Tag Archives: ya

Apakah Sholat Sendiri di Rumah Tetap Sah bagi Laki-Laki? Ini Penjelasannya


Jakarta

Selain sholat berjamaah, muslim bisa mengerjakannya secara sendiri atau disebut munfarid. Sholat sendiri bisa dilakukan di rumah maupun tempat lainnya.

Meski demikian, keutamaan sholat berjamaah lebih utama dibandingkan sendiri. Menukil buku Panduan Sholat Rosulullah 2 yang disusun Abu Wafa, terdapat hadits yang menyebutkan terkait keutamaannya.

Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia pergi ke rumah Allah (tempat sholat) untuk melaksanakan sholat wajibnya, maka tiap langkahnya salah satunya menghapus dosa dan satunya lagi mengangkat derajat.” (HR Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, diketahui bahwa sholat berjamaah sangat dianjurkan bagi laki-laki ketimbang sendiri. Lalu, apakah sholat sendiri di rumah tetap sah bagi laki-laki?

Apakah Sholat Sendiri di Rumah Tetap Sah bagi Laki-laki?

Mengutip buku Daqu Method dalam Tinjauan Manajemen Pendidikan Islam susunan Tarmizi As Shidiq dkk, sholat berjamaah yang ditegakkan Rasulullah SAW dan para sahabat dilakukan di Masjid Nabawi, Madinah. Para sahabat tidak mengerjakan sholat berjamaah kecuali di masjid, meski sebetulnya diperbolehkan juga melakukan sholat berjamaah di rumah.

Perlu dipahami bahwa sholat berjamaah tidak termasuk dalam syarat sah sholat. Artinya, jika sholat dikerjakan sendiri di rumah maka masih dianggap sah, baik itu laki-laki maupun wanita.

Meski demikian, terdapat hadits yang menyebut bahwa laki-laki lebih diutamakan sholat di masjid. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“”Salat seorang laki-laki dengan berjemaah dibanding salatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan 25 lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudu dengan menyempurnakan wudunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan salat berjemaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan salat, maka malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat salatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan salat selama dia menanti pelaksanaan salat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Laki-laki Lebih Dianjurkan Sholat Berjamaah

Menurut kitab Fathul Mu’in oleh Zainuddin Al Malibari yang dinukil NU Online, dijelaskan bahwa pendapat kuat mengatakan hukum sholat berjamaah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang sudah baligh dan tidak sedang bepergian. Berbeda dengan laki-laki, anjuran berjamaah bagi wanita tidak sekuat anjuran untuk laki-laki.

Oleh sebab itu, hukum meninggalkan sholat berjamaah bagi laki-laki adalah makruh. Sementara itu, perempuan yang meninggalkan sholat berjamaah tidak makruh.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Rasulullah SAW Pernah Larang Ali bin Abi Thalib Poligami, Mengapa Demikian?


Jakarta

Nabi Muhammad SAW pernah melarang Ali bin Abi Thalib RA untuk melakukan poligami. Sebagaimana diketahui, poligami diperbolehkan dalam Islam selama suami bisa berlaku adil dalam memperlakukan istri-istrinya.

Menurut buku Konsepsi Al-Qur’an, Kajian Tafsir Tematik Atas Sejumlah Persoalan Masyarakat Seri 2 yang disusun Mardan, poligami adalah penggalan kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu poli atau polus yang artinya banyak. Kata kedua adalah gamein atau gamos dengan makna perkawinan sehingga jika digabung berarti perkawinan yang memiliki banyak pasangan.

Poligami dalam Islam dibatasi hanya sampai empat orang. Artinya, seorang lelaki hanya boleh menikahi maksimal empat orang istri.


Terkait poligami turut dijelaskan dalam surah An Nisa ayat 3,

وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ

Artinya: “Jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Akan tetapi, jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berbuat zalim.”

Cerita Rasulullah SAW Pernah Larang Ali bin Ali Thalib RA Poligami

Mengutip dari buku Amazing Stories Fatimah karya Zakiah Nur Jannah, Ali bin Abi Thalib RA sempat ingin berpoligami dengan putri Abu Jahal. Mendengar itu, Fatimah Az Zahra yang merupakan istri Ali RA mengadukan hal itu kepada ayahnya, Rasulullah SAW.

“Kaummu mengira bahwa engkau tidak ikut marah apabila putrinya marah. Ali ingin menikahi putri Abu Jahal,” kata Fatimah.

Rasulullah SAW lantas berdiri dan berkata sebagaimana disebutkan dalam hadits,

“Sungguh Fatimah adalah bagian dariku. Aku tidak suka apabila ia disakiti. Demi Allah, putri utusan Allah dan putri musuh Allah tidak bisa berkumpul pada satu suami.” (HR Bukhari dan Muslim)

Turut diterangkan melalui buku Pernikahan Menurut Islam tulisan Samsurizal, Rasulullah SAW melarang Ali bin Abi Thalib RA berpoligami karena beliau merupakan wali dari Ali. Sementara itu, wanita yang ingin dinikahi adalah putri dari Abu Jahal.

Sebagaimana diketahui, Abu Jahal adalah tokoh Quraisy yang sangat benci kepada Islam. Perlawanannya terhadap agama Allah SWT sangat keji sehingga dikhawatirkan timbul fitnah serta pengaruh yang buruk.

