran yang akan terus kami ingat seumur hidup. Penderitaan ini harus diakhiri,” tegasnya.

Kementerian Luar Negeri Israel turut menanggapi pernyataan Inggris. Dalam sebuah unggahan di X, pihaknya menyebut langkah Inggris merupakan “hadiah bagi Hamas” dan akan merugikan upaya gencatan senjata.

Langkah Inggris untuk mengakui negara Palestina di PBB akan menjadi kekuatan tambahan bagi Barat. Menyusul pengumuman yang sebelumnya disampaikan Prancis pada pekan lalu.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan negaranya akan mengakui kemerdekaan Palestina.

“Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.

Keputusan tersebut mendapat pujian dari Arab Saudi. Kerajaan juga menyerukan negara-negara lain untuk melakukan langkah positif seperti yang dilakukan Prancis.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Daftar Negara yang Kini Akui Palestina sebagai Negara



Jakarta

Status kenegaraan Palestina kian mendapat pengakuan dari banyak negara. Terbaru, dua kekuatan dari Eropa masuk dalam daftar.

Berdasarkan data yang dilansir Al Jazeera dari Kementerian Luar Negeri Palestina dan agensi berita, per 10 April 2025, negara Palestina diakui sebagai negara berdaulat oleh 147 negara atau sekitar 75 persen dari anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Negara Palestina juga mendapat pengakuan dari Takhta Suci, badan pemerintahan Gereja Katolik dan Kota Vatikan, yang memegang status pengamat PBB.


Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron memutuskan akan mengakui negara Palestina di Majelis Umum PBB pada September mendatang. Prancis, kata Macron, berkomitmen terhadap perdamaian di Timur Tengah.

“Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” tulis kepala negara Prancis tersebut di media sosial X dan Instagram.

Menyusul Prancis, Inggris juga menyatakan siap mengakui negara Palestina di Majelis Umum PBB pada September nanti. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan langkah tersebut sebagai tanggapan meningkatnya kemarahan publik atas krisis kelaparan yang melanda Gaza.

Dilansir Reuters, Rabu (30/7/2025), Inggris akan mengakui negara Palestina kecuali Israel mengambil tindakan segera untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk Gaza, tidak ada aneksasi Tepi Barat, dan berkomitmen pada solusi dua negara.

Dengan kekuatan Barat ini, total negara yang mengakui Palestina menjadi 149 negara. Status kenegaraan Palestina pertama kali diakui pada 1988 oleh Iran, tepatnya pada 4 Februari. Kemudian disusul oleh sejumlah negara pada November di tahun yang sama.

Berikut daftar selengkapnya.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Negara Arab dan Islam Kecam Menteri Israel Berdoa di Al-Aqsa



Jakarta

Negara-negara Arab dan Islam mengecam aksi Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan berdoa di sana. Aksi provokatif itu memicu kekhawatiran meningkatnya ketegangan yang tengah berlangsung.

Dilansir Arab News dan Saudi Gazette, Senin (4/8/2025), Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataannya mengatakan “praktik provokatif” yang dilakukan Ben-Gvir memicu konflik di wilayah tersebut.

“Arab Saudi mengecam keras praktik provokatif berulang yang dilakukan oleh pejabat pemerintah pendudukan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa dan menekankan praktik ini memicu konflik di kawasan tersebut,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam pernyataannya di X pada Minggu (3/8/2025), menyusul aksi yang dilakukan Ben-Gvir di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem.


“Kerajaan Arab Saudi terus menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan praktik-praktik pejabat pendudukan Israel, yang melanggar hukum dan norma internasional serta melemahkan upaya perdamaian di wilayah tersebut,” tambah pernyataan itu.

Selain Arab Saudi, Yordania turut mengecam keras aksi Ben-Gvir. Kementerian Luar Negeri Yordania dalam pernyataannya mengatakan tindakan itu sebagai “pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional, provokasi yang tidak dapat diterima dan eskalasi yang dikutuk.”

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Yordania Sufian Qudah juga menegaskan kembali penolakan Yordania atas serangan provokatif berulang yang dilakukan menteri ekstremis Israel terhadap Masjid Al-Aqsa.

