Tag Archives: Zainab

Akhir Tahun, Maudy Koesnaedi Umroh Bareng Anak dan Suami



Jakarta

Maudy Koesnaedi mengungkapkan rasa syukurnya karena dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci, Makkah. Ia menunaikan ibadah umroh bersama suami dan anak semata wayangnya.

Dalam unggahan video di akun instagramnya @maudykoesnaedi, pemeran sosok Zainab dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan ini menunjukkan momen ibadahnya bareng keluarga.

“Alhamdulillah. Terwujud niat umroh akhir tahun, bersama doubleE,” tulis Maudy.


Lebih lanjut ia juga menuliskan bahwa ini umroh pertama sang putra, Eddy. Ia ingin mengajak Eddy Maliq Meijer untuk beribadah umroh sebelum ia lulus sekolah dan melanjutkan pendidikannya.

“Ingin ajak @eddy_mm umroh pertamanya sebelum nanti insyaAllah lulus sekolah dan lanjut kemanapun Eddy melangkah menuju masa depannya,” tulis Maudy.

Dalam video tampak Maudy dan keluarga khusyuk beribadah mengenakan pakaian ihram.

Maudy juga mengucapkan syukur sekaligus mengungkapkan terima kasih kepada sang suami, Erik Meijer. Ia juga berharap semoga ibadahnya menjadi pengalaman yang berharga.

“Makasih @emjkt sayang sudah mengusahakan semua yang terbaik. Semoga menjadi pengalaman batin yang baik untuk kita ya. Aamiin YRA.”

Postingan ini disambut positif oleh netizen. Lebih dari 29 ribu netizen memberikan like dan 400 orang membagikan komentarnya.

“InsyaAllah mabrur buat kalian semua, aamiin,” tulis Rano Karno.

“Kok aku ikut terharu nangis ya. Alhamdulillah bisa umroh sekeluarga. Umroh itu bukan bagi mereka yang mampu, tapi yang memang Allah undang. Dia izinkan,” tulis netizen.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Ini Putri Nabi Muhammad SAW yang Menikah Beda Agama


Jakarta

Melalui pernikahannya dengan Khadijah binti Khuwailid RA, Rasulullah SAW memiliki 7 keturunan yang terdiri dari putra maupun putri. Salah satu putrinya tersebut dikisahkan menikah dengan pria yang berbeda agama.

Dialah Sayyidah Zainab RA, putri sulung Rasulullah SAW dalam pernikahannya dengan Khadijah RA. Dikisahkan, Zainab RA menikahi salah seorang pemuka Quraisy yang bernama Abul Ash atau Abu Al Ash bin Rabi.

Menurut buku Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam karya Bassam Muhammad Hamami, Zainab bernama lengkap Zainab binti Muhammad al-Amin bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim al-Qurasyiyyah al-Hasyimiyah. Saat itu, Zainab dilahirkan saat Rasulullah SAW berusia 30 tahun atau sekitar 23 tahun sebelum beliau hijrah ke Madinah.


Hari demi hari tahun demi tahun berlalu. Zainab RA tumbuh menjadi gadis dewasa. Hingga datanglah Abu Al Ash Bin Rabi untuk melamar.

Pernikahan Beda Agama Putri Rasulullah SAW

Dilansir dari buku Khadijah: Cinta Sejati Rasulullah karya Abdul Mun’im Muhammad Umar disebutkan, saat Zainab RA telah memasuki usia untuk menikah, banyak orang tua dari kaum Quraisy menginginkan anak lelakinya menikahi Zainab RA.

Hal ini lantaran Zainab RA adalah anak dari seorang yang dikenal paling jujur dan terpercaya yaitu Rasulullah SAW, serta menikahi Zainab RA artinya menjadi bagian dari keluarga yang terhormat di kota.

Hingga kemudian, Khadijah RA ingat bahwa saudaranya, Halah binti Khuwailid, mempunyai anak laki-laki yang seumuran dengan Zainab RA, bernama Abu Al Ash bin Rabi. Pemuda tersebut juga dikenal akan kejujurannya, sukses dalam berdagang, dan sifatnya yang bisa dipercaya.

Selanjutnya, Khadijah RA menemui Rasulullah SAW untuk menceritakan perihal Abu Al Ash yang ingin meminang Zainab RA.

Tidak diketahui apakah Abu Al Ash datang bersama keluarganya atau sendirian. Namun, Rasulullah SAW menyambut pinangannya dengan terbuka.

Pernikahan antara Zainab RA dan Abul Ash dilaksanakan setahun sebelum turunnya wahyu atau sebelum masa kenabian Rasulullah SAW Pada pernikahan itu Khadijah RA menghadiahkan sebuah kalung kepada Zainab RA.