Dengan begitu, larangan Rasulullah SAW terhadap Ali bin Abi Thalib RA untuk berpoligami bukan karena melanggar ketentuan Allah SWT. Tetapi, hal tersebut dilakukan demi mencegah fitnah yang akan timbul.

Beliau bersabda,

“Sungguh aku tidak mengharamkan yang halal, tapi demi Allah, tidak akan bersatu putri Rasulullah dengan putri dari musuh Allah SWT dalam satu tempat selama-lamanya.”

Karena kecintaan Ali bin Ali Thalib RA yang luar biasa terhadap Fatimah Az Zahra, akhirnya ia memutuskan untuk tidak menikahi putri Abu Jahal. Mendengar itu, Fatimah merasa lega dan keduanya hidup bahagia sepanjang hayat.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata,

“Aku bertanya kepada Rasulullah SAW di antara kami berdua, siapakah yang lebih engkau cintai, aku atau Fatimah?” Rasulullah SAW menjawab, “Fatimah lebih aku cintai daripada kamu, dan kamu lebih mulia bagiku daripada dia.” (Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, Musnad Abu Ya’la, dan lain-lain)

Istri Boleh Menolak Poligami Jika Tak Sesuai Syariat

Berdasarkan cerita Rasulullah SAW yang melarang Ali bin Abi Thalib RA untuk poligami, maka dapat diketahui bahwa seorang wanita diperbolehkan menolak niatan suaminya untuk berpoligami apabila hal itu dilakukan tidak sesuai syariat Islam. Sebagai contoh, suami menikahi wanita yang telah memiliki suami juga atau wanita musyrik.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 221,

وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكٰتِ حَتّٰى يُؤْمِنَّ ۗ وَلَاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّلَوْ اَعْجَبَتْكُمْ ۚ وَلَا تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّٰى يُؤْمِنُوْا ۗ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ ۗ اُولٰۤىِٕكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ ۖ وَاللّٰهُ يَدْعُوْٓا اِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِهٖۚ وَيُبَيِّنُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ ࣖ ٢٢١

Artinya: “Janganlah kamu menikahi perempuan musyrik hingga mereka beriman! Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Jangan pula kamu menikahkan laki-laki musyrik (dengan perempuan yang beriman) hingga mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Keindahan di Balik Kubah Masjid Nabawi yang Bisa Bergeser Otomatis


Jakarta

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid paling mulia dalam Islam. Di sinilah tempat Rasulullah SAW memimpin umat, menyampaikan ajaran Islam, dan membina masyarakat Madinah. Masjid ini juga menjadi saksi perjalanan penting dakwah beliau. Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18:

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

Arab latin: Innamā ya’muru masājidallāhi man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāta wa lam yakhsya illallāh(a), fa ‘asā ulā’ika ay yakūnū minal-muhtadīn(a).


Artinya: Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Keindahan Masjid Nabawi tampak tidak hanya dari sejarahnya, tetapi juga dari arsitekturnya yang khas. Salah satu bagian yang paling dikenal adalah kubahnya yang dihiasi dengan ornamen rumit nan menawan.

Awal Pembangunan Masjid Nabawi

Dalam buku Ringkasan Sirah Nabawiyah: Butir-Butir Perjalanan Hidup Rasulullah SAW karya Muhammad Atim, disebutkan bahwa Masjid Nabawi dibangun di lokasi tempat unta Rasulullah SAW berhenti. Lokasi ini terletak di tanah milik keluarga paman beliau dari Bani An-Najjar. Saat pembangunan berlangsung, Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari yang paling dekat dengan lokasi tersebut.

Setelah selesai dibangun, masjid ini dijadikan pusat kegiatan kaum Muslimin, seperti shalat berjamaah, pembinaan umat, dan penyampaian ajaran Islam. Di masjid inilah adzan dan iqomat mulai disyariatkan, dan Rasulullah SAW menunjuk Bilal bin Rabah sebagai muadzin pertama.

Shalat Jumat sebenarnya telah dilakukan di Madinah sejak masa Mush’ab bin Umair, namun khutbah Jumat pertama yang disampaikan langsung oleh Rasulullah SAW dilakukan di Quba, lalu dilanjutkan secara rutin di Masjid Nabawi.

Kubah Dihiasi Ornamen Indah

Kubah Masjid Nabawi menjadi bagian penting dari keindahan bangunan ini. Selama proses perluasan dari masa ke masa, kubah mendapat perhatian khusus. Ornamen yang digunakan meliputi motif bunga, pola geometris, dan kaligrafi Arab yang dibuat sangat halus dan rapi.

Ornamen ini disesuaikan dengan bentuk bangunan masjid secara keseluruhan, sehingga menciptakan tampilan yang serasi dan enak dipandang.

Di samping polanya yang rumit, pemilihan warna-warna lembut pada kubah memberi kesan tenang dan bersih. Ketika terkena cahaya, permukaan kubah tampak berkilau dan menambah suasana damai di dalam masjid. Hal ini sangat mendukung kenyamanan orang-orang yang datang untuk beribadah.

Motif kaligrafi yang ditampilkan biasanya berupa potongan ayat Al-Qur’an atau doa, yang menambah makna dan keindahan dari sisi keagamaan dan budaya.

Mekanisme Sliding Dome di Masjid Nabawi

Tidak hanya berhiaskan ornamen yang menawan, kubah Masjid Nabawi juga menerapkan desain kubah yang bisa bergeser (sliding dome). Memungkinkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang alami.