“Tindakan-tindakan seperti itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap status quo masjid tersebut dan merupakan upaya memecah belah masjid tersebut secara temporal dan spasial, serta penodaan terhadap kesuciannya,” tegas Qudah.

Yordania sendiri memegang tanggung jawab atas urusan administratif di kompleks Masjid Al-Aqsa lewat Badan Waqf Yerusalem.

Kementerian Luar Negeri Palestina, seperti dilansir Anadolu Agency, menyebut serangan yang dipimpin Ben-Gvir ke Al-Aqsa “bukan insiden yang terisolasi”. Palestina menyebut penyerbuan berulang oleh pejabat Israel menegaskan kebijakan kolonial dan rasis untuk menghilangkan keberadaan Palestina di Yerusalem.

Kelompok jihad Palestina, Hamas, menyebut apa yang dilakukan Ben-Gvir sebagai “tindakan kriminal” yang mengancam perdamaian dan keamanan regional dan internasional.

Sejumlah organisasi negara-negara Islam seperti Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab mengeluarkan pernyataan terpisah yang menyebut aksi Ben-Gvir bersama ribuan pemukim Israel adalah “provokasi serius terhadap sentimen muslim”.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa pada Minggu (3/8/2025) pagi. Dilansir Reuters, Ben-Gvir mengaku berdoa di situs suci tersebut.

Dalam sebuah video yang dirilis organisasi Yahudi bernama Temple Mount Administration, terlihat Ben-Gvir memimpin sekelompok orang berjalan di kompleks tersebut. Video lain memperlihatkan Ben-Gvir sedang berdoa.

Laporan Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, ada 1.251 pemukim yang ikut serta dalam penyerbuan ke kompleks Masjid Al-Aqsa. Mereka melakukan ritual Talmud, menari, dan berteriak hingga mengganggu kesucian masjid.

Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem adalah situs suci ketiga bagi umat Islam. Ini juga menjadi tempat bersejarah umat Kristen dan disucikan oleh umat Yahudi. Aturan yang berlaku di tempat tersebut hanya mengizinkan umat Islam beribadah di sana.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Tak Hanya Makanan, Saat Meninggal pun Warga Gaza Kesulitan Dapat Kain Kafan



Jakarta

Sebuah pemandangan tak biasa tampak terlihat di rumah sakit Gaza hari itu. Selimut-selimut tebal membalut tubuh jenazah warga Palestina yang syahid akibat kejahatan kemanusiaan yang tak kunjung berakhir.

Laporan Reuters, seorang warga Palestina mengatakan kondisi memprihatinkan itu terjadi karena jumlah kain kafan langka akibat pembatasan perbatasan Israel yang terus berlanjut. Sementara, korban tewas terus meningkat setiap harinya.

Jumlah korban tewas bertambah saat krisis kelaparan melanda belakangan ini, di samping bombardir Israel yang menargetkan warga sipil. Pada Senin (4/8/2025) lalu, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat lima orang tewas akibat kelaparan atau malnutrisi dalam 24 jam terakhir. Jumlah ini menambah angka korban kelaparan menjadi 180 orang.


Lembaga Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) menyatakan kelaparan telah menjadi pembunuh baru di Gaza.

“Sebelum bencana kelaparan melanda, pusat distribusi berbasis komunitas yang didukung oleh mitra telah menyediakan makanan dan bantuan kepada dua juta orang yang tersebar di Jalur Gaza,” ujar Komisaris Jenderal UNRWA di X, Senin (5/8/2025), dilansir WAFA.

“Lima bulan setelah upaya berkelanjutan untuk menggantikan respons terkoordinasi PBB dengan empat titik distribusi militer Israel, kelaparan telah menjadi pembunuh terbaru di Gaza,” tambahnya.

Seorang pengungsi lansia di Gaza menceritakan bagaimana krisis makanan melanda mereka. Sudah 10 hari berturut-turut dia tidak makan roti.

“Saya tidak mampu membeli tepung sama sekali. Saya tidak punya uang untuk itu, jadi saya berusaha membeli apa pun yang dibagikan di dapur umum. Warga Gaza kelaparan,” ujarnya kepada UN News baru-baru ini.