Gejolak Pernikahan Zainab RA dan Abu Al Ash

Melansir buku Perempuan-Perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah karya Muhammad Ibrahim Salim disebutkan, meski wahyu kenabian sudah diturunkan kepada Rasulullah SAW, Abu Al Ash tetap mempertahankan kepercayaan nenek moyang dengan menyembah berhala.

Pernikahan keduanya menjadi pernikahan beda agama hingga perpisahan mereka berdua tidak bisa dihindari. Pada masa hijrah ketika kaum muslimin pergi menuju Madinah, Zainab RA termasuk rombongan yang hijrah ke Madinah.

Suatu hari peperangan kaum kafir Quraisy dengan umat Islam pun terjadi, dalam rombongan kaum kafir Quraisy juga terdapat Abu Al Ash. Peperangan terus berlanjut hingga umat Islam berhasil meraih kemenangan.

Abu Al Ash termasuk dalam tawanan kaum muslimin Ketika kaum Quraisy menebus para tawanan dengan harta mereka, Zainab RA pun mengirim harta dan kalungnya untuk menebus suaminya, Abu Al Ash bin Rabi.

Ketika melihat kalung itu, hati Rasulullah SAW tersentuh sambil berkata kepada para sahabat, “Jika kalian berpendapat untuk membebaskan tawanan Zainab, dan mengembalikan uang tebusannya maka lakukanlah.”

Para sahabat menjawab, “Baik wahai Rasulullah SAW.” Dibebaskanlah Abu Al Ash, dan dikembalikan uang tebusan Zainab RA.

Hukum Islam melarang seorang wanita mukmin tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abu Al Ash yang mendengarnya kemudian menyetujui hal tersebut. Ketika kembali ke Makkah keluarga Abul Ash berkata, “Biarlah engkau menceraikan istrimu itu, dan kami akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih cantik daripadanya.”

Keduanya pun berpisah. Abu Al Ash melepaskan Zainab RA ke Madinah. Hingga pada akhirnya, dikutip dalam buku 40 Putri Terhebat, Bunda Terkuat karya Tethy Ezokanzo Abu Al Ash diberi hidayah oleh Allah SWT dan masuk Islam.

Abu Al Ash kembali menyusul Zainab RA pada tahun ke 7 Hijriah. Rasulullah SAW sangat senang menerima menantunya kembali.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

11 Sosok Wanita Mulia yang Dijuluki Ummul Mukminin


Jakarta

Terdapat sejumlah wanita salihah yang dijuluki sebagai ummul mukminin pada zaman Rasulullah SAW. Mereka bukan hanya wanita biasa, tetapi juga teladan dalam akhlak dan keimanan bagi seluruh muslimah.

Mengutip buku Rahasia Rumah Tangga Rasullah karya Yola Hemdi, ummul mukminin, atau ummahatul mukminin, memiliki arti “ibunda orang-orang beriman.” Ini adalah sebuah julukan terhormat yang diberikan kepada setiap istri Nabi Muhammad SAW.

Julukan ini menunjukkan bahwa istri-istri Nabi Muhammad SAW adalah wanita-wanita yang terpilih dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kehormatan ini tetap melekat pada mereka hingga Rasulullah SAW wafat, dan mereka tidak menikah lagi setelah ditinggalkan Nabi Muhammad SAW karena status mereka sebagai ibunda kaum beriman.


Sosok Wanita yang Dijuluki sebagai Ummul Mukminin

Dikutip dari buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad SAW karya Daeng Naja, berikut adalah nama-nama wanita yang dijuluki sebagai ummul mukminin.

1. Khadijah binti Khuwalid

Ummul Mukminin Khadijah merupakan wanita dari suku Quraisy yang terkenal akan kemuliaannya, baik dari segi nasab maupun akhlak. Nasabnya terhubung langsung dengan Nabi Muhammad SAW, karena mereka memiliki kakek yang sama, yang menjadikannya istri Nabi dengan kekerabatan paling dekat.

Ia lahir 68 tahun sebelum hijrah dan mengalami masa jahiliah, namun hal tersebut tidak mengurangi kemuliaan pribadinya. Khadijah adalah seorang wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah SAW.

Mereka menikah saat Khadijah berusia 40 tahun, sedangkan Nabi Muhammad SAW berusia 25 tahun. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai enam anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Qultsum, dan Fatimah.

2. Saudah binti Zam’ah

Ummul Mukminin Saudah binti Zam’ah adalah seorang wanita Quraisy yang berasal dari Bani ‘Amir. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, ia adalah janda dari sahabat Nabi, As-Sakran bin Amr, dan memiliki lima anak.

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Saudah terjadi sebagai balasan terhadap duka yang dialaminya setelah wafatnya Khadijah.