Mengutip laman SL Rasch, kubah-kubah ini dapat bergeser ke samping melalui jalur rel terpadu, memungkinkan panas terlepas di malam hari dan udara sejuk masuk. Struktur kubah dirancang dengan kombinasi kerangka baja dan komposit serat karbon/serat kaca, teknologi yang sebelumnya hanya dipakai di industri penerbangan, demi menjamin kekuatan sekaligus bobot yang ringan.

Lapisan luar kubah dihiasi ubin keramik heksagonal yang dipasang presisi dengan mesin CNC, sementara interiornya dilapisi kayu veneer maple dan ukiran cedar Maroko, sebagian berlapis emas dan amazonit.

Teknologi arsitektur mutakhir yang diterapkan dalam desain ini memadukan seni tradisi Maroko dengan inovasi modern, menjadikan Masjid Nabawi bukan hanya simbol spiritual, tetapi juga mahakarya teknik yang meraih penghargaan internasional, termasuk Inovasi Terbaik IAARC dan Penghargaan Abdullatif Al Fozan untuk Arsitektur Masjid pada 2014.

Terus Dirawat Hingga Sekarang

Keindahan kubah Masjid Nabawi terus dijaga oleh Otoritas Umum untuk Perawatan Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Restorasi dan perawatan dilakukan secara profesional agar ornamen dan bangunan tetap dalam kondisi terbaik.

Tindakan ini menjadi bagian penting dalam menjaga warisan sejarah Islam, serta memastikan bahwa masjid ini tetap menjadi tempat ibadah yang nyaman dan penuh keteladanan bagi umat Muslim di seluruh dunia.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Perintah Bertaubat, Bersedekah dan Beramal Saleh


Jakarta

Surah At-Taubah merupakan surah Madaniyah (diturunkan di Madinah). Terdapat 129 ayat dalam surah ini dan merupakan surah ke-9 dalam urutan mushaf Al-Qur’an. Surat ini termasuk surah-surah akhir yang diturunkan.

Mengutip Tafsir Fii Zilalil Qur’an yang disusun oleh Sayyid Quthb, surah At-Taubah banyak membahas mengenai hukum-hukum syariat yang ditetapkan di antara kaum muslimin dan umat lain di dunia.

Pada artikel ini kita akan membahas secara khusus mengenai Surah At-Taubah ayat ke 105. Ayat ini membahas tentang perintah beramal saleh bagi umat manusia, serta menekankan bahwa amal perbuatan yang dikerjakan manusia selama di dunia disaksikan oleh Allah SWT dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.


Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan selengkapnya berikut ini.

Bacaan Surah At-Taubah Ayat 105

وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ

Arab-Latin: Wa quli’malū fa sayarallāhu ‘amalakum wa rasūluhū wal-mu’minūn(a), wa saturaddūna ilā ‘ālimil-gaibi wasy-syahādati fa yunabbi’ukum bimā kuntum ta’malūn(a).

Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Bekerjalah! Maka, Allah, rasul-Nya, dan orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu. Kamu akan dikembalikan kepada (Zat) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Lalu, Dia akan memberitakan kepada kamu apa yang selama ini kamu kerjakan.”

Kandungan Surah At-Taubah Ayat 105

Menurut Tafsir Tahlili Kemenag RI, pada surah At-Taubah ayat 105, Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan kepada kaum Muslimin agar bertaubat, membersihkan diri dari dosa dengan bersedekah, menunaikan zakat, dan memperbanyak amal saleh.

Setelah melakukan semua itu, amal mereka akan dilihat dan dinilai oleh Allah, Rasul-Nya, serta orang-orang beriman. Pada akhirnya, mereka akan kembali kepada Allah di akhirat untuk menerima balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia.

Mengutip sumber sebelumnya, umat Islam tidak cukup hanya berhenti pada taubat, zakat, sedekah, dan salat, melainkan harus melaksanakan seluruh perintah Allah. Allah akan melihat amal mereka, membuat mereka semakin dekat kepada-Nya. Rasulullah dan kaum Muslimin pun akan menyaksikan kebaikan tersebut, sehingga terdorong untuk mencontohnya. Orang yang menjadi teladan akan mendapat pahala berlipat tanpa mengurangi pahala orang yang mengikuti jejaknya.

Kaum Muslimin kelak akan menjadi saksi di hadapan Allah pada Hari Kiamat terkait iman dan amal saudara seimannya. Persaksian berdasarkan penglihatan langsung akan menjadi bukti yang kuat dan dapat dipercaya. Karena itu, melihat amal kebaikan orang yang tulus bertaubat akan menjadi saksi yang menguatkan kebenaran iman dan amal mereka di akhirat.

Ayat ini juga menjadi peringatan keras bagi mereka yang melanggar perintah agama. Amal mereka akan diperlihatkan kepada Rasul dan kaum Muslimin di Hari Kiamat, sehingga aib mereka terbongkar-menampakkan sedikitnya amal baik dan banyaknya dosa. Bahkan di dunia, kurangnya amal saleh dan banyaknya keburukan pun akan terlihat. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa amal orang hidup dapat diperlihatkan kepada kerabat yang telah meninggal di alam barzakh.

Saat seseorang wafat, ia kembali ke alam akhirat. Di sanalah Allah akan memberitahukan hasil dari semua perbuatannya di dunia dengan memberi balasan yang setimpal-kebaikan dibalas dengan pahala, dan keburukan dibalas dengan siksa.