Seorang pemuda Gaza, Mohammed Nayfeh, berdiri selama empat jam di tengah keramaian dan teriknya matahari menunggu makanan untuk keluarganya.

“Kami sekarat. Kami butuh dukungan. Kami butuh makanan dan minuman. Di mana dunia ini?” ujarnya, sambil menambahkan tak ada tepung yang dibagikan.

Hidup kesulitan makanan, meninggal pun warga Gaza susah mendapatkan kain kafan. Begitu kondisi yang terjadi saat ini.

Laporan terbaru, sumber medis Gaza mengonfirmasi jumlah korban tewas Palestina akibat serangan balasan Israel sejak 7 Oktober 2023 mencapai 61.020 orang. Setidaknya 150.671 lainnya luka-luka.

Jumlah korban tersebut adalah angka sementara karena banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan yang tidak bisa dijangkau oleh ambulans dan tim penyelamat. Sumber juga mengatakan, setidaknya 644 orang terluka dilarikan ke rumah sakit di Gaza selama 24 jam terakhir.

Warga Gaza tak ingin kondisi buruk yang menimpa mereka terus berkepanjangan. Mereka menginginkan perdamaian, untuk hidup seperti manusia pada umumnya.

“Kami tidak ingin perang, kami ingin perdamaian, kami ingin penderitaan ini berakhir. Kami berada di jalanan, kami semua kelaparan, kami semua dalam kondisi buruk, para perempuan di jalanan, kami tidak punya apa pun untuk menjalani kehidupan normal seperti manusia lainnya, tak ada kehidupan,” ujar Bilal Thari, salah seorang warga Gaza.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Ramai-ramai Sekutu AS Akan Akui Negara Palestina



Jakarta

Suara Barat untuk kedaulatan negara Palestina kian kuat. Sejumlah negara sekutu Amerika Serikat (AS) ramai-ramai akan mengakui Palestina di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.

Dalam pernyataan terbaru hari ini, Senin (11/8), Australia mengatakan akan mengakui negara Palestina. Canberra menegaskan berkomitmen untuk solusi dua negara dan memastikan Hamas tak terlibat dalam negara mana pun nantinya.

“Australia akan mengakui negara Palestina di Sidang Umum PBB ke-80 pada bulan September, untuk berkontribusi pada momentum internasional menuju solusi dua negara, gencatan senjata di Gaza, dan pembebasan sandera,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Senin (11/8/2025).


Albanese menilai solusi dua negara bisa menciptakan perdamaian di Timur Tengah. “Solusi dua negara adalah harapan terbaik umat manusia untuk memutus siklus kekerasan di Timur Tengah dan mengakhiri konflik, penderitaan, dan kelaparan di Gaza,” tegasnya.

Selain Australia, Selandia Baru kemungkinan juga akan mengumumkan pengakuannya terhadap negara Palestina pada forum yang sama. Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peter mengatakan negaranya tengah mempertimbangkan hal tersebut.

Rencana Australia untuk mengakui kedaulatan Palestina akan menjadi tekanan bagi Israel dan membuat AS makin terisolasi dari sekutu utamanya. Akhir bulan lalu, Prancis, yang memiliki hubungan dekat dengan AS selama Perang Revolusi, memutuskan akan mengakui negara Palestina di PBB pada September nanti.

“Sesuai dengan komitmen historisnya untuk perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah, saya telah memutuskan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina. Saya akan membuat pengumuman resmi di Majelis Umum PBB pada bulan September,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron di media sosial X dan Instagram, Kamis (24/7/2025).

Kurang dari sepekan, pernyataan Macron itu disusul Inggris. Diketahui, Inggris adalah sekutu terdekat AS, “Amerika Serikat tak punya sekutu yang lebih dekat daripada United Kingdom” demikian kata Departemen Luar Negeri AS menggambarkan kedekatan mereka.