Saat itu, Khoulah binti Hakim menyarankan agar Nabi Muhammad SAW menikah, dengan menyebutkan dua nama wanita, Saudah dan Aisyah. Nabi Muhammad SAW kemudian memilih Saudah, yang lebih tua dibandingkan Aisyah.

Keputusan ini untuk menunjukkan penolakan terhadap tuduhan negatif yang dilontarkan terhadap Nabi Muhammad SAW tentang hubungannya dengan wanita muda, yaitu Aisyah.

3. Aisyah binti Abu Bakar

Aisyah merupakan salah satu istri Nabi Muhammad SAW yang paling dikenal di kalangan umat Islam. Ia memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh ummul mukminin lainnya.

Aisyah adalah satu-satunya istri Muhammad SAW yang dihormati oleh Allah SWT dengan turunnya wahyu untuk membela kehormatannya. Ia lahir tujuh tahun sebelum hijrah, sebagai putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq, sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW.

Sebelum menikahi Aisyah, Nabi Muhammad SAW melihatnya dalam mimpi selama tiga malam berturut-turut, yang dianggap sebagai wahyu. Dalam mimpinya, Nabi Muhammad SAW melihat Aisyah dibawa oleh malaikat menggunakan pakaian sutra putih dan dalam mimpi tersebut disebutkan bahwa ia adalah istrinya. Dengan demikian, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah adalah atas perintah Allah SWT melalui mimpi.

4. Hafshah binti Umar bin Al-Khattab

Ummul Mukminin Hafshah adalah seorang putri dari Umar bin Khattab, ia lahir 18 tahun sebelum hijrah. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, ia adalah istri Khunais bin Khudzafah, pahlawan Perang Badar.

Hafshah dan Nabi Muhammad SAW menikah pada tahun ketiga hijrah, ketika usianya mencapai 21 tahun. Mereka hidup bersama dalam rumah tangga selama delapan tahun.

5. Zainab binti Khuzaimah

Ummul Mukminin Zainab binti Khuzaimah dikenal karena sifat dermawannya, hingga dijuluki sebagai “ibu orang-orang miskin.” Ia adalah janda dari Abdullah bin Jahsy, yang gugur sebagai pahlawan dalam Perang Uhud.

Setelah menjadi janda, Nabi Muhammad SAW menikahinya pada bulan Ramadan tahun ketiga hijrah. Sayangnya, pernikahan mereka tidak berlangsung lama karena Zainab wafat delapan bulan setelah pernikahan.

6. Ummu Salamah

Ummul Mukminim Ummu Salamah adalah wanita dari bani Makhzum, putri dari Umayyah bin Al-Mughirah, yang dikenal sebagai sosok dermawan dalam kalangan Quraisy. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, ia adalah istri dari Abu Salamah, seorang muhajirin pertama yang memeluk Islam.

Nabi Muhammad SAW menikahi Ummu Salamah pada tahun keempat hijrah, ketika usianya mencapai 28 tahun. Pernikahan ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada Ummu Salamah dan suaminya yang merupakan orang pertama dalam menyambut dakwah Islam.

7. Zainab binti Jahsy

Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy lahir 32 tahun sebelum hijrah dan merupakan saudari dari Abdullah bin Jahsy. Ibunya adalah Umaimah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW.

Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Zainab adalah istri dari anak angkat Nabi. Ia menikah dengan Nabi pada usia 37 tahun dan menjalani rumah tangga bersama selama enam tahun, hingga Nabi Muhammad SAW wafat.

Di antara keistimewaan Zainab adalah bahwa Allah SWT menjadi walinya dalam pernikahan tersebut.

8. Juwairiyah binti Al-Harits

Ummul Mukminin Juwairiyah binti Al-Harits lahir 14 tahun sebelum hijrah dan memiliki kedudukan mulia di kalangan kaumnya. Hikmah dari pernikahan Nabi SAW dengan Juwairiyah adalah untuk mendekatkan hati bani Mustaliq terhadap dakwah Islam.

Melalui pernikahan ini, banyak tawanan dari suku bani Mustaliq dibebaskan, yang menunjukkan dukungan dan penghormatan para sahabat terhadap keluarga Nabi Muhammad SAW. Aisyah pun memuji Juwairiyah sebagai sosok yang penuh keberkahan bagi kaumnya.

9. Shafiyah binti Huyai

Sebelum memeluk Islam, Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai berasal dari bani Nadhir dan merupakan keturunan yang dihormati di kalangan Yahudi. Ayahnya, Huyai bin Akhtab, adalah tokoh penting dan seorang ulama Yahudi.

Setelah memeluk agama Islam, Nabi Muhammad SAW menikahinya pada tahun kedelapan hijrah. Hubungan mereka berlangsung selama empat tahun, dan pernikahan ini menunjukkan bahwa Islam mengangkat derajat seseorang yang sebelumnya mulia, sehingga terjaga martabat mereka.