Kaitan Surah At-Taubah Ayat 105 dengan Ayat 104

Menurut Tafsir Al-Azhar yang disusun oleh Buya Hamka, surah At-Taubah ayat 105 merupakan kelanjutan dari apa yang dibahas pada ayat sebelumnya, yaitu 104.

Pada ayat 104, Allah SWT berfirman:

اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهٖ وَيَأْخُذُ الصَّدَقٰتِ وَاَنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

Arab-Latin: Alam ya’lamū annallāha huwa yaqbalut-taubata ‘an ‘ibādihī wa ya’khużuṣ-ṣadaqāti wa annallāha huwat-tawwābur-raḥīm(u).

Artinya: Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya dan menerima zakat(-nya), dan bahwa Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?

Buya Hamka menjelaskan dalam kitab tafsirnya, ayat 104 bermakna Allah SWT meminta hamba-Nya untuk terus bertaubat, mengeluarkan zakat, dan tidak menunggu lama sebab pintu ampunan-Nya selalu terbuka.

Setelah bertaubat dengan sungguh-sungguh menyesali perbuatan, maka perlu diiringi dengan amal ibadah lainnya seperti sedekah dan zakat. Dengan begitu, cinta kasih Allah SWT akan semakin berlimpah dan jiwa akan menjadi semakin bersih.

Kemudian pada ayat ke 105, dijelaskan lanjutan tuntunan Allah SWT kepada orang yang telah bertaubat itu. Yaitu setelah bertaubat dilanjutkan dengan bersedekah. Lalu tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan melanjutkannya dengan terus berbuat amal kebaikan.

Amal tersebut dapat diartikan pekerjaan, usaha, produktif, dan segala bentuk aktivitas yang positif.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Hukum Tidur Setelah Salat Subuh Menurut Islam


Jakarta

Pagi hari, khususnya setelah salat Subuh, memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Waktu ini sering dianggap sebagai momen produktif dan penuh berkah.

Namun, banyak muslim yang masih terbiasa tidur kembali setelah menunaikan salat Subuh. Lantas, bagaimana pandangan Islam mengenai kebiasaan ini?


Tidur Setelah Subuh: Hukum dan Alasannya

Tidur setelah salat Subuh dalam Islam tidak dianjurkan dan hukumnya makruh. Makruh berarti perbuatan tersebut tidak dilarang secara mutlak, namun sangat tidak disarankan untuk dilakukan, kecuali dalam kondisi darurat atau ada alasan yang dibenarkan.

Hukum ini didasari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, di mana Rasulullah SAW pernah berdoa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا

Artinya: “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”

Dengan tidur di waktu pagi, seseorang berisiko tidak mendapatkan keberkahan dari doa Rasulullah SAW tersebut.

Para ulama, termasuk Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, juga menjelaskan mengapa tidur setelah Subuh itu tidak baik. Beliau berkata:

وَنَوْمُ الصُّبْحَةِ يَمْنَعُ الرِّزْقَ؛ لِأَنَّ ذَلِكَ وَقْتٌ تَطْلُبُ فِيهِ الْخَلِيقَةُ أَرْزَاقَهَا، وَهُوَ وَقْتُ قِسْمَةِ الْأَرْزَاقِ، فَنَوْمُهُ حِرْمَانٌ إِلَّا لِعَارِضٍ أَوْ ضَرُورَةٍ،

Artinya: “Tidur setelah subuh mencegah rezeki, karena waktu subuh adalah waktu mahluk mencari rezeki mereka dan waktu dibagikannya rezeki. Tidur setelah subuh suatu hal yang dilarang (makruh) kecuali ada penyebab atau keperluan.”

Dikutip dari buku Rahasia Berdoa ketika Subuh oleh Saiful Anwar Al Batawy, beberapa kerugian lain dari tidur setelah Subuh meliputi:

  • Kehilangan Keberkahan: Waktu pagi adalah waktu turunnya berkah, yang bisa terlewatkan jika kita kembali tidur.
  • Melemahkan Badan: Kebiasaan ini bisa membuat tubuh terasa malas dan tidak bersemangat untuk memulai aktivitas.
  • Menyelisihi Kebiasaan Salaf: Para pendahulu yang saleh membenci tidur di waktu ini dan lebih memilih untuk beribadah atau beraktivitas.
  • Menghalangi Rezeki: Waktu pagi adalah saat rezeki dibagikan, sehingga tidur bisa menjadi penghalang datangnya rezeki.
  • Melewatkan Ibadah: Ada risiko tidak bangun lagi dan melewatkan salat Subuh.

Manfaatkan Waktu Subuh dengan Hal Bermanfaat

Sebagai muslim, alangkah baiknya jika waktu setelah salat Subuh digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah Ar-Rum ayat 17:

فَسُبْحٰنَ اللّٰهِ حِيْنَ تُمْسُوْنَ وَحِيْنَ تُصْبِحُوْنَ

Artinya: “Maka bertasbihlah kepada Allah pada petang hari dan pada pagi hari (waktu subuh).”

Ayat ini menyerukan umat Islam untuk memuji dan memanfaatkan waktu-waktu salat, termasuk waktu subuh, sebagai momen untuk bertasbih dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan memanfaatkan waktu ini untuk kebaikan, insyaallah rezeki yang kita dapatkan juga akan semakin bertambah.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Keutamaan Sedekah Subuh dan Tata Cara Melakukannya


Jakarta

Sedekah merupakan ibadah yang disukai Allah SWT. Sedekah berarti memberi sesuatu sesuatu kepada yang berhak menerimanya. Dalam Islam kita mengenal sedekah subuh.