Inggris, kata Perdana Menteri Keir Starmer, siap mengakui negara Palestina kecuali Israel mengambil tindakan untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza, tak ada aneksasi Tepi Barat, dan berkomitmen untuk solusi dua negara. Langkah tersebut merupakan tanggapan Inggris atas kemarahan publik melihat krisis kelaparan di Gaza.

Dukungan Barat atas negara Palestina juga datang dari negara-negara yang hadir dalam konferensi di New York yang dipimpin Prancis dan Arab Saudi akhir bulan lalu. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot mengatakan pihaknya dan 14 negara lain mengeluarkan deklarasi bersama mendukung Palestina dan terciptanya solusi dua negara.

“Di New York, bersama 14 negara lainnya, Prancis mengeluarkan seruan kolektif: kami menyatakan keinginan kami untuk mengakui Negara Palestina dan mengundang mereka yang belum melakukannya untuk bergabung dengan kami,” tulis Barrot di X, Rabu (30/7/2025), dilansir France24.

Negara yang masuk deklarasi tersebut antara lain Andorra, Australia, Kanada, Finlandia, Prancis, Islandia, Irlandia, Luksemburg, Malta, Selandia Baru, Norwegia, Portugal, San Marino, Slovenia, dan Spanyol.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Anas al-Sharif, Jurnalis Palestina yang Tewas Dibom Israel



Jakarta

Jurnalis Al Jazeera di Gaza, Anas al-Sharif, tewas akibat serangan udara Israel. Ia menjadi sasaran militer Israel atas tuduhan memimpin sel Hamas dan terlibat dalam serangan roket terhadap Israel.

Dilansir Reuters, Anas tewas pada Minggu (10/8/2025) waktu setempat bersama empat rekannya. Pejabat Gaza dan Al Jazeera mengatakan Anas dan jurnalis lainnya tewas dalam sebuah serangan di tenda dekat Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza bagian timur.


Al Jazeera menyebut Anas adalah “salah satu jurnalis paling berani di Gaza”. Pihaknya juga menepis klaim Israel yang menyebut Anas berhubungan dengan Hamas.

“Perintah untuk membunuh Anas Al Sharif, salah satu jurnalis paling berani di Gaza, dan rekan-rekannya merupakan upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana perebutan dan pendudukan Gaza,” kata Al Jazeera.

Anas al-Sharif adalah jurnalis kelahiran Palestina yang vokal menyuarakan kekejaman Israel di Gaza. Ia pernah memenangkan Penghargaan Pulitzer untuk liputan perang Israel-Hamas bersama tim Reuters pada 2024.

Sebelum meninggal, Anas menulis di X tentang kondisi memilukan di Gaza. Ia menyaksikan pengeboman tanpa henti selama dua jam yang menargetkan penduduk sipil Gaza.

Wasiat Anas al-Sharif

Dilansir Al Jazeera, Anas al-Sharif sempat menulis wasiat pada 6 April yang akan ia publikasikan jika ia meninggal. Wasiat tersebut kini telah diunggah di X Anas al-Sharif hari ini.

“Ini adalah wasiat dan pesan terakhirku. Jika kata-kata ini sampai padamu, ketahuilah bahwa Israel telah membunuhku dan membungkam suaraku,” kata Anas mengawali wasiatnya.

Anas mengatakan bahwa Allah SWT mengetahui apa yang ia lakukan untuk membela Gaza. Ia berharap Allah SWT memperpanjang umurnya, tapi takdir berkata lain.

“Saya telah mengalami semua penderitaan itu, merasakan penderitaan, kehilangan berkali-kali, namun saya tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran apa adanya,” ujarnya seraya menyebut agar Allah SWT yang menjadi saksi atas mereka yang diam dan menerima segala penderitaan.

“Kupercayakan Palestina kepadamu–permata Dunia Muslim, detak jantung setiap orang merdeka di dunia ini. Kupercayakan rakyatnya kepadamu, anak-anak yang terzalimi dan tak berdosa yang tak pernah punya waktu untuk bermimpi dan atau hidup aman dan damai. Tubuh mereka yang suci hancur lebur di bawah ribuan ton bom dan rudal Israel, terkoyak dan berserakan di dinding-dinding,” ujarnya.