10. Ummu Habibah

Ummul Mukminin Ummu Habibah, yang bernama Ramlah binti Abu Sufyan, lahir 25 tahun sebelum hijrah. Ia adalah putri dari tokoh Quraisy, Abu Sufyan bin Harb.

Bersama suaminya saat itu, Ubaidullah bin Jahsy, ia hijrah ke Habasyah. Namun, suaminya kemudian murtad dan berpindah agama, memeluk Nasrani.

Ummu Habibah pun menghadapi pilihan sulit antara mengikuti suaminya, bertahan hidup di Habasyah, atau kembali ke Makkah di bawah pengaruh ayahnya yang masih kafir. Kemudian kabar baik datang ketika Rasulullah SAW melamarnya melalui An-Najasyi, dan pernikahan mereka berlangsung selama sekitar empat tahun.

11. Maimunah binti Al-Harits

Ummul Mukminin Maimunah adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW. Maimunah adalah saudari dari Ummu Al-Fadhl, istri dari paman Nabi Muhammad SAW, Al-Abbas bin Abdul Muthalib.

Nabi Muhammad SAW menikahi Maimunah pada tahun ketujuh hijrah, satu tahun setelah Perjanjian Hudaibiyah. Hikmah dari pernikahan ini adalah untuk memperkuat hubungan dengan bani Hilal dan meneguhkan keislaman mereka.

Demikianlah para ummul mukminin, sosok-sosok wanita terhormat sebagai teladan yang dimuliakan oleh Allah SWT dan contoh yang baik bagi semua muslimah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Rasulullah yang Pergi Itikaf Tanpa Seizin Suami



Jakarta

Itikaf merupakan ibadah yang dianjurkan pengerjaannya pada 10 hari terakhir Ramadan. Amalan ini merupakan aktivitas berdiam diri di masjid yang dengan niat dan bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Itikaf dikerjakan pada 10 hari terakhir Ramadan seraya meraih malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yakni lailatul qadar. Saking mulianya, umat Islam yang mendapat lailatul qadar setara dengan pahala lebih dari seribu bulan atau setara dengan 84 tahun.

Berkaitan dengan itikaf, ada sebuah kisah mengenai istri nabi yakni Aisyah, Hafshah, dan Zainab. Dikisahkan dalam buku Perempuan Madinah: Romantika Cinta, Iman & Heroisme para Perempuan Muslim karya Munawir Husni, kala itu Rasulullah SAW tengah mengerjakan itikaf pada 10 hari terakhir Ramadan.


Sejatinya, ibadah itu beliau kerjakan untuk memfokuskan diri kepada Allah SWT. Karenanya, Nabi Muhammad SAW tidak ingin diganggu oleh siapa pun.

Sang istri, Aisyah RA membuatkan Rasulullah tenda khusus. Namun, dia juga membuat tenda lain untuk dirinya sendiri agar bisa mendampingi sang suami.

Melihat Aisyah yang mendirikan tenda itu, istri nabi lainnya yakni Hafshah melakukan hal serupa dan meminta izin kepada Nabi SAW untuk mendirikan tenda di sampingnya. Kini, ada 3 tenda yang berdiri termasuk tenda Rasulullah.

Kemudian, istri nabi yang lain yaitu Zainab tidak terima menyaksikan Aisyah dan Hafshah membangun tenda di samping milik Nabi SAW. Tanpa meminta izin dari sang rasul, Zainab lantas mendirikan tenda sendiri.

Karena hari sudah malam dan gelap, Rasulullah SAW tidak tahu menahu mengenai hal tersebut. Ketika pagi menjelang waktu Subuh barulah ia terkejut menyaksikan banyak tenda disekelilingnya.

Mengutip dari buku Pesona Ibadah Nabi tulisan Ahmad Rofi’ Usmani, Rasulullah lantas meminta para istrinya memindahkan kemah-kemah yang mereka gunakan untuk itikaf. Beliau bahkan menghentikan dan tidak melanjutkan itikafnya.

Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya yang bertajuk Kebebasan Wanita Volume 2 menyebutkan dalam kisah tersebut, Zainab merupakan sosok wanita pencemburu. Alasan Rasulullah menghentikan itikaf dan meminta para istrinya berkemas karena ia khawatir mereka mengerjakan itikaf atas dasar cemburu, bukan karena Allah SWT, ini sesuai perkataan Hafizh Ibnu Hajar dalam Kitab Fathul Bari.

Kemungkinan lainnya Nabi Muhammad juga khawatir bahwa ketiga istrinya itu membuat area masjid sempit dan mengganggu jemaah yang ingin salat. Atau, bisa jadi berkumpulnya para istri mengganggu konsentrasi beliau dalam mengerjakan itikaf.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com