Walaupun sejatinya, sedekah bisa dilakukan kapan pun, tetapi sedekah subuh (setelah sholat subuh) sangat istimewa karena memiliki keutamaan tersendiri.

Ketahui keutamaan dan macam cara melakukan sedekah subuh berikut ini.


Keutamaan Sedekah Subuh

Dilansir dari laman Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), berikut merupakan beberapa keutamaan dari sedekah subuh:

1. Menghapus Dosa

Manfaat bersedekah itu bisa menghapuskan dosa kita. Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Sedekah itu bisa menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api”. (HR. At-Tirmidzi).

2. Mendapat Pahala yang Berlipat Ganda

Ketika orang bersedekah, maka ia akan mendapat pahala yang berlipat ganda. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hadid ayat 18:

اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَا لْمُصَّدِّقٰتِ وَاَ قْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ
Innal-mushshoddiqiina wal-mushshoddiqooti wa aqrodhulloha qordhon hasanay yudhoo’afu lahum wa lahum ajrung kariim

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia.”

3. Hartanya Akan Diganti

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

عن أبي هُريرة قَالَ: قالَ رَسُول اللَّه ﷺ: مَا مِنْ يَوْمٍ يُصبِحُ العِبادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

“Setiap pagi, dua malaikat turun mendampingi seorang hamba. Yang satu mendoa: Wahai, Tuhan! Berikanlah ganti rugi bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya. Malaikat yang satu lagi berkata: `Ya Allah, musnahkanlah harta orang-orang yang bakhil.” (HR Bukhari & Muslim).

4. Didoakan oleh Malaikat

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang satu lagi berdoa “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya).” (HR. Imam Bukhari 5/270).

5. Doanya Akan Dikabulkan oleh Allah

Setiap sedekah baiknya kita sambil berdoa. Pasalnya, doa di waktu bisa cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Pasalnya, waktu subuh merupakan salah satu waktu yang terbaik untuk berdoa.

Tata Cara Sedekah Subuh

Berikut adalah cara bersedekah di waktu subuh:

  1. Setelah melaksanakan sholat subuh di masjid, kamu bisa langsung mengisi kotak amal di sana.
  2. Setelah sholat subuh, kamu bisa mengantarkan sumbangan berupa bantuan kepada mereka yang membutuhkan.
  3. Setelah sholat subuh, kamu bisa memberikan makanan kepada tetangga terdekat, panti asuhan, maupun pondok pesantren. Karena masih pagi, makanan bisa dijadikan sarapan pagi untuk mereka.
  4. Cara sedekah subuh di rumah sendiri yaitu dengan menabung koin di toples kecil atau celengan. Lakukan itu setiap habis sholat subuh. Nanti, jika dirasa uangnya sudah cukup banyak, kamu bisa menyalurkannya di saat subuh.
  5. Sedekah subuh juga bisa dilakukan secara online. Kamu bisa bersedekah setelah sholat subuh, misalnya mentransfer dana kepada orang tua, kerabat yang membutuhkan, lembaga sosial, atau melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

(khq/inf)



Sumber : www.detik.com

Gaya Berpakaian Rasulullah dan Baju yang Beliau Sukai


Jakarta

Rasulullah SAW memiliki gaya pakaian yang khas. Ada dua pakaian yang paling beliau sukai.

Gaya berpakaian Rasulullah SAW diceritakan dalam kitab as-Syamail al-Muhammadiyah karya Imam at-Tirmidzi. Kitab ini berisi sejumlah bab yang menggambarkan pribadi Nabi Muhammad SAW, mulai cara beliau makan, berpakaian, hingga keteladanan dan sifat rendah hati beliau.

Dalam kitab edisi Indonesia terbitan AQWAM, At-Tirmidzi memaparkan satu bab khusus pakaian Rasulullah SAW. Hal ini mengacu pada sejumlah hadits shahih.


Menurut riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri, “Apabila Rasulullah SAW mengenakan pakaian baru, beliau menamakan pakaian itu dengan namanya, seperti sorban, baju, atau selendang. Setelah itu beliau berdoa, ‘Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, sebagaimana Engkau telah memberi aku pakaian. Aku memohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini, serta kebaikan sesuatu yang diciptakan untuknya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini, serta keburukan sesuatu yang diciptakan untuknya.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, dan Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misykatul Mashabih)

Dalam riwayat lain, saat Rasulullah SAW mengenakan qithr, sejenis pakaian yang terbuat dari katun dan ada warna merah di dalamnya, beliau meletakkannya di pundak. Hal ini dikatakan Anas bin Malik,

“Suatu hari, Nabi SAW keluar rumah dengan bersandar kepada Usamah bin Zaid dengan mengenakan pakaian qithr yang diletakkan di pundak beliau. Kemudian beliau melakukan salat berjamaah bersama para sahabat.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya dan Abu Ya’la dalam Musnad-nya. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Mukhtashar Asy-Syama’il)

Menurut riwayat lain yang berasal dari Asma’ binti Yazid, Rasulullah SAW biasa mengenakan baju dengan lengan panjang. “Panjang lengan baju Rasulullah SAW adalah sampai pergelangan tangan.” (HR At-Tirmidzi)

Namun, hadits yang dikeluarkan At-Tirmidzi dalam Sunan-nya itu dinilai dhaif oleh Al-Albani. Sementara At-Tirmidzi menyatakannya hasan gharib.