Anas menuliskan pesan panjangnya menitipkan Palestina kepada dunia. Jurnalis kelahiran Gaza itu juga berpesan agar tak melupakan Gaza di setiap doa.

Tewasnya Anas al-Sharif menambah daftar panjang jurnalis yang gugur akibat serangan brutal Israel di Gaza. Sejak serangan pada 7 Oktober 2023, total ada 237 jurnalis yang tewas, menurut catatan kantor media Gaza yang dikelola Hamas.

(kri/inf)





Sumber : www.detik.com

Gaza Zona Tempur Bahaya, 76 Warga Palestina Tewas Dibom Israel



Jakarta

Israel mengintensifkan serangan ke Jalur Gaza usai menetapkan wilayah tersebut sebagai “zona tempur”. Setidaknya 76 warga Palestina dilaporkan tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat bombardir tanpa henti itu.

Dilansir WAFA, serangan itu berlangsung terus-menerus pada Sabtu (30/8/2025). Israel juga melakukan pembongkaran besar-besaran di beberapa lingkungan termasuk al-Zaytoun dan Sheikh Radwan di Kota Gaza.


Sumber medis setempat melaporkan 38 jenazah telah dipindahkan ke Kompleks Medis al-Shifa, 2 ke klinik Sheikh Radwan, 7 ke Rumah Sakit al-Ahli Arab, 9 ke Rumah Sakit al-Awda, 5 ke Rumah Sakit Syuhada al-Aqsa di Deir al-Balah, dan 15 lainnya ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.

Dalam salah satu pembantaian lainnya, empat warga Palestina dilaporkan terbunuh dan beberapa lainnya terluka ketika sedang mengantre bantuan di wilayah al-Sudaniya di Gaza utara.

Pada hari tersebut, Israel juga melancarkan rentetan serangan di sebuah tenda penampungan dan sebuah toko roti populer di barat Kota Gaza. Setidaknya 12 warga Palestina, 6 di antaranya anak-anak, tewas. Korban tewas juga berjatuhan di lingkungan al-Rimal saat Israel mengebom pemukiman penduduk wilayah itu.

Drone-drone Israel juga menargetkan pemukiman al-Sabra dan al-Zaytoun. Sementara itu di al-Karama, seorang wanita dan anaknya tewas di rumahnya akibat tembakan Israel. Kapal-kapal Israel juga terlihat menembaki garis pantai di Gaza.

Warga Palestina: Tak Ada Tempat Aman

Laporan Al Jazeera, Israel mengumumkan telah melakukan serangan “tahap awal” di Kota Gaza dengan mendeklarasikan pusat kota di wilayah yang dikepung itu sebagai “zona tempur”.

“Kami tidak menunggu. Kami telah memulai operasi awal dan tahap awal serangan terhadap Kota Gaza,” kata juru bicara militer Israel Avichay Adraee dalam salah satu unggahannya di X pada pada Jumat (29/8/2025).

“Saat ini kami beroperasi dengan kekuatan besar di pinggiran kota,” tambahnya.

Seorang warga Gaza, Mohammed Maalouf (50), menggambarkan kondisi warga Gaza yang kehilangan tempat tinggalnya.

“Kami telantar di jalanan, gimana ya? Seperti anjing? Tidak, kami tidak seperti anjing. Anjing (diperlakukan) lebih baik daripada kami,” ujarnya kepada AP.

“Kami tidak punya rumah, kami di jalanan,” tambahnya.

Penduduk terpaksa melarikan diri tanpa arah pasti untuk menghindari serangan brutal Israel. Salah seorang warga, Mohammed Abu Warda, mengatakan tak ada tempat aman.

“Semoga saya bisa mendapat tempat untuk mendirikan tenda… Semua yang ada di sini tak berguna dan di mana-mana tidak aman. Israel menyerang setiap tempat,” ujarnya pada Al Jazeera.

Serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan 63.371 orang, menurut angka yang berhasil tercatat. Sementara 159.835 lainnya dilaporkan luka-luka. Ribuan orang diperkirakan masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang sulit dijangkau.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com