Rasulullah Paling Suka Pakai Gamis dan Hibarah

Rasulullah SAW paling suka memakai gamis. Hal ini dijelaskan dalam hadits yang berasa; dari Ummu Salamah, ia berkata, “Pakaian yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah baju gamis.” (HR At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Mukhtashar Asy-Syama’il. At-Tirmidzi sendiri menyatakan hadits ini hasan gharib)

Selain gamis, Rasulullah SAW juga suka memakai hibarah, jenis pakaian katun dari Yaman. Anas bin Malik berkata, “Pakaian yang paling disukai Rasulullah SAW adalah hibarah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Aun bin Abi Juhaifah turut meriwayatkan dari ayahnya, ia mengatakan melihat Rasulullah SAW mengenakan pakaian berwarna merah. Terkait hadits ini, Sufyan berkata, “Menurut pendapatku yang dimaksud dengan pakaian berwarna merah itu adalah hibarah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Anjuran Mengenakan Pakaian Putih

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya mengenakan pakaian putih. Menurut beliau, pakaian dengan warna ini lebih suci dan lebih baik. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Muhammad bin Basyar dari Abdurrahman bin Mahdi, dari Sufyan, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Maimun bin Abi Syaib, dari Samurah bin Jundab yang mengatakan Rasulullah SAW bersabda,

“Pakailah pakaian yang berwarna putih, karena ia lebih suci dan lebih baik, dan gunakanlah untuk mengkafani orang-orang yang sudah meninggal di antara kalian.” (HR At-Tirmidzi dalam Sunan-nya, Ibnu Majah, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. An-Nasa’i dan Ahmad turut meriwayatkannya dari jalur Samurah bin Jundab. Hadits shahih)

Anjuran mengenakan pakaian putih juga disebutkan dalam riwayat Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian berpakaian putih untuk dipakai oleh orang-orang yang hidup di antara kalian, dan gunakanlah untuk mengkafani orang-orang yang meninggal di antara kalian. Sebab, ia adalah sebaik-baik pakaian bagi kalian.” (HR At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Cara agar Doa Cepat Terkabul walaupun Mustahil, Baca di Waktu Ini


Jakarta

Urusan dikabulkan atau tidaknya doa merupakan kehendak Allah SWT. Meski demikian, seorang hamba tetap bisa berusaha jika ingin doa cepat terkabul walaupun tampaknya mustahil.

Perintah berdoa kepada Allah SWT disebutkan langsung dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Gafir (Al Mu’min) ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠


Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut adalah sebagian dari karunia dan kemurahan Allah SWT. Dia menganjurkan hamba-Nya untuk meminta kepada-Nya dan Dia menjamin akan mengabulkan doa-doa itu.

Doa merupakan perkara antara hamba dan Rabbnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi. Imam Al-Hafiz Abu Ya’la meriwayatkan dalam kitabnya dari hadits Anas bin Malik RA dari Nabi SAW dari Tuhannya yang mengatakan,

أَرْبَعُ خِصَالٍ، وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ لِي، وَوَاحِدَةٌ لَكَ، وَوَاحِدَةٌ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنِكَ، وَوَاحِدَةٌ فِيمَا بَيْنِكَ وَبَيْنَ عِبَادِي: فَأَمَّا التِي لِي فَتَعْبُدُنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، وَأَمَّا الَّتِي لَكَ عليَّ فَمَا عَمِلْتَ مِنْ خَيْرٍ جَزَيْتُكَ بِهِ، وَأَمَّا التِي بَيْنِي وَبَيْنَكَ: فَمِنْكَ الدُّعَاءُ وَعَلِيَّ الْإِجَابَةُ، وَأَمَّا الَّتِي بَيْنَكَ وَبَيْنَ عِبَادِي فَارْضَ لَهُمْ مَا تَرْضَى لِنَفْسِكَ

Artinya: “Ada empat perkara, yang satu darinya untuk-Ku dan yang satu untukmu, dan yang satunya lagi antara Aku dan kamu, sedangkan yang terakhir antara kamu dan hamba-hamba-Ku. Adapun mengenai yang untuk-Ku ialah hendaknya engkau menyembah-Ku, tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Adapun yang untukmu dari-Ku ialah amal kebaikan apa pun yang engkau lakukan, Aku akan membalasnya untukmu. Dan adapun yang antara Aku dan kamu ialah engkau berdoa dan Aku yang memperkenankannya. Adapun yang antara engkau dan hamba-hamba-Ku ialah retakanlah untuk mereka apa yang engkau relakan untuk dirimu sendiri.”

Cara agar Doa Cepat Terkabul

Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ edisi Indonesia terbitan Pustaka Imam Asy-Syafii memaparkan sejumlah cara agar doa terkabul. Kata Ibnu Qayyim, doa akan terkabul jika ia hadir dalam hati, konsentrasi penuh, khusyuk, merendahkan diri di hadapan Allah SWT, serta dipanjatkan pada waktu-waktu mustajab.

Cara agar doa terkabul lainnya hendaknya dilakukan dengan memperhatikan hal berikut:

  1. Menghadap kiblat.
  2. Dalam keadaan suci.
  3. Mengangkat kedua tangan ke langit.
  4. Memulai berdoa dengan hamdalah, memuji Allah SWT dan bersholawat atas Nabi Muhammad SAW.
  5. Mendahulukan tobat dan istighfar sebelum menyebutkan hajatnya.
  6. Menghadirkan diri di hadapan Allah SWT.
  7. Bersikap memelas dalam doanya.
  8. Menyeru-Nya dengan ucapan lembut diiringi rasa harap dan cemas.
  9. Memohon (tawassul) kepada Allah SWT dengan nama-nama, sifat-sifat, dan keesaan-Nya.
  10. Melakukan sedekah sebelum memanjatkan doa.

Menurut Ibnu Qayyim, memanjatkan doa dengan cara di atas hampir tidak akan pernah tertolak. Terlebih jika doa itu termasuk doa-doa yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW.

Waktu-waktu Mustajab untuk Berdoa

Beberapa waktu mustajab untuk berdoa sebagaimana disebutkan Ibnu Qayyim antara lain:

  1. Sepertiga malam terakhir.
  2. Saat azan.
  3. Antara azan dan ikamah.
  4. Setelah menunaikan salat wajib.
  5. Saat imam naik ke mimbar pada hari Jumat hingga selesainya salat Jumat.
  6. Penghujung waktu ‘Ashar.

Contoh Pengantar Doa Mustajab

Dalam as-Sunan dan Shahih Ibnu Hibban terdapat hadits tentang doa yang mustajab. Hadits ini diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Buraidah dari ayahnya bahwa Rasulullah SAW pernah mendengar seseorang berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu atas dasar persaksianku bahwa Engkau adalah Allah. Tiada yang berhak disembah melainkan Engkau semata. Yang Mahatunggal, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”

Nabi SAW lalu bersabda,

لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِالْاِسْمِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

Artinya: “Laki-laki tadi telah memohon kepada Allah dengan menggunakan nama-Nya yang paling agung. Jika nama itu digunakan untuk meminta, niscaya akan diberi dan apabila digunakan untuk berdoa, niscaya akan dikabulkan.”

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Isa Salat Berjamaah Bersama Imam Mahdi


Jakarta

Menjelang datangnya hari kiamat, Nabi Isa AS akan turun dari langit untuk menyelesaikan misinya di bumi. Disebutkan pula dalam beberapa hadits, Nabi Isa AS akan salat berjamaah bersama Imam Mahdi. Ia sebagai makmum.

Menurut penjelasan dalam buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat sejak Adam A.S Hingga Muhammad SAW karya Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, Nabi Isa AS akan mengenakan pakaian dua lapis berwarna merah ketika turun ke bumi.

Sebagaimana yang diterangkan pada sebuah hadits berikut. Rasulullah SAW bersabda,


“Tidak ada seorang Nabi pun antara aku dan Isa AS. Sesungguhnya, ia benar-benar akan turun dari langit. Ketika kamu melihatnya, ketahuilah bahwa ia adalah seorang pria dengan tubuh berperawakan sedang dan kulit putih kemerah-merahan. Ia akan turun mengenakan dua lapis pakaian yang dicelup berwarna merah, dan kepalanya terlihat seperti meneteskan air meskipun sebenarnya tidak basah.” (HR Abu Dawud)

Nabi Isa AS Jadi Makmum Imam Mahdi

Masih merujuk buku yang sama, turunnya Nabi Isa AS ke bumi untuk menyerukan manusia agar mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa hal pertama yang dilakukan Nabi Isa AS setelah turun dari langit ialah menunaikan salat.

Nabi Isa AS akan melaksanakan salat yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits-hadits berikut.

Rasulullah SAW bersabda, “Sekelompok dari umatku akan terus berperang demi kebenaran secara terang-terangan hingga hari kiamat. Saat Isa Ibn Maryam turun, pemimpin mereka (Al Mahdi) akan berkata, ‘Datanglah dan pimpinlah salat kami.’ Namun, Isa akan menjawab, ‘Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan yang diberikan Allah kepada umat ini (umat Islam)’.” (HR Muslim dan Ahmad)

Lalu, diterangkan dalam hadits serupa yang berbunyi,

“Tiba-tiba Isa AS sudah berada di antara mereka dan panggilan salat dikumandangkan. Kemudian, seseorang berkata kepadanya, ‘Majulah dan pimpinlah salat, wahai ruh Allah.’ Isa menjawab, ‘Biarlah pemimpin kalian yang maju dan mengimami salat’.” (HR Muslim & Ahmad)

Kedua hadits tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa AS menolak menjadi imam salat dan mempersilahkan Imam Mahdi memimpin salat karena kemuliaan yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Misi Nabi Isa AS di Bumi

Ustaz Khalillurrahman El-Mahfani dalam buku Kemunculan Dajjal & Imam Mahdi Semakin Dekat menjelaskan bahwa misi Nabi Isa AS turun ke bumi ialah untuk membunuh Dajjal dan menumpas Ya’juj dan Ma’juj.

Setelah misi tersebut tuntas, Nabi Isa AS akan tetap tinggal di bumi selama empat puluh tahun. Sebagaimana riwayat dari Abu Hurairah berikut,

Rasulullah SAW bersabda, “Para nabi bersaudara karena beberapa alasan. Agama mereka sama, tetapi ibu mereka berbeda-beda. Aku adalah orang yang lebih berhak bersaudara dengan Isa bin Maryam karena tidak ada nabi di antara aku dan ia, dan ia akan turun. Jika kalian melihatnya, kenalilah bahwa ia memiliki tubuh sedang, kulitnya kemerah-merahan, berambut lurus, seolah-olah kepalanya meneteskan air meskipun tidak basah, dan mengenakan pakaian berwarna kekuning-kuningan. Ia akan menghancurkan salib, memusnahkan babi, menghapuskan pajak, dan mengajak orang-orang masuk dalam agama Islam.

Pada zaman Isa, Allah akan menghapuskan semua agama selain Islam. Ia juga akan membunuh Al-Masih Dajjal. Dunia akan menjadi aman dan tenteram sehingga unta bisa hidup berdampingan dengan singa, harimau dengan sapi, serigala dengan domba, dan anak-anak bisa bermain dengan ular tanpa bahaya. Isa akan tinggal di bumi selama empat puluh tahun sebelum meninggal, dan umat muslim akan menyalati jenazahnya.” (HR Ahmad dalam musnadnya)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Ada 11 Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf, Apa Saja Nama-namanya?


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah salah satu putra Nabi Yakub dari istrinya yang bernama Rahiel. Di antara putra-putra Yakub, Nabi Yusuflah yang memiliki kedudukan paling mulia dan agung.

Nabi Yusuf AS adalah satu-satunya anak Nabi Yakub yang mendapatkan tugas kenabian. Salah satu tanda kenabian yang dianugerahkan Allah SWT kepada Nabi Yusuf AS adalah melalui mimpinya, di mana beliau menyaksikan matahari, bulan, dan bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS. Berikut kisah lengkapnya.

Mimpi Nabi Yusuf AS Melihat 11 Bintang Bersujud Padanya

Ibnu Katsir dalam kitab Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan oleh Umar Mujtahid, mengutip sebuah pendapat dari para mufassir dan kalangan lain, yang menuturkan bahwa saat masih kecil dan belum baligh, Nabi Yusuf AS bermimpi seolah-olah sebelas bintang, matahari, serta bulan bersujud kepadanya. Menyaksikan mimpinya tersebut, Nabi Yusuf AS pun tercengang seakan-akan hal ini nyata.


Ketika bangun, Nabi Yusuf AS menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ayahnya, Nabi Yakub AS, memahami bahwa kelak Nabi Yusuf AS akan meraih kedudukan tinggi, baik di dunia maupun akhirat, dan ayahnya serta seluruh saudaranya akan tunduk padanya dalam kedudukan tersebut.

Namun, Nabi Yakub AS memerintahkan Nabi Yusuf AS untuk menyembunyikan mimpi itu dan tidak menceritakannya kepada saudara-saudaranya, agar mereka tidak merasa hasad, berbuat zalim, dan melakukan tipu daya terhadapnya.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 4-6,

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ ۝٤ قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًاۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ۝٥ وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ

Artinya: “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya’qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku. Dia (ayahnya) berkata, ‘Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia. Demikianlah, Tuhan memilihmu (untuk menjadi nabi), mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi, serta menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakannya kepada kedua kakekmu sebelumnya, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana’.”

Dikutip dari Syarah Shahih Al-Bukhari karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Sunnah, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS tersebut melambangkan sebelas saudara Nabi Yusuf AS, karena beliau adalah yang kedua belas. Sedangkan matahari dan rembulan melambangkan kedua orang tuanya.

Ada sebuah pendapat yang mengatakan bahwa sang ayah dilambangkan dengan Al-Qamar (rembulan), karena bentuk mudzakkar dari kata Al-Qamar. Sementara ibu dilambangkan dengan Asy-Syams (matahari), berdasarkan bentuk muannats dari kata Asy-Syams.

Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa justru sebaliknya, ayah dilambangkan dengan matahari, dan ibu dengan rembulan.

Nama-nama Bintang yang Sujud pada Nabi Yusuf

Dalam mimpinya, sebelas bintang yang sujud pada Nabi Yusuf AS ternyata memiliki nama masing-masing. Mengutip kembali Qashash Al-Anbiya, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Abu Ya’la, dan Bazzar meriwayatkan dalam kitab Musnadnya masing-masing, dari Jabir, yang menuturkan bahwa, “Seorang Yahudi bernama Bustanah datang menemui Nabi SAW, lalu berkata, ‘Hai Muhammad! Beritahukan padaku tentang bintang-bintang yang sujud pada Yusuf seperti dalam mimpinya, apa saja nama-namanya?”

Nabi SAW diam tidak menjawab, lalu Jibril turun memberitahukan nama bintang-bintang itu. Nabi kemudian mendatangi si Yahudi itu dan berkata, ‘Apakah kau akan beriman kepadaku jika aku beritahukan nama bintang-bintang itu kepadamu?’ ‘Ya.’ Jawabnya. Nabi SAW kemudian menyebutkan nama-namanya, ‘(Nama-namanya adalah) Jaryan, Thariq, Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watstsab, Amudan, Faliq, Mushbih, Dharuh, Dzul Furu’, Dhiya’ dan Nur.’

Si Yahudi itu kemudian mengatakan, ‘Demi Allah, itulah nama-namanya.’ “

Riwayat Abu Ya’la menambahkan, saat Yusuf mengisahkan mimpi itu kepada ayahnya, ayahnya berkata, “Ini adalah urusan yang tercerai berai yang disatukan Allah. ‘Matahari takwilnya ayah dan bulan takwilnya ibu’.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com